Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS REAL PART 1

S2 MATEMATIKA
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PROLOG
• Pernyataan dan Logika Matematika
• Pernyataan Berkuantor
• Bukti dan Metode Pembuktian
• Himpunan dan Notasinya
• Fungsi
PERNYATAAN
• Pernyataan adalah suatu kalimat yang
mengandung nilai kebenaran
• Setiap pernyataan dapat bernilai “benar” atau
“salah”, tetapi tidak mungkin benar dan salah
sekaligus.
• Sebagai contoh, “1 + 1 = 2” merupakan sebuah
pernyataan yang benar.
• Pernyataan seperti “n + 1 = 2” merupakan sebuah
kalimat terbuka, yang kebenarannya bergantung
pada nilai n. Bila 𝑛 = 1, maka pernyataan
tersebut benar; tetapi bila 𝑛 ≠ 1, maka
pernyataan tersebut salah.
Pernyataan
• Matematika sarat dengan kalimat atau
pernyataan yang berkaitan antara satu dan
lainnya.
• Dua pernyataan P dan Q dikatakan setara apabila
keduanya mempunyai nilai kebenaran yang sama
(yakni, jika P benar, maka Q benar; dan
sebaliknya, jika P salah, maka Q juga salah).
• Dalam hal P dan Q setara, kita sering menulis “P
jika dan hanya jika Q”. Sebagai contoh, “n + 1 = 2
jika dan hanya jika n = 1.”
Logika
• Terdapat beberapa cara membentuk sebuah
pernyataan baru dari pernyataan yang
diberikan, yaitu dengan menggunakan kaitan
logis.
• Jika P adalah suatu pernyataan, maka “tidak
P” adalah pernyataan baru yang merupakan
negasi dari P.
• Jika P benar, maka negasinya salah; dan jika P
salah, maka negasinya benar.
Logika
• Diberikan dua buah pernyataan P dan Q, kita
dapat membentuk konjungsi dari P dan Q,
yaitu “P dan Q”, yang bernilai benar jika P dan
Q keduanya benar, dan bernilai salah selain
itu.
• Kita juga dapat membentuk disjungsi dari P
dan Q, yaitu “P atau Q”, yang bernilai benar
jika setidaknya satu di antara P dan Q benar.
Logika
• Sebuah implikasi: pernyataan “jika P, maka Q”, yang
sering dilambangkan sebagai “P⇒ Q”.
• Di sini P merupakan syarat cukup bagi Q, sementara
Q merupakan syarat perlu bagi P.
• Dalam implikasi ini P disebut sebagai hipotesis,
sementara Q disebut sebagai kesimpulan.
• Berdasarkan konsensus, pernyataan “jika P, maka
Q” bernilai salah jika P benar dan Q salah, dan
bernilai benar selain itu.
• Dalam hal ”jika P, maka Q” benar dan ”jika Q, maka
P” benar, kita katakan ”P jika dan hanya jika Q”,
yakni, P setara dengan Q.
Kontraposisi dan Konvers
• Implikasi “jika tidak Q, maka tidak P”
merupakan kontraposisi dari “jika P, maka Q”.
• Implikasi “jika Q, maka P” merupakan konvers
dari “jika P, maka Q”.
Kuantor
• Dalam matematika sering kali kita berurusan dengan
pernyataan yang mengandung frase “untuk setiap”,
“untuk semua”, “untuk suatu”, “terdapat”, dan
sejenisnya.
• “Untuk setiap”, “untuk semua”, atau frase yang setara
dengannya, merupakan kuantor universal; sedangkan
“untuk suatu”, “terdapat”, atau yang setara dengannya,
merupakan kuantor eksistensial.
• Catat bahwa dalam matematika, “untuk suatu” berarti
“terdapat setidaknya satu” (bisa satu saja, bisa juga
lebih). Berikut adalah beberapa contoh pernyataan
berkuantor.
Contoh
• Setiap bilangan asli 𝑛 memenuhi
pertaksamaan 𝑛2 > 𝑛.
• Setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai
jumlah dari beberapa bilangan kuadrat.
