Anda di halaman 1dari 34

FORENSIK KLINIK

Andri Nur Rochman, dr., SpF


PENGERTIAN

Forensik Klinik:
pemeriksaan pasien hidup yang merupakan subjek
dengan cedera atau tersangka tersangkut kasus
pelanggaran hukum dan memerlukan bukti medis.
Pemeriksaan korban kejahatan dan kasus pelanggaran
hukum dengan tujuan untuk memperoleh,
mencatat/mendokumentasikan dan
menginterpretasikan bukti medis.
KEBIJAKAN

• Yang melaksanakan pelayanan Forensik Klinik adalah dokter klinik


yang menangani atau yang memeriksa pasien, yaitu dokter yang
bertugas di IGD bagi pasien gawat darurat dan dokter yang
bertugas di IRJ bagi pasien yang masuk ke rawat jalan, serta dokter
yang bertugas di ruang perawatan bagi pasien yang dirawat
• Pembuatan VeR dilakukan oleh dokter klinik yang memeriksa atau
menangani pasien dibantu oleh dokter Forensik.
 Pemeriksaan / penanganan Forensik klinik dilakukan di
IGD,IRJ, atau ruang perawatan.
 Visum et Repertum dibuat bila ada surat permintaan dari
kepolisian yang datang bersama korban atau pasien, serta diantar
langsung oleh polisi.
 Pasien yang disertai surat permintaan Visum et Repertum
dikenakan biaya, sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit dan
ketentuan KUHAP.
 Bila pasien datang tanpa permintaan Visum et Repertum hasil
pemeriksaan adalah menjadi rahasia pasien.
Kejahatan Seksual
 Kejahatan seksual (sexual offences), sebagai salah satu bentuk
dari kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa
manusia, mempunyai kaitan yang erat dengan Ilmu
Kedokteran, khususnya Ilmu Kedokteran Forensik; yaitu di
dalam upaya pembuktian kejahatan tersebut memang telah
terjadi.
 Upaya pembuktian secara kedokteran forensik pada setiap
kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas di dalam upaya
pembuktian ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan, ada
tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur, serta
pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau
sudah mampu untuk dikawini atau tidak.
Persetubuhan Yang Merupakan
Kejahatan
 Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang
dimaksudkan oleh undang-undang, dapat dilihat pada pasal-
pasal yang tertera pada Bab XIV KUHP, yaitu Bab tentang
Kejahatan Terhadap Kesusilaan; yang meliputi baik
persetubuhan di dalam perkawinan maupun persetubuhan di
luar perkawinan.
 Di dalam upaya menentukan bahwa seseorang itu belum
mampu dikawin dapat menimbulkan permasalahan bagi
dokter, oleh karena penentuan tersebut mencakup dua
pengertian, yaitu pengertian secara biologis dan pengertian
menurut undang-undang.
 Visum et Repertum dapat memberikan kejelasan perihal
perkiraan umur dari wanita, apakah umurnya di bawah 12
tahun atau di bawah 15 tahun; perihal mampu atau tidaknya
dapat dikawin serta ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan
(pasal 287 KUHP). Demikian juga kejelasan apakah umur
wanita di atas 15 tahun serta ada tidaknya tanda-tanda
persetubuhan (pasal 284 KUHP).
Perkosaan
 Umumnya negara-negara maju mendefinisikan perkosaan sebagai
perbuatan bersenggama yang dilakukan dengan menggunakan
kekerasan (force), menciptakan ketakutan (fear), atau dengan cara
memperdaya (fraud). Bersenggama dengan wanita idiot atau
imbisil juga termasuk perkosaan (statutory rape), tidak
mempersoalkan apakah wanita tersebut menyetujui atau menolak
ajakan bersenggama sebab dengan kondisi mental seperti itu tidak
mungkin yang bersangkutan mampu (berkompeten) memberikan
konsen yang dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis.
 Berdasarkan pasal 285 KUHP, perkosaan di Indonesia
digolongkan sebagai tindak pidana yang hanya dapat
dilakukan oleh laki-laki (male crime) terhadap wanita
yang bukan istrinya dan persetubuhannya pun harus
bersifat intravaginal coitus. Persetubuhan oral atau anal
yang dilakukan dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan tidak dapat diklasifikasikan sebagai perkosaan,
melainkan perbuatan menyerang kehormatan kesusilaan
(pasal 289 KUHP).
Jadi tindak pidana perkosaan di Indonesia harus memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
 Unsur pelaku, yaitu:
 harus orang laki-laki
 mampu melakukan persetubuhan

