Anda di halaman 1dari 93

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Data di US :
Setiap tahun 44.000 –
98.000
Pasien meninggal
akibat MEDICAL ERROR
• FAKTOR MANUSIA SEBAGAI SALAH SATU
KONTRIBUTOR YANG SANGAT PENTING DALAM
TERJADINYA KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN DI
SETTING PELAYANAN KESEHATAN
• PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN PASIEN PERLU
MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN DAN
KETERBATASAN MANUSIA YANG TERLIBAT DI
DALAMNYA
• ERROR DAPAT TERJADI KARENA ADANYA SITUASI
TERTENTU DAN ADANYA FAKTOR INDIVIDUAL
YANG MENJADI PREDISPOSISI TERJADINYA
ERROR
• BEBERAPA HAL YG BISA MENYEBABKAN ERROR :
- KURANGNYA PENGALAMAN DAN INFORMASI
- WAKTU YANG SEMPIT
- KURANG PENGECEKAN
- BURUKNYA PROSEDUR
- I : ILLNESS H : HUNGRY
- M : MEDICATION A : ANGRY
- S : STRES L : LATE
- A : ALCOHOL T : TIRED
- F : FATIGUE
- E : EMOTION
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
A. MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
B. MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
C. MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-2 AN YANG
HARUS DIWASPADAI
D. MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,
PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA
PASIEN YANG BENAR
E. MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN
KESEHATAN
F. MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT
TERJATUH.
6 Sasaran keselamatan pasien
• Kriteria 9.3.1 Pengukuran menggunakan instrumen-instrumen yang efektif
untuk mengukur mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien.
– Pokok Pikiran: Indikator pengukuran keselamatan pasien meliputi: tidak
terjadinya kesalahan identifikasi pasien, terlaksananya komunikasi yang efektif
dalam pelayanan kinis, tidak terjadinya kesalahan pemberian obat, tidak
terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan, pengurangan
terjadinya risiko infeksi di Puskesmas, dan tidak terjadinya pasien jatuh.
– EP 2: Ditetapkan sasaran-sasaran keselamatan pasien sebagaimana tertulis
dalam Pokok Pikiran.
– EP 4: Dilakukan pengukuran terhadap indikator-indikator keselamatan pasien
sebagaimana tertulis dalam Pokok Pikiran
No Sasaran keselamatan pasien Indikator (contoh)

1 Identifikasi pasien dengan benar Kepatuhan memasang gelang identitas


Kepatuhan melakukan identifikasi pasien
pada saat memberikan obat/tindakan
2 Komunikasi efektif dalam Kepatuhan pelaksanaan SBAR dan TBK
pelayanan
3 Keamanan obat yang perlu Penataan obat LASA dan High Alert di apotik
diwaspadai dan gudang obat. Kepatuhan melakukan
telaah resep dan telaah pemberian obat
4 Memastikan lokasi pembedahan Kepatuhan penandaan sisi operasi,
yang benar, prosedur yang benar, compliance rate pada prosedur-prosedur
pembedahan pada pasien yang kritis
benar
5 Mengurangi risiko infeksi akibat Kepatuhan melakukan hand hygiene
perawatan kesehatan

6 Mengurangi risik cedera pasien Kepatuhan melakukan asesmen jatuh pada


akibat terjatuh pasien rawat inap dan rawat jalan
Kepatuhan pemasangan gelang pasien
dengan risiko jatuh
SASARAN 1:
MENGIDENTIFIKASI PASIEN
DENGAN BENAR
Maksud & Tujuan
Latar belakang
 Kesalahan karena keliru-pasien dapat terjadi disemua
aspek pelayanan pasien  Diagnosis maupun
pengobatan
 Keadaan yg dpt mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien:
Pasien dalam keadaan terbius/tersedasi
Pasien mengalami disorientasi
Pasien mengalami penurunan kesadaran
Pasien bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di dlm faskes
Mengalami disabilitas sensorik
Akibat situasi lain.
Tujuan
 Utk dgn cara yg dpt dipercaya/reliable
mengidentifikasi pasien sebagai individu yg
dimaksudkan utk mendapatkan pelayanan
atau pengobatan.
 Utk mencocokkan pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tsb.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
• PASIEN DIIDENTIFIKASI DENGAN 2 IDENTITAS (TDK
BOLEH MENGGUNAKAN NO. KAMAR ATAU LOKASI
PASIEN).
• DIIDENTIFIKASI SEBELUM PEMBERIAN OBAT, DARAH
ATAU PRODUK DARAH
• DIIDENTIFIKASI SEBELUM MENGAMBIL DARAH DAN
SPESIMEN LAIN UTK PEMERIKSAAN KLINIS
• DIIDENTIFIKASI SEBELUM PENGOBATAN DAN
TINDAKAN
• KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENGARAHKAN
PELAKSANAAN IDENTIFIKASI YANG KONSISTEN PADA
SEMUA SITUASI DAN LOKASI
KESALAHAN IDENTIFIKASI  SALAH SPERMA

12
Mengenali pasien
sebagai individu
Mengenali Pelayanan
yang menjadi target
Kesehatan yang
pelayanan kesehatan
ditargetkan kepada
pasien tersebut
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
1. Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun
(gelang identitas) dan yang tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari
identitas berikut:
1. nama pasien (  e KTP)
2. tanggal lahir
3. nomor rekam medis
4. gelang (identitas pasien) dengan bar-code.

• !!!! dilarang identifikasi dgn nomor kamar pasien atau


lokasi
• Bila ada kekecualian, harus membuat SOP khusus
• Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang
berbeda pada lokasi yg berbeda di fasyankes, spt
pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang
lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi.
• Termasuk identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa
identitas.
WARNA GELANG PASIEN
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
Pemasangan
gelang ,
tulisannya
menghadap ke
luar  untuk
memudahkan
petugas
mengindentifik
asi
SOP
CARA IDENTIFIKASI PASIEN

Pertemuan Pertama seorang petugas dengan


pasien:
1. Secara verbal : Tanyakan nama pasien
2. Secara visual : Lihat ke gelang pasien
dua dari tiga identitas, cocokkan dengan
perintah dokter
Pertemuan berikutnya dapat lihat secara
visual saja ke gelang pasien, dua identitas
dari tiga identitas
SOP
SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS

1. Jelaskan manfaat gelang pasien


2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang , dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga
identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal
lahir.
2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan
memakai gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai
penanda alergi, dan gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang
ungu penanda Do not Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap
sesuai e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila
tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada
formulir identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada
kotak kota huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak
boleh salah ketik walau satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak,
tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada
fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi
6. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua
dari tiga identitas diatas
7. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan /
mengkonfirmasi nama pasien) dan visual (melihat
gelang pasien)
9. Semua pasien harus di identifikasi secara benar
sebelum dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk
darah, pengobatan, prosedur / tindakan, diambil
sample darah, urin atau cairan tubuh lainnya
10. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas
pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh RS/Faskes,
misalnya ruang haemodialisa, endoskopi.
11. Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI
HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” pada rekam
medik dan semua formuli permintaan penunjang
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi
SASARAN 2:
MENINGKATKAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
Maksud dan Tujuan
1. Komunikasi efektif  komunikasi yang dilakukan
secara akurat, lengkap, dimengerti, tidak duplikasi,
dan tepat kepada penerima informasi untuk
mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
2. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau
tertulis.
3. INSTRUKSI secara LISAN/VERBAL baik langsung
maupun per TELEPON  Mudah terjadi kesalahan.

25
Fasyankes secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur utk perintah lisan & melalui
telpon termasuk:
- Menuliskan (memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi
- Penerima membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan
- Mengkonfirmasi bahwa apa yg sudah dituliskan &
dibacakan ulang dgn akurat
- Untuk obat-2 yg termasuk Norum/Lasa dilakukan eja
ulang.

Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang


diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back)
tdk memungkinkan seperti di kamar operasi & dlm situasi
gawat darurat/emergensi di IGD atau ICU. 26
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:
• PERINTAH LENGKAP SECARA LISAN DAN YANG MELALUI
TELPON ATAU HASIL PEMERIKSAAN DITULIS SECARA
LENGKAP OLEH PENERIMA PERINTAH ATAU HASIL
PEMERIKSAAN TSB.
• PERINTAH LENGKAP SECARA LISAN DAN TELPON ATAU
HASIL PEMERIKSAAN SECARA LENGKAP DIBACAKAN
KEMBALI OLEH PENERIMA PERINTAH ATAU HASIL
PEMERIKSAAN TSB.
• PERINTAH ATAU HASIL PEMERIKSAAN DIKONFIRMASI OLEH
INDIVIDU YG MEMBERI PERINTAH ATAU HASIL
PEMERIKSAAN TSB.
• KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENDUKUNG PRAKTEK YG
KONSISTEN DLM MELAKUKAN VERIFIKASI TERHADAP
AKURASI DARI KOMUNIKASI LISAN ATAU MELALUI TELPON.
FASKES MENGEMBANGKAN :
1. Prosedur perintah lisan maupun per telepon dengan
 Ketika petugas kesehatan menerima pesan verbal/ per
telepon menerapkan TBaK  Tulis Baca Konfirmasi.
 Menuliskan pesan yang diterima
 Dalam menulis pesan verbal, ditulis lengkap dan dapat dibaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan
verifikasi, menggunakan singkatan terstandar, akronim dan simbol
yang disetujui faskes.

28
Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan
Terjadi pada saat:
 Perintah diberikan secara lisan
 Perintah diberikan melalui
telpon
 Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, spt
laboraturium klinis menelpon
unit pelayanan pasien utk
melaporkan hasil pemeriksaan
segera/cito.
Perintah Lisan / Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja untuk
 NAMA LENGKAP DAN TANDA
NORUM/LASA TANGAN PENERIMA PERINTAH
 TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasilisan dan
tanda tangan
DOKUMENTASI
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE )
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP )
• hidralazine  hidroxyzine
• cerebyx  celebrex
• vinblastine  vincristine
• chlorpropamide  chlorpromazine

• glipizide  glyburide
 doxorubicine
• daunorubicine
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit/faskes untuk
pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk
menyediakan pedoman bagi para praktisi untuk
meminta dan menerima hasil tes pada keadaan
gawat darurat.
• RS/Faskes mempunyai Prosedur yang meliputi
– penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
– oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
– menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH LISAN
ATAU LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang
dan melakukan konfirmasi
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat
LASA, maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound
alike, look alike, dan sound alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah
pemberi perintah mendengar pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah
benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah
yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang
perlu dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
SASARAN 3:
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-AN
YANG HARUS DIWASPADAI
Maksud dan Tujuan
Obat-2 an yg perlu diwaspadai (high-alert medications)
adh :
- Obat yg presentasinya tinggi dlm menyebabkan
terjadi kesalahan / error / dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event)
- Obat yg berisiko tinggi menyebabkan dampak yg tdk
diinginkan (adverse outcome)
- Obat-2 an yg tampak mirip/ucapan mirip (Nama
Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau LASA.
Contoh: pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja.
Kesalahan bisa terjadi bila:
• Staf tdk mendapatkan orientasi dgn baik.
• Perawat kontrak/honor tdk diorientasikan
sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan
pasien.
• Pada keadaan gawat darurat/emergensi.
Cara paling efektif utk mengurangi atau mengeleminasi
kejadian tsb, adh:
- Mengembangkan proses pengelolaan obat-2 yg perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat
dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
- Fasyankes secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur utk menyusun daftar obat-2
yg perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri.
- Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area
mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara
klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk & praktek
profesional, spt di IGD atau kamar operasi.
- Menetapkan cara pemberian label yg jelas serta
bagaimana penyimpanannya di area tsb sedemikian rupa
sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yg
tdk disengaja/kurang hati-2.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
• KEBIJAKAN DAN/ATAU PROSEDUR DIKEMBANGKAN
AGAR MEMUAT PROSES IDENTIFIKASI, LOKASI,
PEMBERIAN LABEL DAN PENYIMPANAN OBAT-2 YG
PERLU DIWASPADAI.
• KEBIJAKAN & PROSEDUR DIIMPLEMENTASIKAN.
• ELEKTROLIT KONSENTRAT TIDAK BERADA DI UNIT
PELAYANAN PASIEN KECUALI DIBUTUHKAN SECARA
KLINIS & TINDAKAN DIAMBIL UTK MENCEGAH
PEMBERIAN YG TDK SENGAJA DI AREA TSB, BILA
DIPERKENANKAN KEBIJAKAN.
• ELEKTROLIT KONSENTRAT YANG DISIMPAN DI UNIT
PELAYANAN PASIEN HARUS DIBERI LABEL YG JELAS &
DISIMPAN PADA AREA YANG DIBATASI KETAT
(RESTRICTED).
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole

• Paralytic agent vs antacid


Look Alike Sound Alike

LASA LASA
OBAT HIGH ALERT
• Obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan
atau kejadian sentinel (sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike
Sound-Alike / LASA)
Jumlah obat yang sangat banyak dan nama yang
mirip  medication error terutama pada kondisi
sbb:
1. Pengetahuan terbatas akan nama obat
2. Obat-obatan yang baru tersedia
3. Kemasan dan label mirip
4. Penggunaan yang mirip
5. Dosis, kekuatan, frekuensi minum obat sama
6. Tulisan yang tidak jelas
7. Salah memahami dalam perintah verbal
Look-Alike High Alert Drugs

HIGH ALERT
High
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT Alert

 Pisahkan obat high alert dari obat


lain sesuai dengan Daftar Obat High
Alert

 Tempelkan stiker merah


bertuliskan “High Alert” pada setiap
obat high alert

 Berikan selotip merah pada


sekeliling tempat penyimpanan obat
high alert yang terpisah dari obat lain

 Simpan obat sitostatika dan obat


narkotik secara terpisah dari obat
high alert lainnya
NAMA OBAT MIRIP BENTUK KEMASAN OBAT MIRIPDOSIS BERBEDA
Look alike

LASA

Sutoto.KARS 51
LASA LASA
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
CARA MEMBEDAKAN:
1. TALLMAN LETTERING LASA
2. BERI LABEL LASA/NORUM
• hidraALAzine  hidrOXYzine
• ceREBYx  ceLEBRex
• vinBLASTine
 vinCRIStine
• chlorproPAMID
E  chlorproMA
• glipiZIde ZINE
• DAUNOrubicin  glYBURIde
e  dOXOrubicin
e
53
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT

• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert,
Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata
laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan
obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas,
diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan
emergensi, atau nama obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 HIGH
tepat, lanjutkan dengan double check. ALERT
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan
kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, doubel
pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan
dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap
dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan
sesuai ketentuan
HIGH
ALERT
Obat HighPenyimpanan
Alert NARKOTIKA
SASARAN 4:
MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN
YG BENAR, PROSEDUR YG BENAR,
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YG
BENAR
SAMPAI SINI ..........
D. KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
• MENGGUNAKAN TANDA YANG JELAS DAN
DIMENGERTI UNTUK IDENTIFIKASI LOKASI
OPERASI DAN MELIBATKAN PASIEN
• MENGGUNAKAN CHECKLIST UNTUK
MEMVERIFIKASI SAAT PRE OPERASI TEPAT
LOKASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT PASIEN.
SEMUA DOKUMEN SERTA PERALATAN YANG
DIPERLUKAN TERSEDIA
• MENERAPKAN DAN MENCATAT PROSEDUR
SEBELUM DIMULAINYA SUATU TINDAKAN
• ADANYA KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
OPERASI SALAH KAKI

Sutoto.KARS 60
OPERASI SALAH SISI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki,
lesi), atau multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan
tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan
disayat
CONTOH PENANDAAN
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:
• Kasus organ tunggal (misalnya operasi
jantung, operasi caesar)
• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di
mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :

1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)
Sasaran Keselamatan Pasien 5

E. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI


PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
• MENGADOPSI PEDOMAN HAND HYGIENE
TERBARU
• MENERAPKAN HAND HYGIENE YANG EFEKTIF
• ADANYA KEBIJAKAN DAN PROSEDUR UNTUK
MENGURANGI SECARA BERKELANJUTAN RISIKO
DARI INFEKSI YANG TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
1. Rumah sakit/Faskes mengadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara
umum al dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit/Faskes menerapkan program
hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
1. Setiap petugas melakukan kebersihan
tangan sesuai 6 langkah dari WHO
2. Menggunakan APD sesuai dengan
indikasi
3. Menerapkan etika batuk/bersin
1. KEBERSIHAN TANGAN
Sutoto.KARS 73
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT URUTAN ENAM
AREA DALAM HAND-WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT
• SELA- SELA JARI
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI) LAMA CUCI TANGAN:
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND RUB : 20-30 DETIK
HAND WASH 40-60 DETIK
• KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
5 Moment:
Setelah menyentuh area sekitar pasien/lingkungan pasien
Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
Sebelum dan sesudah tindakan/ aseptik.
Setelah terpapar cairan tubuh pasien.
Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif.
2. Menggunakan APD
APD :
1. Sarung Tangan
2. Masker
3. Pelindung Mata
4. Topi
5. Gaun Pelindung
6. Apron
7. Pelindung Kaki
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN
• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci
tangan.
• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat
tanpa harus ada indikasi untuk pemakaian sarung
tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika
indikasi terjadi saat mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan
cuci tangan karena sarung tangan dapat membawa
kuman.
•Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan
menurut Standard dan Precaution contact jika tidak
anda menjadi berisiko tertular kuman.
(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN STERIL

• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular dan prosedur (central
line)
• Menyiapkan / mencampur total parenteral
nutrition
• Menyiapkan / mencampur kemoterapi.

(Sumber
KARS : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
F. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
• ASESMEN AWAL ATAS PASIEN TERHADAP RISIKO
JATUH
• LANGKAH-LANGKAH DITERAPKAN UNTUK
MENGURANGI RISIKO JATUH
• LANGKAH-LANGKAH DI MONITORING
• KEBIJAKAN DAN PROSEDUR DIKEMBANGKAN
UNTUK MENGARAHKAN PENGURANGAN
BERKELANJUTAN RISIKO PASIEN CEDERA AKIBAT
JATUH DI PUSKESMAS
1. Harus menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi
risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya , baik
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko
pasien cedera akibat jatuh di faskes
Tindakan pencegahan jatuh secara
umum
• Orientasi kamar inap kepada Pasien.
• Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di
kedua sisi tempat tidur terpasang baik.
• Ruangan rapi
• Barang pribadi dalam jangkauan ( telepon, lampu panggilan,
air minum, kacamata dll).
• Pencahayaan adekuat.
• Alat bantu dalam jangkauan (walker, crane, crutch).
• Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar.
• Pantau efek obat-obatan.
• Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh.
Tindakan pencegahan jatuh risiko
tinggi
Tindakan Pencegahan umum, ditambah dengan :
• Beri tulisan di depan kamar pasien “pencegahan jatuh”.
• Penanda berupa gelang/kancing kuning.
• Alas kaki anti licin.
• Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot.
• Kunjungi dan amati pasien secara teratur (misalkan tiap 2
jam).
• Nilai kebutuhan pasien akan :
o Fisioterapi dan terapi okupasi.
o Alarm tempat tidur.
o Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan nurse
station.
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
LANGKAH Tgl/jam

1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari
hambatan dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH

9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang


mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak
aman, dan segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan
saat di daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard /
tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan
terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan
ELEMEN PENDUKUNG UPAYA MENURUNKAN
RISIKO CEDERA KARENA JATUH
• Proses terintegrasi : mengembangkan kebijakan
/ menyusun SOP
• Melaksanakan proses assessment dan
reassessment risiko jatuh
• Monev pelaksanaan program pencegahan
pasien jatuh
• Mengembangkan sistem pelaporan pasien jatuh
MONITORING DAN EVALUASI

 Dengan cara Audit


 Monitoring laporan insiden pasien jatuh
 Observasi pelaksanaan pencegahan
pasien jatuh
DAFTAR OBAT YANG TERKAIT RISIKO JATUH

92
93
Sutoto.KARS 94
Fasilitas untuk Meminimalisir pasien
Jatuh
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN

PPA :
Menjalani pendidikan bertahun2,
kompeten, memiliki kewenangan
Pelayanan pasien dijalankan dgn
standar, rutin, homogen, serba jelas.
Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
Pasien tidak “pernah” melalui
“pendidikan untuk menjadi pasien” !!!
Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif
banyak yg tidak jelas, pengalaman “Hutan”
baru….
Relatif tidak punya kewenangan ikut
ambil keputusan, harus ikut “kata”
dokter…
Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
Di RS, Pasien menjalani “3 shift” !!
2. Pastikan identifikasi
1. Perhatikan nama obat, rupa pasien
3. Komunikasi secara benar
dan ucapan mirip
saat operan pasien

4.Pastikan tindakan yang 5. Kontrol pemberian cairan 7.Hindari salah kateter


benar pada sisi tubuh elektrolit pekat dan salah sambung
yang benar
selang

6. Pastikan akurasi pemberian


obat pd pengalihan pelayanan

8. Gunakan alat injeksi


sekali pakai

9.Tingkatkan
“hand hygiene” 100

Anda mungkin juga menyukai