Anda di halaman 1dari 38

OUTLINE

1. DEFINISI KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK


2. EVALUASI PASIEN SEBAGAI KEDARURATAN • KEADAAN GADUH GELISAH

PSIKIATRIK • KEADAAN MANIK

3. JENIS KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK • TINDAKAN KEKERASAN SEKSUAL

• TINDAKAN BUNUH DIRI • NMS (NEUROLEPTIK MALIGNANT SYNDROME)

• TINGKAH LAKU DAN KEKERASAN YANG 5. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

MENYERANG (VIOLENCE) PSIKIATRI


“ “
Kegawatdaruratan psikiatrik merupakan suatu gangguan atau perubahan
tingkah laku yang dapat dicegah dan dapat diatasi yang membuat penderita
maupun orang disekitarnya perlu meminta pertolongan medik psikiatrik segera,
cepat dan tepat, karena kondisi itu dapat mengancam integritas fisik pasien,
integritas fisik orang lain, integritas psikologis pasien maupun integritas psikologik

keluarga dan lingkunganya .”


(Heriani, 2010).
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

Berdasarkan konsensus yang dikembangkan oleh


American Psychiatric Association (APA)
menyebutkan bahwa kedaruratan psikiatri adalah
gangguan yang bersifat akut, baik pada pikiran,
perilaku, atau hubungan sosial yang membutuhkan
intervensi segera yang didefinisikan oleh pasien,
keluarga pasien, atau masyarakat.
EVALUASI PASIEN SEBAGAI KEDARURATAN
PSIKIATRIK

Sering pula, suatu evaluasi


Pada kedaruratan darurat dari seorang Pasien mungkin datang
psikiatrik, seseorang pasien psikiatrik yang dibawa secara paksa oleh
menampilkan risiko menentukan taraf risiko anggota keluarga, oleh
yang nyata pada dirinya terhadap dirinya atau gurunya, atau polisi.
atau orang lain. orang lain.

(Kaplan, 1998).
EVALUASI PASIEN SEBAGAI KEDARURATAN
PSIKIATRIK

2 4
Kontak Pertama Wawancara
dengan Pasien Psikiatrik

1 3 5
Informasi Pemeriksaan Pemeriksaan
mengenai pasien Fisik status mental

(Kemenkes, 2010)
Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah

Bila pasien
membahayakan diri Bila perawatan di Perlu observasi lebih
sendiri atau orang rumah tidak lanjut.
lain memadai

(Elvira, 2010).
JENIS
KEGAWATDARURATAN
PSIKIATRIK
1. TINDAKAN BUNUH DIRI/TENTAMEN
SUICIDUM
Bunuh diri atau suicide atau
tentamen suicidum adalah kematian
yang diniatkan dan dilakukan oleh Mulai tahun 2000, WHO
seseorang terhadap dirinya sendiri memperkirakan satu juta orang di
atau segala perbuatan seseorang dunia bunuh diri setiap tahunnya
yang dapat mengakhiri hidupnya (Kemenkes, 2010).
sendiri dalam waktu singkat
(Maramis, 2009).
8-10 kali
30.000 lebih 10-20 Juta
Kematian di Amerika besar Data WHO pada tahun 2006
Serikat disebabkan melaporkan bahwa setiap
oleh bunuh diri Jumlah usaha tahunnya di dunia berupaya
(bunuh diri yang bunuh diri. bunuh diri
berhasil) (Kaplan, 2010).
(Kaplan, 2010).

24 dari 100.000 orang


Jumlah rata-rata
penduduk Indonesia
yang meninggal akibat
bunuh diri
Penderita yang melakukan bunuh diri dikelompokkan menjadi 4 golongan:

a.Orang yang berhasil melakukan


bunuh diri

b. Orang yang mengancam


melakukan bunuh diri

c. Orang yang telah menjalankan


tingkah laku bunuh diri

d. Mereka yang menghancurkan


diri (self destruction) secara kronik
Faktor yang terkait dengan tindakan bunuh diri
antara lain