 Unsur korban:
 harus orang perempuan
 bukan istri dari pelaku

 Unsur perbuatan, terdiri atas:


 persetubuhan dengan paksa (against her will)
 pemaksaan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik atau
ancaman kekerasan.
Pembuktian Perkosaan
Dokter hanya dapat diminta bantuannya untuk melakukan
pemeriksaan terhadap:
 Korban, dengan tujuan untuk:
 Mengungkap apakah betul korban seorang perempuan.
 Mengungkap apakah betul telah terjadi senggama.
 Mengungkap identitas laki-laki yang menyetubuhi.
 Mengungkap apakah betul telah terjadi kekerasan fisik.
 Tersangka, dengan tujuan untuk:
 Mengungkap apakah tersangka benar-benar laki-laki.
 Mengungkap apakah tersangka dapat melakukan senggama (tidak impoten).
Tanda-tanda persetubuhan
 Tanda langsung:
 robeknya selaput dara akibat penetrasi penis.
 Lecet atau memar akibat gesekan-gesekan penis
 Adanya sperma akibat ejakulasi
 Tanda tidak langsung
 terjadinya kehamilan
 terjadinya penularan penyakit kelamin
Tanda-tanda kekerasan

Kekerasan adalah tindakan pelaku yang bersifat fisik yang


dilakukan dalam rangka memaksa korban agar dapat disetubuhi.
Termasuk kekerasan di sini adalah penggunaan obat-obatan yang
dapat mengakibatkan korban tidak sadar.
Pertama yang perlu dicatat adalah:
 Waktu dan nama polisi yang mengantarkan
korban/tertuduh ke dokter di rumah sakit dengan
permintaan visum et repertum.
 Nama bidan atau perawat yang membantu dokter.
 Waktu dan tempat dilakukan pemeriksaan.
 Korban/tertuduh harus menandatangani formulir
bersedia diperiksa.
Anamnesis meliputi:
 Nama, umur, tanggal lahir, pekerjaan.
 Status perkawinan: belum kawin, kawin, cerai.
 Tanggal haid terakhir, hamil
 Persetubuhan sebelum kejadian: belum pernah/pernah
 Terakhir tanggal, pukul, pakai kondom.
 Obat kontrasepsi: ya/tidak, macam:
 Obat lain : ya/tidak, macam:
 Minuman keras: macam: , berapa banyak:, waktunya:
 Anamnesis mengenai kejadian:
 Kapan kejahatan terjadi.
 Kapan melapor kepada polisi.
 Di mana terjadi kejahatan ini, lukisan mengenaiTKP.
 Apa yang dilakukan tertuduh dari awal sampai terjadi persetubuhan.
 Adakah tertuduh melakukan kekerasan
 Adakah ancaman kekerasan dari tertuduh. Caranya:
 Apakah korban pingsan. Mengadakan perlawanan.
 Berteriak minta tolong. Apakah terjadi persetubuhan.
 Seluruh penis masuk dalam vagina. Ada mani keluar dari vulva.
 Waktu penetrasi berasa nyeri. Sudah buang air kecil, cebok, mandi, ganti
pakaian.
Pemeriksaan medik korban kejahatan
seksual
Status Umum:
 Perhatikan: keadaan rambut, tampang muka, pakaiannya.
 Keadaan kesadaran, emosi korban, mengantuk, sedih, menangis, gembira,
pengaruh obat penenang, narkotika, minuman keras.
 Cara korban berjalan.
 Ukur tinggi badan, timbang berat badan, perkiraan umur.
 Korban/tertuduh diminta menanggalkan pakaian satu persatu. Dari ketiga data
ini dapat diambil kesimpulan bahwa korban dapat melakukan perlawanan atau
tidak.
 Dari umur yang perlu diperhatikan adalah: belum umur 12 tahun, belum 15
tahun, belum genap 21 tahun. Kemudian periksa dan perhatikan tanda-tanda
kekerasan.
 Kepala:
Mata : pupil miotik, midriasis
Mulut : bekas pembungkaman.
 Leher : bekas cekikan.
 Dada:
Payudara : bekas gigitan, remasan. Buat foto dengan meletakkan skala.
 Perut : bekas persentuhan dengan benda tumpul.
 Punggung : bekas landasan yang tidak rata korban dipaksa berbaring.
 Lengan : bekas tangkisan, bekas suntikan di lekuk siku, punggung
tangan.
 Kuku : kumpulkan kotoran di bawah kuku, simpan dalam amplop.
 Tungkai bawah : bekas suntikan.
 Status lokalis: alat kelamin
 Paha : ada kekerasan di bagian medial paha akibat
merenggangkan kedua paha yang diimpitkan korban.
 Pubis: rambut kemaluan disisir dengan sisir halus,
mencari rambut asing. Rambut yang lepas, noda yang
kering, dimasukkan amplop yang bersih dan diberi
keterangan yang cukup. Ambil contoh rambut kemaluan
korban, masukkan di amplop lain.
Alat kemaluan :
 Bibir kemaluan: tanda kekerasan: lecet, memar, hiperemis.
 Selaput dara : buat sediaan mikroskopik dari lendir sekitar
selaput dara.
Perhatikan robekan baru/hampir sembuh. Sesuaikan lokasi
robekan dengan jarum pendek jam tangan.
Vagina dan serviks
 Vagina diperiksa dengan spekulum. Adakah benda asing
yang tertinggal dalam vagina. Buat sediaan dari lendir di
vagina dan forniks vagina. Semua lendir yang ada di
vagina dan forniks vagina diambil dengan swab,
dikeringkan pada suhu udara kamar dan disimpan,
mungkin di kemudian hari dapat dipakai untuk menunjuk
pelaku kejahatan dengan pemeriksaan DNA-
fingerprinting.
Pakaian:
 Pakaian diperiksa satu persatu. Perhatikan adanya robekan atau
noda. Kelau robek, robekan itu baru atau sudah lama. Kancing
baju yang tanggal, baru atau sudah lama. Kalau baru, beritahu
penyidik untuk mengusahakan mendapatkan barang bukti itu.
Perhatikan punggung pakaian. Ada bekas landasan korban dipaksa
tidur. Perhatikan tali BH yang putus, baru atau lama. Kalau ada
kelainan pada pakaian, pakaian yang dipakai dianggap sebagai
barang bukti dan dibungkus sesuai berita acara pembungkusan dan
diserahkan pada penyidik.
Pemeriksaan laboratorium
 Sediaan basah
 Sediaan kering
 Bakteriologi
 Biakan
 Golongan darah
 Serologi
 Urine
Pemeriksaan terhadap tersangka
 Sebetulnya pemeriksaan medik terhadap tersangka hanya
diperlukan jika ia menyangkal dapat melakukan
persetubuhan karena impotensi.
 Dalam kaitannya dengan impotensi tersebut, dokter
hanya dapat memastikannya jika ditemukan penyakit-
penyakit organik yang dapat mengakibatkan impotensi;
seperti misalnya diabetes mellitus, hernia scrotalis, atau
hydrocele. Impotensi juga dapat dialami laki-laki yang
sudah tua.Yang agaknya sulit untuk dibuktikan adalah
impotensi yang bersifat psikis.
Pengumpulan data untuk
memperkirakan usia
 Perkiraan usia bisa berdasarkan:
 Tinggi dan berat badan
 Bentuk tubuh secara umum
 Jumlah dan bentuk gigi
 Perkembangan ciri-ciri seksual
 Pemeriksaan dengan sinar-x
Tulang Penyatuan
1 Epikondilus lateralis 10-12 tahun

