Data di US :
Setiap tahun 44.000 –
98.000
Pasien meninggal
akibat MEDICAL ERROR
• FAKTOR MANUSIA SEBAGAI SALAH SATU
KONTRIBUTOR YANG SANGAT PENTING DALAM
TERJADINYA KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN DI
SETTING PELAYANAN KESEHATAN
• PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN PASIEN PERLU
MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN DAN
KETERBATASAN MANUSIA YANG TERLIBAT DI
DALAMNYA
• ERROR DAPAT TERJADI KARENA ADANYA SITUASI
TERTENTU DAN ADANYA FAKTOR INDIVIDUAL
YANG MENJADI PREDISPOSISI TERJADINYA
ERROR
• BEBERAPA HAL YG BISA MENYEBABKAN ERROR :
- KURANGNYA PENGALAMAN DAN INFORMASI
- WAKTU YANG SEMPIT
- KURANG PENGECEKAN
- BURUKNYA PROSEDUR
- I : ILLNESS H : HUNGRY
- M : MEDICATION A : ANGRY
- S : STRES L : LATE
- A : ALCOHOL T : TIRED
- F : FATIGUE
- E : EMOTION
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
A. MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
B. MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
C. MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-2 AN YANG
HARUS DIWASPADAI
D. MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,
PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA
PASIEN YANG BENAR
E. MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN
KESEHATAN
F. MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT
TERJATUH.
6 Sasaran keselamatan pasien
• Kriteria 9.3.1 Pengukuran menggunakan instrumen-instrumen yang efektif
untuk mengukur mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien.
– Pokok Pikiran: Indikator pengukuran keselamatan pasien meliputi: tidak
terjadinya kesalahan identifikasi pasien, terlaksananya komunikasi yang efektif
dalam pelayanan kinis, tidak terjadinya kesalahan pemberian obat, tidak
terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan, pengurangan
terjadinya risiko infeksi di Puskesmas, dan tidak terjadinya pasien jatuh.
– EP 2: Ditetapkan sasaran-sasaran keselamatan pasien sebagaimana tertulis
dalam Pokok Pikiran.
– EP 4: Dilakukan pengukuran terhadap indikator-indikator keselamatan pasien
sebagaimana tertulis dalam Pokok Pikiran
No Sasaran keselamatan pasien Indikator (contoh)
12
Mengenali pasien
sebagai individu
Mengenali Pelayanan
yang menjadi target
Kesehatan yang
pelayanan kesehatan
ditargetkan kepada
pasien tersebut
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
1. Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun
(gelang identitas) dan yang tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari
identitas berikut:
1. nama pasien ( e KTP)
2. tanggal lahir
3. nomor rekam medis
4. gelang (identitas pasien) dengan bar-code.
25
Fasyankes secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur utk perintah lisan & melalui
telpon termasuk:
- Menuliskan (memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi
- Penerima membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan
- Mengkonfirmasi bahwa apa yg sudah dituliskan &
dibacakan ulang dgn akurat
- Untuk obat-2 yg termasuk Norum/Lasa dilakukan eja
ulang.
28
Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan
Terjadi pada saat:
Perintah diberikan secara lisan
Perintah diberikan melalui
telpon
Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, spt
laboraturium klinis menelpon
unit pelayanan pasien utk
melaporkan hasil pemeriksaan
segera/cito.
Perintah Lisan / Lewat Telepon
ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja untuk
NAMA LENGKAP DAN TANDA
NORUM/LASA TANGAN PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
3. Konfirmasilisan dan
tanda tangan
DOKUMENTASI
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE )
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP )
• hidralazine hidroxyzine
• cerebyx celebrex
• vinblastine vincristine
• chlorpropamide chlorpromazine
• glipizide glyburide
doxorubicine
• daunorubicine
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit/faskes untuk
pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk
menyediakan pedoman bagi para praktisi untuk
meminta dan menerima hasil tes pada keadaan
gawat darurat.
• RS/Faskes mempunyai Prosedur yang meliputi
– penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
– oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
– menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH LISAN
ATAU LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang
dan melakukan konfirmasi
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat
LASA, maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound
alike, look alike, dan sound alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah
pemberi perintah mendengar pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah
benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah
yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang
perlu dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
SASARAN 3:
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-AN
YANG HARUS DIWASPADAI
Maksud dan Tujuan
Obat-2 an yg perlu diwaspadai (high-alert medications)
adh :
- Obat yg presentasinya tinggi dlm menyebabkan
terjadi kesalahan / error / dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event)
- Obat yg berisiko tinggi menyebabkan dampak yg tdk
diinginkan (adverse outcome)
- Obat-2 an yg tampak mirip/ucapan mirip (Nama
Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau LASA.
Contoh: pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja.
Kesalahan bisa terjadi bila:
• Staf tdk mendapatkan orientasi dgn baik.
• Perawat kontrak/honor tdk diorientasikan
sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan
pasien.
• Pada keadaan gawat darurat/emergensi.
Cara paling efektif utk mengurangi atau mengeleminasi
kejadian tsb, adh:
- Mengembangkan proses pengelolaan obat-2 yg perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat
dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
- Fasyankes secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur utk menyusun daftar obat-2
yg perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri.
- Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area
mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara
klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk & praktek
profesional, spt di IGD atau kamar operasi.
- Menetapkan cara pemberian label yg jelas serta
bagaimana penyimpanannya di area tsb sedemikian rupa
sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yg
tdk disengaja/kurang hati-2.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
• KEBIJAKAN DAN/ATAU PROSEDUR DIKEMBANGKAN
AGAR MEMUAT PROSES IDENTIFIKASI, LOKASI,
PEMBERIAN LABEL DAN PENYIMPANAN OBAT-2 YG
PERLU DIWASPADAI.
• KEBIJAKAN & PROSEDUR DIIMPLEMENTASIKAN.
• ELEKTROLIT KONSENTRAT TIDAK BERADA DI UNIT
PELAYANAN PASIEN KECUALI DIBUTUHKAN SECARA
KLINIS & TINDAKAN DIAMBIL UTK MENCEGAH
PEMBERIAN YG TDK SENGAJA DI AREA TSB, BILA
DIPERKENANKAN KEBIJAKAN.
• ELEKTROLIT KONSENTRAT YANG DISIMPAN DI UNIT
PELAYANAN PASIEN HARUS DIBERI LABEL YG JELAS &
DISIMPAN PADA AREA YANG DIBATASI KETAT
(RESTRICTED).
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole
LASA LASA
OBAT HIGH ALERT
• Obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/error dan
atau kejadian sentinel (sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike
Sound-Alike / LASA)
Jumlah obat yang sangat banyak dan nama yang
mirip medication error terutama pada kondisi
sbb:
1. Pengetahuan terbatas akan nama obat
2. Obat-obatan yang baru tersedia
3. Kemasan dan label mirip
4. Penggunaan yang mirip
5. Dosis, kekuatan, frekuensi minum obat sama
6. Tulisan yang tidak jelas
7. Salah memahami dalam perintah verbal
Look-Alike High Alert Drugs
HIGH ALERT
High
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT Alert
LASA
Sutoto.KARS 51
LASA LASA
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
CARA MEMBEDAKAN:
1. TALLMAN LETTERING LASA
2. BERI LABEL LASA/NORUM
• hidraALAzine hidrOXYzine
• ceREBYx ceLEBRex
• vinBLASTine
vinCRIStine
• chlorproPAMID
E chlorproMA
• glipiZIde ZINE
• DAUNOrubicin glYBURIde
e dOXOrubicin
e
53
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert,
Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata
laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan
obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas,
diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan
emergensi, atau nama obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 HIGH
tepat, lanjutkan dengan double check. ALERT
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan
kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, doubel
pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan
dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap
dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan
sesuai ketentuan
HIGH
ALERT
Obat HighPenyimpanan
Alert NARKOTIKA
SASARAN 4:
MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN
YG BENAR, PROSEDUR YG BENAR,
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YG
BENAR
SAMPAI SINI ..........
D. KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
• MENGGUNAKAN TANDA YANG JELAS DAN
DIMENGERTI UNTUK IDENTIFIKASI LOKASI
OPERASI DAN MELIBATKAN PASIEN
• MENGGUNAKAN CHECKLIST UNTUK
MEMVERIFIKASI SAAT PRE OPERASI TEPAT
LOKASI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT PASIEN.
SEMUA DOKUMEN SERTA PERALATAN YANG
DIPERLUKAN TERSEDIA
• MENERAPKAN DAN MENCATAT PROSEDUR
SEBELUM DIMULAINYA SUATU TINDAKAN
• ADANYA KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
OPERASI SALAH KAKI
Sutoto.KARS 60
OPERASI SALAH SISI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki,
lesi), atau multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan
tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan
disayat
CONTOH PENANDAAN
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:
• Kasus organ tunggal (misalnya operasi
jantung, operasi caesar)
• Kasus intervensi seperti kateter jantung
• Kasus yang melibatkan gigi
• Prosedur yang melibatkan bayi prematur di
mana penandaan akan menyebabkan tato
permanen
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular dan prosedur (central
line)
• Menyiapkan / mencampur total parenteral
nutrition
• Menyiapkan / mencampur kemoterapi.
(Sumber
KARS : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
F. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
• ASESMEN AWAL ATAS PASIEN TERHADAP RISIKO
JATUH
• LANGKAH-LANGKAH DITERAPKAN UNTUK
MENGURANGI RISIKO JATUH
• LANGKAH-LANGKAH DI MONITORING
• KEBIJAKAN DAN PROSEDUR DIKEMBANGKAN
UNTUK MENGARAHKAN PENGURANGAN
BERKELANJUTAN RISIKO PASIEN CEDERA AKIBAT
JATUH DI PUSKESMAS
1. Harus menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi
risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya , baik
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko
pasien cedera akibat jatuh di faskes
Tindakan pencegahan jatuh secara
umum
• Orientasi kamar inap kepada Pasien.
• Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di
kedua sisi tempat tidur terpasang baik.
• Ruangan rapi
• Barang pribadi dalam jangkauan ( telepon, lampu panggilan,
air minum, kacamata dll).
• Pencahayaan adekuat.
• Alat bantu dalam jangkauan (walker, crane, crutch).
• Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar.
• Pantau efek obat-obatan.
• Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh.
Tindakan pencegahan jatuh risiko
tinggi
Tindakan Pencegahan umum, ditambah dengan :
• Beri tulisan di depan kamar pasien “pencegahan jatuh”.
• Penanda berupa gelang/kancing kuning.
• Alas kaki anti licin.
• Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot.
• Kunjungi dan amati pasien secara teratur (misalkan tiap 2
jam).
• Nilai kebutuhan pasien akan :
o Fisioterapi dan terapi okupasi.
o Alarm tempat tidur.
o Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan nurse
station.
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
LANGKAH Tgl/jam
92
93
Sutoto.KARS 94
Fasilitas untuk Meminimalisir pasien
Jatuh
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
Menjalani pendidikan bertahun2,
kompeten, memiliki kewenangan
Pelayanan pasien dijalankan dgn
standar, rutin, homogen, serba jelas.
Aktivitas individu PPA hanya 1 shift
Pasien :
Pasien tidak “pernah” melalui
“pendidikan untuk menjadi pasien” !!!
Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif
banyak yg tidak jelas, pengalaman “Hutan”
baru….
Relatif tidak punya kewenangan ikut
ambil keputusan, harus ikut “kata”
dokter…
Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
Di RS, Pasien menjalani “3 shift” !!
2. Pastikan identifikasi
1. Perhatikan nama obat, rupa pasien
3. Komunikasi secara benar
dan ucapan mirip
saat operan pasien
9.Tingkatkan
“hand hygiene” 100