(Bilangan kuadrat adalah 12 = 1, 22 = 4, 32 =
9 dan seterusnya.)
• Terdapat bilangan asli yang genap dan ganjil
sekaligus
Negasi Pernyataan berkuantor
• Negasi dari pernyataan “untuk setiap n berlaku P”
adalah “terdapat n yang tidak memenuhi P”.
• Sebagai contoh, negasi dari “setiap bilangan asli 𝑛
memenuhi 𝑛2 > 𝑛” adalah “terdapat bilangan
asli n yang tidak memenuhi 𝑛2 > 𝑛”. (Tentu
dalam hal ini negasinyalah yang benar.)
• Cukup sering kita menyimpulkan bahwa suatu
pernyataan salah setelah memeriksa bahwa
negasinya benar, atau sebaliknya.
Kuantor universal dan Implikasi
• Perhatikan bahwa pernyataan “setiap bilangan
asli n memenuhi 𝑛2 > 𝑛” dapat ditulis ulang
sebagai implikasi “jika n adalah bilangan asli,
maka 𝑛2 > 𝑛”
• Jadi, selain melalui negasinya, kita dapat pula
memeriksa kebenaran suatu pernyataan
berkuantor universal sebagai sebuah implikasi.
Pembuktian
• Bukti (Bhs. Ing. ‘proof’) merupakan sesuatu yang
membedakan matematika dari ilmu lainnya seperti
fisika atau kimia yang berpijak pada eksperimen.
• Dalam matematika, eksperimen juga penting tetapi
bukti lebih esensial. Pernyataan seperti “setiap
bilangan kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi
dengan 4” tidak dapat disimpulkan benar melalui
eksperimen dengan bilangan-bilangan kuadrat, karena
terdapat tak terhingga banyaknya bilangan kuadrat
• Eksperimen dapat menghasilkan suatu dugaan, namun
kita perlu bukti untuk meyakinkan bahwa pernyataan
itu memang benar adanya.
Langkah Pembuktian
• Dihadapkan pada sebuah pernyataan, langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah memahami maksud
pernyataan tersebut: apa yang diketahui (hipotesis)
dan apa yang harus dibuktikan (kesimpulan).
• Kadang kita harus mengetahui konteks yang terkait
dengan pernyataan tersebut.
• Sebagai contoh, dalam pernyataan “setiap bilangan
kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi dengan
4”, kita berurusan dengan bilangan asli (1, 2, 3, . . . ).
• Selain itu, pernyataan di atas juga mengandung
kuantor ‘setiap’, yang memerlukan aksi tertentu dalam
pembuktiannya kelak.
Langkah Pembuktian
• Sebelum kita membahas bagaimana membuktikan
suatu pernyataan berkuantor seperti di atas, marilah
kita pelajari bagaimana membuktikan pernyataan
tanpa kuantor yang berbentuk konjungsi, disjungsi,
atau implikasi.
• Untuk membuktikan bahwa “P dan Q” benar, tentunya
kita harus membuktikan bahwa P benar dan juga Q
benar.
• Sementara itu, untuk membuktikan bahwa “P atau Q”
benar, kita dapat memulainya dengan memisalkan P
salah dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa Q
benar. (Jika P benar, maka “P atau Q” benar, sehingga
tidak ada yang harus dilakukan.)
Langkah Pembuktian
• Untuk membuktikan bahwa implikasi “jika P, maka Q”
benar, kita mulai dengan memisalkan bahwa P benar
dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa Q juga
benar. (Jika P salah, maka “P ⇒ Q” otomatis benar,
sehingga tidak ada yang harus dilakukan.)
• Implikasi ini dapat pula dibuktikan melalui
kontraposisinya, yaitu “jika tidak Q, maka tidak P”.
• Cara lainnya adalah dengan metode pembuktian tak
langsung, yaitu dengan memisalkan P benar dan Q
salah, dan kemudian berusaha mendapatkan suatu
kontradiksi, sesuatu yang senantiasa salah.
• Yang dimaksud dengan kontradiksi adalah konjungsi “R
dan tidak R”, untuk suatu pernyataan R. Sebagai
contoh, n genap dan ganjil (tidak genap) sekaligus
merupakan suatu kontradiksi.
Contoh Pembuktian
• Buktikan jika n memenuhi 𝑛2 = 𝑛, maka 𝑛 =
0 atau 𝑛 = 1.
• (Di sini kita berhadapan dengan sebuah
implikasi dengan hipotesis n memenuhi 𝑛2 >
𝑛 dan kesimpulan berupa suatu disjungsi 𝑛 =
0 atau 𝑛 = 1.)
Bukti
• Misalkan n memenuhi (𝑛2 = 𝑛 yaitu, hipotesis
benar). Akan ditunjukkan bahwa 𝑛 = 0 atau 𝑛 =
1 (yaitu, kesimpulan benar).
• Untuk itu, misalkan 𝑛 = 0 salah, yakni 𝑛 ≠ 0.
Tugas kita sekarang adalah menunjukkan bahwa
𝑛 = 1.
• Untuk itu, perhatikan bahwa 𝑛2 = 𝑛 setara
dengan 𝑛(𝑛 − 1) = 0.
• Karena 𝑛 ≠ 0, maka mestilah 𝑛 − 1 = 0. Jadi
mestilah 𝑛 = 1∎
Pembuktian Pernyataan Berkuantor
• Secara umum, untuk membuktikan
pernyataan “terdapat n sehingga P”, kita harus
mendapatkan n (entah bagaimana caranya)
yang membuat P benar.
• Sebagai contoh, pernyataan “terdapat
bilangan asli n sehingga 𝑛2 ≤ 𝑛” terbukti
benar setelah kita menemukan bilangan 𝑛 =
1 yang memenuhi 𝑛2 ≤ 𝑛.
Pembuktian Pernyataan Berkuantor
• Sementara itu, untuk membuktikan pernyataan
“untuk setiap n berlaku P”, kita harus memulainya
dengan mengambil n sembarang (tentunya dalam
konteks yang sesuai), dan kemudian berusaha
menunjukkan bahwa P berlaku untuk n.
• Cara lainnya adalah dengan menuliskan
pernyataan berkuantor ini sebagai sebuah
implikasi, baru kemudian kita membuktikannya.
Contoh Pembuktian Pernyataan
Berkuantor
• Buktikan bahwa setiap bilangan kuadrat mempunyai
sisa 0 atau 1 ketika dibagi dengan 4.
• Bukti. Ambil sebarang bilangan kuadrat, sebutlah 𝑛2 .
Ada dua kemungkinan tentang n, yaitu n genap atau n
ganjil. Jika n genap, sebutlah 𝑛 = 2𝑘, maka 𝑛2 = 4𝑘 2 .
Dalam hal ini 𝑛2 mempunyai sisa 0 ketika dibagi
dengan 4. Sementara itu, jika n ganjil, sebutlah 𝑛 =
2𝑘 + 1, maka 𝑛2 = 4𝑘 2 + 4𝑘 + 1. Dalam hal ini n
akan mempunyai sisa 1 ketika dibagi dengan 4. Jadi,
berapa pun n, n akan mempunyai sisa 0 atau 1 ketika
dibagi dengan 4.
• Q.E.D (singkatan dari frasa Latin quod erat
demonstrandum yang berarti "yang sudah dibuktikan"
atau "yang sudah terbukti“)
Pembuktian Tak Langsung (Kontradiksi)
• Kita mulai dengan mengasumsikan bahwa
teorema (atau proposisi) tersebut salah.
• Lalu dengan langkah yang matematis, akan
diperoleh keganjilan, keganjalan, dan
ketidakmungkinan (sejenis itu lah pokoknya) yang
berlawanan dengan yang telah kita ketahui
(misalnya 2 adalah bilangan ganjil, 1 adalah
bilangan negatif, dan sebagainya).
• Akibatnya, asumsi kita salah, sehingga teorema
tersebut benar.
Contoh Pembutian Tak Langsung
Proposisi Untuk n bilangan bulat, jika 𝑛2 genap
maka n genap.
Bukti:
• Asumsikan 𝑛2 genap dan n ganjil. Karena n ganjil,
maka 𝑛 = 2𝑘 + 1 untuk suatu bilangan bulat 𝑘.
Dengan menguadratkan diperoleh
𝑛2 = (2𝑘 + 1)2 = 4𝑘 2 + 4𝑘 + 1 = 2 2𝑘 2 + 2 + 1
• Sehingga 𝑛2 = 2𝑡 + 1 dengan 𝑡 = 2𝑘 2 + 2.
Dengan kata lain, 𝑛2 ganjil. Akibatnya 𝑛2 genap
sekaligus ganjil. Tidak mungkin bilangan bulat
genap sekaligus ganjil. Kontradiksi.
Himpunan
• Himpunan adalah suatu koleksi objek, dan
objek dalam suatu himpunan disebut sebagai
anggota himpunan itu.
• Jika x merupakan anggota himpunan H, maka
kita katakan x di H dan kita tuliskan 𝑥 ∈ 𝐻.
• Jika y bukan anggota H, maka kita tuliskan 𝑥 ∉
𝐻.
Himpunan
• Cara yang paling sederhana untuk menyatakan
sebuah himpunan adalah dengan
mendaftarkan anggotanya.
• Sebagai contoh, kita menuliskan A = {0, 1,2, e,
p} untuk menyatakan himpunan yang
anggotanya adalah bilangan 0, 1,2, e, p.
• Serupa dengan itu, B = {Bagong, Gareng,
Petruk, Semar} menyatakan himpunan dengan
anggota Bagong, Gareng, Petruk, dan Semar.
Himpunan
• Cara penulisan di atas tentunya tidak cocok
digunakan untuk menyatakan himpunan yang
mempunyai tak hingga banyaknya anggota.
• Himpunan demikian biasanya dinyatakan dengan
menyebutkan sifat yang dimiliki secara khusus
oleh anggotanya. Sebagai contoh, 𝐶 = {𝑥 ∶
𝑥 𝑟𝑒𝑎𝑙, 𝑥 > 0} menyatakan himpunan semua
bilangan real positif.
• Serupa dengan itu, D = {y : y menghormati
Semar} menyatakan himpunan semua orang yang
menghormati Semar.
Himpunan
• Selanjutnya kita gunakan notasi Ø untuk
menyatakan himpunan kosong, yakni
himpunan yang tidak mempunyai anggota.
• Sebagai contoh, himpunan bilangan asli n
yang genap dan ganjil sekaligus merupakan
himpunan kosong; yakni {n : n bilangan asli
yang genap dan ganjil sekaligus} = Ø.
Operasi pada Himpunan
• 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵}
• 𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵}
• 𝐴 − 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∉ 𝐵}
• 𝐴𝑐 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝑈 dan 𝑥 ∉ 𝐴}
• 𝐴 ⊕ 𝐵 = (𝐴 ∪ 𝐵)– (𝐴 ∩ 𝐵)
• 𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐵}
Himpunan Bagian
• Misalkan H dan G adalah dua buah himpunan.
Kita sebut G himpunan bagian dari H dan kita
tuliskan G ⊆ H apabila setiap anggota G
merupakan anggota H.
• Bila diberikan dua buah himpunan H dan G,
dan kita diminta untuk membuktikan bahwa G
⊆ H, maka yang harus kita lakukan adalah
mengambil x ∈ G sembarang dan kemudian
berusaha menunjukkan bahwa x ∈ H.)
Himpunan Sama
• Catat bahwa G = H jika dan hanya jika G ⊆ H
dan H ⊆ G.
• Jika G ⊆ H dan 𝐺 ≠ 𝐻, maka G disebut sebagai
himpunan bagian sejati dari H, ditulis G ⊂ H.
• Sebagai contoh, jika A adalah himpunan
semua bilangan bulat yang habis dibagi 10 dan
B adalah himpunan semua bilangan yang
habis dibagi 2, maka A ⊂ B.