2 4
Ras
Metoda

1 3 5
Jenis Usia Agama
kelamin

(Kaplan, 2010)
Faktor yang terkait dengan tindakan bunuh diri
antara lain

7 9
Pekerjaan Kesehatan
Mental

6 8 10
Status Kesehatan Pasien
Perkawinan Fisik psikiatrik

(Kaplan, 2010)
Etiologi dari tindakan bunuh diri berdasarkan
beberapa teori sbb:

Teori Durkheim:
1. Bunuh diri egosentrik
2. Bunuh diri altruistik
3. Bunuh diri anomik (Kaplan, 2010)
• Teori Freud
• Teori Menninger

(Kaplan, 2010)
Herbert Hendin
a.Kematian sbg pelepasan
pembalasan

b. Kematian sbg pembunuhan


terkedik (ke belakang)

c. Kematian sbg penyatuan


kembali

d. Kematian sbg Hukuman


untuk diri sendiri
(Kaplan, 2010)
• Genetika riwayat bunuh diri
pada keluarga
• Neurokimiawi Defisiensi
serotonin dan kadar 5-HIAA
(Kaplan, 2010)
Hal-hal yang mendasari perilaku bunuh diri yaitu:

• Ketidakmampuan seseorang mengendalikan krisis, situasi


kehidupan yang penuh dengan tekanan,
• Tidak mampu mencari jalan keluar terbaik,
• Adanya halusinasi, dan waham bersalah yang menyertai.
• Umumnya gejala yang terlihat pada seseorang yang melakukan
tindakan bunuh diri berupa perilaku yang sering menyendiri,
menghindar, perasaan sedih yang terus-menerus, perasaan
tertekan dan mudah emosi
(Allen, 2002)
2. TINGKAH LAKU DAN KEKERASAN YANG
MENYERANG (VIOLANCE)
Gejala yang sering muncul dalam
Dalam klasifikasi Psychiatric Emergency kondisi ini berupa:
hal ini digolongkan menjadi major • Marah yang tidak terkendali
emergency karena termasuk perilaku • Sifat mengancam
yang dapat mengancam kehidupan • Menyerang
seorang yang terkait maupun lingkungan • Merusak/membanting barang
sekitarnya • Berpikir irasional
Perlaku ini dapat disebabkan oleh • Tidak kooperatif
gangguan psikotik maupun non- • Waham
psikotik. • Halusinasi
• Paranoid (Kemenkes, 2010)
3. KEADAAN GADUH GELISAH

Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti


kata sebenarnya, tetapi hanya menunjuk pada suatu
keadaan tertentu, suatu sindrom dengan sekelompok
gejala tertentu.

Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan


sementara untuk suatu gambaran psikopatologis dengan
ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.
(Maramis, 2009)
Kegawatdaruratan psikiatrik gaduh gelisah dapat disebabkan
oleh beberapa hal sbb:

• Psikosis (fungsional maupun organik).


• Kecemasan akut dengan/tanpa panik.
• Kebingungan post konvulsi.
• Reaksi disosiasi & keadaan fugue.
• Ledakan amarah/temper tantrum.