2 Epikondilus medialis 13-14 tahun

3 Ujung olekranon dan darah 14-15 tahun


4 Krista iliaka 17-19 tahun

5 Tuberositas isiadikus 18-20 tahun

6 Leher tulang femur 14 tahun

7 Pisiformis 9-12 tahun


Luka, kekerasan, dan penganiayaan
Pemeriksaan forensik pada korban yang diduga tindak pidana,
dalam hal ini penganiayaan (KUHP bab XX : tentang
penganiayaan); khususnya pasal 351 dan 352, serta arti atau
pengertian luka berat dalam pasal 90, berkaitan dengan
penentuan derajat atau kualifikasi luka. Penentuan tersebut
amat menentukan putusan hakim yang akan dijatuhkan pada
terdakwa.
Pemeriksaan forensik yang dilakukan oleh dokter sebagaimana
dituangkan dalam Visum et Repertum, harus memuat kejelasan
sebagai berikut:
 Jenis luka yang ditemukan
 Jenis kekerasan yang menyebabkan luka

Yang lazim dinyatakan oleh dokter di dalam kesimpulanVR


kasus penganiayaan atau perlukaan; terbatas pada jenis luka dan
jenis kekerasan; dan bukan jenis senjata yang melukai korban.
Klasifikasi Jenis Luka Berdasarkan
Jenis Benda
Trauma Tumpul Tajam
Bentuk luka Tidak teratur Teratur
Tepi luka Tidak rata Rata
Jembatan jaringan Ada Tidak ada
Rambut Tidak ikut terpotong Terpotong
Dasar luka Tidak teratur Berupa garis atau titik
Sekitar luka Ada luka lecet atau memar Tidak ada luka lain
DESKRIPSI LUKA
Hal yang harus dideskripsikan pada pemeriksaan luka (secara sistematis):
 Regio
 Koordinat (x dan y)
 Jenis
 Ukuran
 Arah
 Bentuk
 Tepi
 Resapan darah
 Jembaran jaringan
 Sudut
 Dalam
 Dasar
 Benda asing
Bunuh diri Pembunuhan Kecelakaan

Jumlah luka Banyak Banyak Satu atau banyak


Letak luka Pada daerah yan mudah Bagian tubuh yang Di mana saja,
dijangkau, misalnya bagian vital, misalnya biasanya bagian
depan dan samping tubuh, kepala, dada, tubuh yang menonjol.
seperti leher, pergelangan abdomen.
tangan, lipat paha, dada, dll.
Jenis luka Biasanya luka potong atau Lika tusuk, laserasi Abrasi, memar,
tusuk laserasi
Arah luka Dari kiri ke kanan dan dari atas Tidak tentu Tidak tentu
ke bawah
Tingkat Biasanya tidak parah Paling parah Tingkat keparahan
keparahan bervariasi
Luka lainnya Tidak ada Mungkin ada, karena Berkaitan dengan
ada perlawanan. kecelakaan
Pakaian Tidak rusak Biasanya rusak Rusak dan terkena
kotoran
Alat yang Terdapat di sekitar korban, Tidak ada Ada
menyebabkan dalam genggaman
luka

Anda mungkin juga menyukai