Pemetaan/Fungsi
• Pemetaan atau fungsi f dari himpunan A ke himpunan B,
ditulis
𝑓: 𝐴 → 𝐵
𝑎⟼𝑏
• adalah suatu aturan yang mengaitkan setiap 𝑎 ∈ 𝐴
dengan tepat sebuah 𝑏 ∈ 𝐵; dalam hal ini kita menulis
𝑓(𝑎) = 𝑏 dan menyebut 𝑏 sebagai peta atau nilai 𝑓 di 𝑎.
• Himpunan 𝐴 disebut sebagai domain atau daerah asal 𝑓,
dan himpunan 𝑓(𝐴) ∶= {𝑏 ∈ 𝐵 ∶ 𝑏 =
𝑓(𝑎) untuk suatu 𝑎 ∈ 𝐴} disebut sebagai daerah nilai
𝑓.
Fungsi Onto dan Satu-satu
• Fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dikatakan onto atau pada apabila
𝑓 (𝐴) = 𝐵. Dengan kata lain setiap elemen di B
adalah peta dari suatu elemen di A yaitu untuk setiap
𝑦 ∈ 𝐵 ada 𝑥 ∈ 𝐴 sedemikian sehingga 𝑓 𝑥 = 𝑦
• Fungsi f dikatakan satu-satu apabila 𝑓(𝑎) = 𝑓 (𝑎′)
mengakibatkan 𝑎 = 𝑎′
• Fungsi f dikatakan bijektif jika f onto dan satu-satu
• Grafik fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 adalah himpunan {(𝑎, 𝑓 (𝑎)) ∶
𝑎 ∈ 𝐴} yang secara umum merupakan himpunan
bagian dari 𝐴 × 𝐵 ∶= {(𝑎, 𝑏) ∶ 𝑎 ∈ 𝐴, 𝑏 ∈ 𝐵}.
• Contoh: Buktikan bahwa 𝑓: ℝ → ℝ dengan 𝑓 𝑥 =
5𝑥 + 2 adalah fungsi bijektif
.
Peta dan Prapeta
• Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan 𝐻 ⊆ 𝐴, maka 𝑓 terdefinisi
pada 𝐻 dan himpunan 𝑓(𝐻) ∶= {𝑏 ∈ 𝐵 ∶ 𝑏 =
𝑓(𝑎) untuk suatu 𝑎 ∈ 𝐻} disebut sebagai
peta dari H di bawah f .
• Jika G ⊆ B, maka himpunan 𝑓 −1 (𝐺) ∶= {𝑎 ∈
𝐴 ∶ 𝑓(𝑎) ∈ 𝐺} disebut sebagai prapeta dari G
di bawah f .
Soal Latihan
1. Buktikan jika 𝑛2 ganjil maka 𝑛 ganjil
2. Buktikan jika 𝑚2 + 𝑛2 = 0 maka 𝑚 = 0 dan 𝑛 =
0
3. Implikasi “jika Q, maka P” merupakan konvers
dari “jika P, maka Q”. Berikan sebuah contoh
implikasi yang benar tetapi konversnya salah.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk “P dan tidak Q”
dan bandingkan dengan tabel kebenaran untuk
“jika P, maka Q”. Apa kesimpulan anda?
Soal Latihan
1. Diberikan dua buah himpunan A dan B, kita
dapat mendefinisikan irisan dari A dan B,
yaitu 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥: 𝑥 ∈ 𝐴 dan 𝑥 ∈ 𝐵}.
Buktikan bahwa 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 jika dan hanya
jika 𝐴 ⊆ 𝐵.
2. Diketahui 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan 𝐻1 , 𝐻2 ⊆ 𝐴. Buktikan
bahwa
(i) 𝑓(𝐻1 ∩ 𝐻2 ) ⊆ 𝑓(𝐻1 ) ∩ 𝑓(𝐻2 ) dan
(ii) 𝑓(𝐻1 ∪ 𝐻2 ) ⊆ 𝑓(𝐻1 ) ∪ 𝑓(𝐻2 )

Anda mungkin juga menyukai