(Pinastikasari, 2009)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Pasien Gaduh
Gelisah:
a. Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol target
simptom
b. Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui obat yang
sedang atau terakhir dipakai.
c. Pemberian obat per oral harus segera dimulai pada hari itu
juga. (Pinastikasari, 2009)
4. KEADAAN MANIK
• Aktivitas motorik meningkat (hiperaktivitas) yang digambarkan dengan keadaan
bernyanyi-nyanyi, mempunyai daya pikir sekedarnya, mempunyai gejala loncat pikir (flight
of ideas)
• Berbicara demikian cepat sehingga beberapa kalimat menjadi satu, sering mencampuri
urusan orang lain dan mengemukakan tuntutan. Penderita umumnya sering bersifat
agresif dan bertingkah laku ekstrovert
• Perhatian mudah teralihkan dan sangat peka terhadap rangsangan lingkungan.
• Tingkah laku lepas kendali dan jauh dari realitas sehingga dapat bersifat destruktif dan
berbahaya.
• Kebutuhan tidur berkurang
• Kadang mempersolek diri dengan bunga, perhiasan dan ornamen yang berlebihan serta
make up berlebihan
• Berusaha mendekor lingkungannya dengan sesuatu berwarna mencolok
• Sering menyapa orang tak dikenal dan jika dihalangi mudah tersinggung dan dapat
mengucapkan kata-kata kotor
5. TINDAKAN KEKERASAN SEKSUAL
• Kekerasan seksual dapat menyerang laki-laki maupun perempuan. Korban
dalam kekerasan seksual lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki.
• Pasien korban tindak kekerasan seksual (pemerkosaan) biasanya dibawa ke
instalasi kegawatdaruratan psikiatrik oleh teman atau polisi.
• Dapat datang dengan gejala-gejala depresi, ketakutan, anxietas, atau gejala
somatik.
• Gejala-gejala anxietas dan depresi dapat menjadi kronik sehingga menarik
diri dari kegiatan rutin sehari-hari.
• Mereka menjadi mudah tersinggung, hidup dalam ketakutan bahwa pelaku
akan datang kembali melakukan kejahatan yang sama, atau membalas
dendam jika mereka melaporkan hal tersebut (Kemenkes, 2010)
6. Neuroleptik Malignant Syndrome (NMS)
Keadaan ini merupakan suatu reaksi yang bersifat fatal terhadap satu macam
atau lebih obat neuroleptik/kombinasi. Ditandai dengan adanya sindrom
ekstrapiramidal (Allen, 2002).

Manifestasi klinis berupa rigiditas katatonik, ketidakstabilan autonomik,


hiperpireksia, gangguan kesadaran. Gejala ekstrapiramidal yang khas yaitu:
• Parkinsonisme
• Peningkatan tonus otot Apabila pasien dgn gangguan psikotik
• Rigiditas hingga stupor, datang ke IGD dlm keadaan demam tinggi
• Tremor yg tdk jelas penyebabnya disertai keadaan
• Disartria rigiditasnya tdk membaik dgn obat
antiparkinson spt triheksifenidil  sudah
• Disfagia memenuhi syarat utk menegakkan diagnosis
• Gerakan koreiform (Dass, 2007) kerja
PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATA
N PSIKIATRIK
Modalitas terapi yang digunakan untuk seting
kedaruratan psikiatri antara lain :
Perawatan di kedaruratan
psikiatri biasanya berfokus
a.Farmakoterapi
pada manajemen perilaku
dan gejala.
Dalam melakukan proses
a.Seclusion (isolasi)
evaluasi, bila fasilitas tidak
memadai, dapat dilakukan
perujukan pada fasilitas
kesehatan terdekat yang
a.Restraint (Fiksasi Fisik)
memiliki fasilitas yang
cukup untuk
penatalaksanannya. Psikoterapi
1. TINDAKAN BUNUH DIRI

• Do no harm
• Hindarkan dari barang berbahaya
• Berikan harapan kepada pasien
• Psikofarmaka: Antidepresan
(Fluoxethine, Sertralin)
2. TINGKAH LAKU KEKERASAN DAN
MENYERANG (VIOLENCE)
Penatalaksanaan yang paling tepat adalah pendekatan psikososial
dan menjauhkan dari sumber pemicu kekerasan. Sedangkan untuk
penatalaksanaan secara medikamentosa dibagi dua:

Psikotik
Inj. Haloperidol 5-10 mg/IM (dapat dikombinasikan dengan
diazepam 10 mg/IM)
Inj. Olanzapin 10 mg
Inj. Clorpromazin 100mg/IM
Non Psikotik
Inj. Diazepam 5-10 mg/IM
3. KEADAAN GADUH GELISAH

• Bersikap tenang
• Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis
terapeutik tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya
sangat berguna untuk mengendalikan psikomotorik yang meningkat.
• Bila tidak terdapat, maka suntikan neuroleptikum yang mempunyai
dosis terapeurik rendah, misalnya trifluoperazine, haloperidol (5 – 10
mg)
• Bila tidak ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai,
misalnya diazepam (5 – 10 mg), disuntik secara intravena
PENANGANAN DENGAN RESTRAINT

