Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT

DISUSUN OLEH
Histy Annisa 111 2015 2248

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. D
Umur : 16 Tahun
Alamat : kompleks perikanan no.65
Pekerjaan :-
Tanggal pemeriksaan : 1 Maret 2018
ANAMNESIS
Keluhan utama : BAB encer
Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke puskesmas dengan keluhan mencret sejak 2 hari sebelum
masuk puskesmas. Mencret kurang lebih 5 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna
kuning. Bau tinjanya seperti berbau busuk. Selain itu juga pasien demam yang timbul tiba-tiba dan naik turun.
Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil
masih ada, waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum mengobati keluhan-keluhannya ini tetapi
langsung membawa ke puskesmas
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan yang sama sebelumnya tidak ada

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
Riwayat kebiasaan
Diakui oleh pasien bahwa pasien sering makan jajanan pinggir jalan yang tidak terjamin kebersihannya.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum
Sakit sedang/gizi baik/compos mentis.

• Vital sign
Tekanan darah : tidak diperiksa.
Pernapasan : 26x /menit
Suhu : 36,7oc (axilla)
Nadi : 22x / menit, reguler, kuat angkat
• STATUS GENERALIS 2. Kepala
1. Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh Bentuk : bulat, simetris
Pucat : (-) UUB : cekung (-)
Sianosis : (-) Rambut : hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Ikterus : (-)
Kulit : turgor kulit menurun.
Perdarahan : (-)
Oedem umum : (-)
Turgor : baik
3. Mata 5. Hidung
Palpebra inferior : tidak cekung. Bentuk : normal.
Konjugtiva palpebra : tidak hiperemis. Septum nasi : deviasi (-)
Sklera : tidak ikterik. Pernafasan cuping hidung : (-)
Air mata : (+) Sekret : (-)
Perdarahan : (-)
4. Telinga 6. Mulut
Bentuk : normal. Mukosa bibir : basah.
Hiperemis : (-) Lidah : bersih.
Serumen : (-) Faring : tidak hiperemis.
Membran timpani : intak. Tonsil : t1-t1, tidak hiperemis
7. Leher 8. Paru

Bentuk : simetris. Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri kanan simetris,


tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi
Trachea : di tengah. ICS (-)
Kgb : tidak membesar. Palpasi : nyeri tekan (-/-), massa tumor (-/-)

Retraksi : (-) Perkusi


Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS V dextra
Batas bawah paru belakang kanan : setinggi CV th X dextra
Batas bawah paru belakang kiri : setinggi cvth XI sinistra
Auskultasi :suara nafas vesikuler
diseluruh lapang paru kiri-
kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
9. Jantung 11. Genitalia eksterna
Inspeksi : iktus kordis tidak nampak. Kelamin : laki-laki, tidak ada kelainan.
Palpasi : iktus kordis tidakteraba
Anus : eritema natum (+)
Perkusi :batas atas sela iga II garis parasternal sinistra.
Batas jantung kanan sela iga iv garis parasternal
dextra. 12. Ekstermitas

Batas jantung kiri sela iga iv garis midklavikula Akral hangat


sinistra.
Edema (-)
Auskultasi : bunyi jantung i/ii murni reguler, murmur(-),gallop(-).
Wasting (-)
10. Perut
Capilary refill time< 2 detik.
Inspeksi : datar, simetris, ikut gerak napas
Palpasi : turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : hipertimpani (+)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan meningkat.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

Diagnosis
Diare Akut

Diagnosis Banding
Thyfoid
Kolera
Disentri
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMER

• Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit diare antara lain:

1. Menghindari faktor pencetus

2. Menghindari jajanan – jajanan sembarangan

3. Mencuci tangan dengan sabun sehabis bermain, sebelum makan, sehabis buang air kecil
maupun buang air besar

4. Menjaga asupan makanan yang bergizi

5. Memasak makanan dan minuman


Pencegahan sekunder

• Pengobatan farmakologi berupa:

1. Oralit

2. Zinc syrup 1x1 cth

3. Paracetamol 3x1 cth

4. Cotrimoksazol 2x1

• Pengobatan non farmakologis berupa:

Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab diare

Menghindari jajanan – jajanan sembarangan

Menjaga asupan makanan yang bergizi


PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI
• Medikamentosa
Oralit
Zinc tab 20 mg 1x1
Paracetamol tab 3x1
Cotrimoksazol 2x1
10 PENYAKIT TERBANYAK BULAN JANUARI TAHUN 2018 DI
PUSKESMAS JONGAYA
200
180
160
140
120
100
80 Kel. PBB
60 Kel. Jongaya
40 Kel. Bongaya
20
0
12 INDIKATOR KELUARGA SEHAT
Pertanyaan Anak Nilai
Rumah Tangga Perempuan
No Indikator Ibu 52 thn Bpk 57 thn 16 thn

1 Keluarga mengikuti program KB Y Y 1


2 Ibu hamil melahirkan di fasyankes
3 Bayi usia 0-11 bulan diberikan imunisasi lengkap
4 Pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan
5 Pemantauan pertumbuhan balita
6 Penderita TB paru yang berobat sesuai standar
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur Y 1
8 Tidak ada anggota keluarga yang merokok T 0
9 Sekeluarga sudah menjadi anggota JKN Y Y Y 1
10 Mempunyai dan menggunakan sarana air bersih Y Y Y Y 1
11 Menggunakan jamban keluarga Y Y Y Y 1
12 Penderita gangguan jiwa berat berobat dengan benar N N N N N
Indikator keluarga Sehat 83
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah dan atau lendir.

• Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.
ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

Faktor infeksi
• Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter,yersinia, aeromonas,dan sebagainya.

• Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

• Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan
jamur (candida albicans).

• Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti : oma (otitis media akut), tonsilitis, tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun).

Faktor malabsorpsi

Faktor makanan

Faktor lain
PATOMEKANISME
Osmotik Sekretorik

Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari

Puasa Diare berhenti Diare berlanjut

Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L

Reduksi (+) (-)

pH tinja <5 >6


GEJALA KLINIS
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Demam + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, kramp Tenesmus,kolik - Tenesmus, kramp Kramp
+ + -
Nyeri kepala - >7hari 3-7 hari - Variasi -
lamanya sakit 5-7 hari 2-3 hari 3 hari
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air cucuian
- beras
Leukosit Anorexia + + - - -
1 2 3

Keadaan umum Baik Lesu / haus Gelisah, lemas, ngantuk

Mata Tidak cekung Agak cekung Sangat cekung

Mulut Biasa Kering Sangat kering

Pernapasan <30x / menit 30-40x / menit >40x / menit

Turgor Baik Kurang Jelek

Nadi < 120x / menit 120-140x / menit >140x / menit

:Skor Dehidrasi WHO3


Penilaian :
<6 : Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
>13 : Dehidrasi berat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Pemeriksaan feses

• Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis


leukosit)

• Kadar elektrolit serum

• Ureum dan kreatinin

• Pemeriksaan enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis


dan tes serologi amobiasis,

• Foto x-ray abdomen.


PENATALAKSANAAN
Dalam tatalaksana diare pada anak, harus diidentifikasi masalah
yang dasar terjadinya diare. Dalam penangan diare akut pada
anak dikenal istilah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare),
yaitu:
(1) Cairan
(2) Seng,
(3) Nutrisi
(4) Antibiotik yang tepat
(5) Edukasi
1. Cairan
Rehidrasi
Rehidrasi dilakukan setelah menilai derajat dehidrasi yang terjadi pada pasien untuk memastikan jumlah cairan yang diberikan
adekuat (IDAI, 2009).
 Tanpa Dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan New Oralit diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yatu umur
< 1 tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan
rumah tangga sesuai kemaian anak. ASI harus tetap diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan
profus).
 Dehidrasi ringan-sedang
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.
• Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100mL/kgBB dengan cara pemberian:
Umur < 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB 5 jam berikutnya.
Umur di atas 12 bulan : 30mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
2. Seng

Seng terbukti secara ilmiah dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja

sehingga dapat menurunkan risiko dehidrasi pada anak. SengZinc elemental diberikan selama 10-14

hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis 10 mg per hari untuk anak < 6 bulan

dan 20 mg per hari untuk anak > 6 bulan.

3. Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk

mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan

nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit

tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan seseuai dengan etiologi yang menyebabkan
diare. Perlu diperhatikan dengan baik mengenai umur dan berat badan pasien untuk
menentukan jenis dan dosis yang sesuai.
• Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera.
• Antiparasit
Metrodinazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk
amuba vegetatif.
5. Edukasi

Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan bila ditemukan hal

sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau

belum membaik dalam 3 hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

Langkah promotif/preventif:

(1) ASI tetap diberikan,

(2) Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan

(3) Kebersihan lingkungan,

(4) Imunisasi campak,

(5) Memberikan makanan penyapihan yang benar,

(6) Penyediaan air minum yang bersih,

(7) Selalu memasak makanan.


KOMPLIKASI

1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Sepsis
4. Kejang dan Ensefalopati
5. Sindrom Uremik Hemolitik
PROGNOSIS

Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya

komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia

ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat

menjadi dubia ad malam.


LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
• Who. Diarrhoeal disease (updated february 2009). In http:www.Who.Int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html.
• Suraatmaja sudaryat. Diare dalam kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta: sagung seto. 2007:1-24
• Subagyo B dan santoso NB. Diare akut dalam buku ajar gastroenterologi-hepatologi jilid 1, edisi 1. Jakarta: badan penerbit UKK
gastroenterologi-hepatologi IDAI. 2010:87-110
• Jane. Soepardi. Situasi diare di indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan volume 2. Jakarta. Kementrian kesehatan RI.
2011. Hal: 1-12.
• Gaurino et al. European society for pediatric gastroenterology, hepatology and nutrition/european society for paediatric infectious
disease evidenced based guidelines for management of acute gastroenteritis in children in europe. Journal of pediatric
gastroenterology and nutrition 46: S81-184.2008
• Sugihanto eko.Penelitian: etiologi diare akut infektif di puskesmas mranggen dan karangawen kabupaten demak. Bagian penyakit
dalam fakultas kedokteran undip RSUP dr kariadi. Semarang.2006
• Santoso B. Patogenesis dan patofisiologi diare akut pada anak. Balai penerbit UNDIP semarang.
• Setiawan b, diare akut karena infeksi, dalam: sudoyo a, setyohadi b, alwi i dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi IV.
Jakarta. Departemen IPD FK UI juni 2006
• Loeheri S, nariswanto H. Mikrobiologi penyebab gastroenteritis akut pada orang dewasa yang dirawat di bangsal penyakit dalam
RSUP dr sardjito yogyakarta: acta medica indonesiana. 30.
• Philip d. Smith. Infection diarrhoea in patients with AIDS. In gastroenterology clinics of north america. Xxii (3). Philadelphia. WB
saunders.
• Firmansyah a dkk. Modul pelatihan tata laksana diare pada anak. Jakarta: badan koordinasi gastroenterologi anak indonesia.2005
• Pickering LK. Gastroenteritis in nelson textbook of pediatrics 19th edition. United stated of amrica, lippincot wiliams
• Berkes et al. Intestinal epithelial responses to enteric pathogens: effect on the tight junction barrier, ion transport and
inflammation. Dalam http:www.Glut.Bmj.Com.
• Parmayanti a. Etiologi diare akut infektif dan sensivitas kuman di bangsal penyakit dalam RS dr kariadi dan rsu kota dati II
semarang. Bagian penyakit dalam fakultas kedokteran undip RSUP dr kariadi. 2004
• Yoga. Tjandra. Buku saku petugas kesehatan lintas diare. Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan. Departemen kesehatan RI. 2011. Hal: 1-33
• Firmansyah A dkk. Modul pelatihan tata laksana diare pada anak. Jakarta: badan koordinasi gastroenterologi anak
indonesia.2005.
• Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta:
sagung seto. 2007:100-111.
• Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.. 2014.Peraturan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 5.
• Standar pelayanan medis kesehatan anak. 2014. Makassar. Departemen ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas
hasanuddin. Hal: 25-31.
• Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Department of child and adolescent health and development (CAH)
world health organization. 2009. Hal :131-136, 146.
• Sunoto, sutoto, suparto, dkk, dalam: buku ajar diare. Ditjen PPM dan PLP. Departemen kesehatan republik indonesia, jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai