Anda di halaman 1dari 29

F20.

0 Skizofrenia Paranoid

Oleh :
Srisabrina Christia
I4A011056
Nurul Fahrena
I4A013236

Pembimbing:
dr. H. Yulizar , Sp.KJ, MM

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa


FK Unlam-RSUD Ulin
Banjarmasin
Maret, 2017
27 September 2019 1
A. Identitas Penderita
• Nama : Ny.M
• Usia : 47 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Handil Negara RT 04/01,
Gambut, Kab.Banjar.
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
• Agama : Islam
• Suku : Banjar
• Bangsa : Indonesia
• Status Perkawinan : cerai hidup
• Jumlah Anak :2
• Berobat tanggal : 22 Maret 2017

27 September 2019 2
Alloanamnesis
• Menurut adik ipar, pasien mulai meperlihatkan perubahan perilaku sejak
akhir Januari 2017. Keluarga mengeluhkan Pasien sulit tidur, sering
melamun, tidak mau diajak berkomunikasi, kadang-kadang menangis
sendiri, dan juga kadang-kadang berbicara sendiri. Di rumah, pasien hanya
diam dan tidak mau diajak berkomunikasi. Jika diperhatikan, terkadang
pasien akan berbicara sendiri seakan-akan sedang berbicara kepada orang
lain. Pasien juga mulai acuh dengan lingkungannya termasuk dengan
anaknya sendiri. Pasien jarang berkomunikasi dengan keluarga di rumah
dan orang-orang di sekitar lingkungan. Selain itu, pasien juga tidak peduli
dengan dirinya dan tidak mau makan. Sehingga keluarga harus
mengingatkan pasien untuk sekedar mandi maupun makan.
• Pasien mulai memperlihatkan perubahan perilaku semenjak di tinggal oleh
anak ke duanya pergi merantau untuk bekerja. Menurut anaknya, ibu tidak
mengatakan keberatan jika anaknya pergi, tetapi dari ekspresi wajah terlihat
ibu seakan tidak ingin anaknya pergi. Selama 1 minggu sejak anaknya
pergi, ibu masih sering berkomunikasi lewat telephone, tetapi kadang-
kadang ibunya menangis menyuruh anaknya pulang. Satu minggu setelah
27 September 2019
itu, ibunya mulai memperlihatkan perubahan perilaku. 3
Akhirnya keluarga pun membawa pasien ke orang pintar untuk diobati.
Setelah kembali dari orang pintar, menurut keluarga pasien
memperlihatkan sedikit perbaikan dan bisa tidur. Akan tetapi perbaikan itu
tidak bertahan lama pasien kembali kambuh. Bahkan pasien marah, teriak-
teriak, membanting barang dan berbicara ngawur. Menurut keluarga,
pasien juga tampak seperti dirasuki dan tiba-tiba bisa berdiri, pasien juga
sering berbicara tentang ziarah kubur seakan-akan sedang berbicara
dengan seseorang. Akhirnya pada 13 maret 2017 pasien dibawa ke IGD
RSJ sambang lihum tetapi pasien tidak dirawat inap dengan alasan pasien
memiliki penyakit fisik yakni stroke. Pasien disarankan untuk kontrol ke
poliklinik dan di poliklinik pasien diberi 4 macam obat.

27 September 2019 4
Autoanamnesis
• Ketika ditanya tentang identitas, pasien bisa menjawab
dengan benar meskipun berbicara tidak jelas karena ada
penyakit fisik yakni stroke. Ketika ditanya kenapa pasien
dibawa ke rumah sakit pasien mengatakan ingin berobat
karena tidak bisa berjalan. Pasien mengatakan sulit tidur
dan kadang-kadang mendengar bisikan. Saat ditanya
bisikan seperti apa, pasien mengatakan tidak jelas tetapi
kadang-kadang bisikan tersebut menyuruh pasien untuk
beraktifitas. Selain bisikan, pasien juga melihat bayangan
seperti manusia dan bayangan itu dapat masuk kedalam
tubuh pasien. Pasien merasa terganggu dengan bisikan
tersebut sehingga pasien sulit tidur karena takut. Ketika
ditanya tentang perasaan, pasien mengaku sedih dan
berharap bisa berjalan kembali.

27 September 2019 5
Riwayat
• RPD : Os tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Os memiliki penyakit fisik yaitu stroke.
• RPK : Tidak ada keluhan serupa

27 September 2019 6
Deskripsi umum
• A. Deskripsi Umum
• 1. Penampilan
• Pada saat diwawancarai tanggal 22 Maret 2017 pukul 10.30
WITA di Poli RSJ Sambang Lihum. Pasien seorang perempuan
datang dibawa oleh keluarganya dengan menggunakan kursi
roda. Pasien berperawakan kurus, penampilan tampak sesuai
dengan usianya. Kulit sawo matang dengan memakai baju
kaos lengan panjang berwarna hitam dan memakai rok
berwarna orange dan memakai sandal jepit.. Saat diajak
berkomunikasi, pasien menjawab sesuai pertanyaan dengan
benar meskipun tidak lancar, pasien juga ikut tersenyum
ketika pemeriksa mengajak bercanda. Raut wajah pasien
memperlihatkan kesedihan,cemas dan tidak bersemangat.
• .

27 September 2019 7
• Kesadaran : Jernih
• 3. Perilaku dan aktivitas motorik :
Normoaktif
• 4.Pembicaraan : verbal, tidak
spontan dan koheren
• 5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
• 6. Kontak psikis : kontak ada, wajar, dan
tidak dapat dipertahankan.
27 September 2019 8
Keadaan Afektif
• B. Keadaan
• Afek : hipothym
• Ekspresi Afektif : Sedih, murung dan
ketakutan
• Keserasian : Appropiate
• Empati : tidak dapat
dirabarasakan

27 September 2019 9
Fungsi Kognitif
• Fungsi Kognitif
• Kesadaran : Jernih
• Daya konsentrasi : jelek
• Orientasi
• Waktu : baik
• Tempat : baik
• Orang : baik
• Situasi : baik
• Daya ingat
• Segera : baik
• Jangka pendek : baik
• Jangka panjang : baik
• Inteleginsia dan pengetahuan umum : sesuai dengan taraf pendidikan

27 September 2019 10
Persepsi
• . Gangguan Persepsi
• Halusinasi A/V/G/T/O : +/+/-/-/-
• Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

• Depersonalisasi / derealisasi : -/-

27 September 2019 11
• Proses pikir
• Bentuk pikir : Tidak realistik
• Arus pikir : lambat
• Isi pikir :
– Preokupasi : (-)
– Waham : waham (+) / delusion of control
• F. Pengendalian Impuls : baik
• G. DayaNilai
• Daya nilai sosial : baik
• Uji daya nilai : baik
• H. Tilikan : Tilikan 1
• I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
27 September 2019 12
Status Internus

• Keadaan umum : Kompos mentis

Tanda vital
• Tekanan darah : 160/90 mmHg
• Nadi : 90 x/menit
• Frekuensi napas : 20 x/menit
• Suhu tubuh : 36,2 C

27 September 2019 13
Kulit
Inspeksi : hematom (-) petekie (-), anemis (-), ikterik (-)
Palpasi : nodul (-)
Kepala dan Leher
Inspeksi : normosefali, wajah terlihat kaku seperti topeng
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)
Auskultasi : bruit (-)
Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

27 September 2019 14
Telinga
Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)
Palpasi : nyeri mastoid (-/-)
Hidung
Inspeksi : epistaksis (-/-)
Palpasi : nyeri (-/-)
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), sianosis (-)

27 September 2019 15
Toraks
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokal sulit dievaluasi
Perkusi : sonor
Auskultasi : rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis terlihat di ICS V
Palpasi : iktus teraba di ICS V
Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis
dektra
batas kiri: ICS V linea midklavikula
sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

27 September 2019 16
Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen rata normal,
sikatrik (-), striae (-), hernia (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-), massa (-)
Nyeri tekan - - -
- - -
- - -
Ekstremitas
Parase ekstemitas bawah kanan
Akral hangat + + edem - -
+ + - -

27 September 2019 17
Status Neurologis
Nervus I – XII
parese N.VII (D)
Parese N.XII (D)
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada

27 September 2019 18
Evaluasi Multiaksial

• AKSIS I : Skizofrenia paranoid (F.20.0)


• AKSIS II : None
• AKSIS III : Hipertensi dan Stroke
• AKSIS IV : Masalah keluarga dan perkawinan
• AKSIS V : GAF scale 40-31 (beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi)

27 September 2019 19
RENCANA TERAPI

• Psikofarmaka:
• Ariski (aripiprazol) 2 x 2,5 mg
• Haloperidol 2x 1,5 mg
• Trihexylphenidyl 2 x2 mg
• Pengobatan Stroke: Citicoline 3x1

27 September 2019 20
• Psikoterapi :
• Support terhadap penderita dan keluarga
• Menjelaskan kepada keluarga tentang
keadaan dan agar selalu memberikan
dukungan kepada pasien
• Bimbingan agama

• Fisioterapi : untuk berjalan

27 September 2019 21
Pembahasan
• Skizofrenia merupakan deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau deteriorating) yang luas
serta sejumlah akibat yang tergantung dari
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan
sosial budaya.

27 September 2019 22
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ-
III
• harus ada sedikitnya 1 gejala yang amat jelas atau 2
gejala yang kurang tajam dari gangguan isi pikir,
waham atau halusinasi auditorik.
• paling sedikit 2 gejala yang selalu ada secara jelas yaitu
halusinasi yang menetap, gangguan arus pikir, perilaku
gaduh gelisah atau gejala negatif.
• gejala itu setidaknya berlangsung 1 bulan atau lebih
dan harus disertai perubahan yang konsisten dan
bermakna dari beberapa aspek perilaku pribadi yang
bermanefestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri dan penarikan diri secara social.

27 September 2019 23
Gangguan Skizofrenia paranoid/ F.20.0

• Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis


skizofrenia
• Sebagai tambahan; halusinasi dan/waham
harus menonjol
• Gangguan afektif dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/tidak menonjol

27 September 2019 24
Tatalaksana
• Antipsikotik
Ariski(aripiprazole) 2x2,5mg
Haloperidol 2x1,5
• Mencegah terjadinya EPS:
trihexyphenidil 2 x 2 mg tablet

27 September 2019 25
Penutup
• Telah dilaporkan kasus seorang perempuan
berusia 47 tahun dengan Skizofrenia paranoid
(F.20.0). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
kriteria dari PPDGJ-III. Pasien telah diberikan
terapi antipsikotik :Ariski(aripiprazole)
2x2,5mg, Haloperidol 2x1,5
• Mencegah terjadinya EPS:
trihexyphenidil 2 x 2 mg tablet

27 September 2019 26
27 September 2019 27
27 September 2019 28
Thank you

27 September 2019 29

Anda mungkin juga menyukai