RESTRAINT:
 Terapi dengan alat-alat mekanik/ manual untuk membatasi
mobilitas fisik pasien
 Dilakukan pada kondisi khusus, intervensi yg terakhir jika
perilaku sudah tidak dapat diatasi/ dikontrol dengan
strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan

INDIKASI:
Perilaku amuk, perilaku agitasi, pasien dgn gangguan
kesadaran, ancaman thdp integritas fisik
Jenis-jenis
RESTRAINT

CAMISOLE (jaket pengekang)

Manset/ tali untuk pergelangan tangan dan kaki


4. KEADAAN MANIK

• Pasien perlu diperlakukan dengan pendekatan khusus


• Pemberian obat haloperidol dapat digunakan dengan dosis awal 2-5
mg per oral 2-3 kali sehari dan dosis maksimal 20 mg per hari.
Klorpromazin juga dapat diberikan dengan dosis 3x100 mg sehari
secara per oral.
• Diazepam juga dapat memberikan efek terapi yang baik dalam dosis
10-20 mg IM

• Lithium Karbonat tab 250 mg 1-1,5g/hari PO. Tab 400


mg: 800 mg-1,2g/hari PO
• Karbamazepin 400 mg PO
5. TINDAKAN KEKERASAN SEKSUAL

Tujuan tindakan medis adalah untuk mencegah terjadi infeksi, penyakit


menular seksual, kehamilan dan mengumpulkan bukti perkosaan
dengan merujuk pada dokter yang berkompeten.

• Cegah pasien melakukan perbuatan membahayakan


• Beri pemahaman bahwa tindakan tersebut bukan salah korban
• Bimbing keluarga untuk mendampingi korban, mencegah timbul
perasaan tidak bersih dan tidak berguna
6. Neuroleptic Malignant Syndrom (NMS)
1. Hentikan semua obat neuroleptic
2. Atasi demamnya dg kompres es. Obat antipiretik
3. Pantau tanda vital setiap 15 menit
4. Rehidrasi untuk mengatasi keadaan dehidrasi
5. Perhatikan keseimbangan cairan tubuh dan keadaan fungsi
ginjal
6. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, darah
lengkap, kadar elektrolit, kimia darah (kadar urea kreatinin,
fungsi hati)
 Mekanisme Perifer : obat relaksasi otot skeletal spt diazepam 10 mg i.v
setiap 6 jam (sampai rigiditas teratasi)
 Triheksifenidil  antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat
daripada perifer. Dosis 3-6mg/hari
 Mekanisme Sentral : utk memperbaiki aktivitas dopaminergik dg
menggunakan :
a. Bromokriptin (parlodel tab 2,5 mg) suatu agonis dopamin yg
aktivitasnya berlawanan dg antagonis dopamin pd fungsi pusat
pengatur suhu di hipotalamus & kontraksi otot perifer dg dosis 20-30
mg per hari yg dibagi dlm 4 dosis per oral, dpt dinaikkan sampai 60
mg/hr dlm 3 dosis per oral
b. Amantadine (symmetral) suatu uptake inhibitor dgn dosis 200 mg/hr
c. L dopa, levodopa (laradopa, madopar tab 100 mg dgn dosis 2 dd 100
mg)
DAFTAR PUSTAKA
Allen H, et al., 2002, Emergency Psychiatry (Review of Psychiatry Series, Vol 21, Number 3, American Psychiatric
Publishing, Inc: Washington DC.
Dass-Brailsford, P 2007, ‘Crisis interventions’, in A practical approach to trauma: empowering interventions, Sage
Publication, California, pp 93-109.
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Heriani, Kusumadewi Irmia, Siste Kristiani, 2010, Kedaruratan Psikiatri dalam Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Kegawatdaruratan Psikiatri dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Tangerang (Indonesia) : Binarupa Aksara.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika.
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
Pinastikasari, N. 2009. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatri. Psikovidya Vol 13:1. Malang: RS Dr. Radjiman
Wediodiningrat.
Surilena. 2005. Fenomena Bunuh Diri pada Masyarakat Indonesia. Majalah Kedokteran Atmajaya 4 (3) : 189-200.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai