Anda di halaman 1dari 50

KELOMPOK 1

DINA TRIA RINDANA 21171058


EVA AYU NOORBAKTI 21171061
HARDIYANTI B. MUSTAFA 21171064
INTAN MUSTIKA RAMADHANI 21171070
LALU MUH ILHAM T 21171072
MIA RESMIATI 21171076
NISA ARISANTI 21171080
ROSENTA SARAGIH 21171085
WAWAN HERINA SUJANA 21171053
WILDAN MUTTAQIEN 21171096
YENLY FEBRI RESIA 21171099
KARDIOVASKUAR
PENYAKIT JANTUNG KORONER dalam
CARDIAC MARKER
Definisi
Penyakit jantung koroner adalah
kondisi yang terjadi ketika pembuluh
darah utama yang menyuplai darah ke
jantung (pembuluh darah koroner)
mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh adanya tumpukan
kolesterol pada pembuluh darah
(aterosklerosis) serta proses
peradangannya.
Lanjutan...
Ketika terjadi penumpukan
kolesterol (plak), pembuluh darah
koroner akan menyempit sehingga
aliran darah dan suplai oksigen
menuju jantung pun akan terhambat.
Kurangnya aliran darah ini akan
mengakibatkan rasa nyeri pada dada
(angina) dan sesak napas, hingga
suatu saat terjadi hambatan total pada
aliran darah menuju jantung.
Prevalensi
Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian
disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta
kematian tersebut terjadi sebelum
usia 60 tahun dan seharusnya dapat
dicegah. Kematian “dini” yang
disebabkan oleh penyakit
jantungterjadi berkisar sebesar 4% di
negara berpenghasilan tinggi sampai
Lanjutan...
Komplikasi hipertensi menyebabkan
sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya. Hipertensi
menyebabkan setidaknya 45%
kematian karena penyakit jantung dan
51% kematian karena penyakit
stroke.Kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler, terutama
penyakit jantung koroner dan stroke
diperkirakan akan terus meningkat
mencapai 23,3 juta kematian pada
Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi
• Kurang aktivitas fisik
• Diet tidak sehat
• MI akut
• Hipertensi
• Diabetes Melitus
• Dislipidemia
• Obesitas
• Terapi hormon
• Merokok
Diagnosis
A. Anamnesis
1.Rasa nyeri dada (agina)
2.Sifat nyeri : Rasa sakit, seperti ditekan,
ditindih benda berat, seperti ditusuk dan
dipelintir
B.Pemeriksaan Fisik
1.Tampak cemas, tidak dapat istirahat
2.Takikardia dan atau hipotensi
3.Penurunan intensitas jantung pada bunyi
pertama
4.Peningkatan suhu sampai 38°C dalam
C. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis
klinis pada pasien yang mengeluh angina yang
disertai dengan adanya faktor risiko PJK atau
serangan jantung, dengan gambaran pada alat EKG
timbulnya gelombang Q yang besar, disertai
dengan elevansi segmen ST dan inversi gelombang
T.
D.Pemeriksaan Laboratorium
1.CK (Kreatinin kinase)
Creatinin kinase merupakan enzim yang ada dalam
jumlah besar di dalam sel-sel otot jantung dan otak,
dan dalam jumlah kecil didalam jaringan-jaringan
organ dalam. Kadar kreatinin kinase berfungsi
dalam membantu diagnosis penyakit jantung
2. CK-MB
CKMB adalah enzim jantung yaitu creatinin kinase (CK)
yang disusun oleh subunit M dan/atau B. CKMB lebih
banyak ditemukan di otot jantung, sehingga total serum
CK dan konsentrasi CKMB meningkat ketika terjadi
cedera miokardium, namun CKMB lebih spesifik pada
cedera miokardium dibandingkan CK.

3. Mioglobin
Merupakan proteion otot
yang dikeluarkan pada saat
adanya kerusakan pada
oleh sel otot jantung dan
otot rangka. Sehingga,
pemeriksaan mioglobin
digunakan pada saat
terjadi dugaan adanya
serangan jantung dan
4. LDH (Lactat
Dehidroginase)
Merupakan salah satu
enzim yang melepas
hidrogen, dan tersebar
luas pada jaringan
terutama ginjal, rangka,
hati, dan otot jantung.
Peningkatan kadar dari
LDH menandakan adanya
kerusakan pada jaringan
khususnya pada otot
jantung dikarenakan
bocornya enzim ini
kedalam darah, sehingga
membahayakan dan dapat
5. Troponin I (Tnl) dan Troponin T (TnT)
Troponin adalah protein spesifik yang
ditemukan dalam otot jantung dan otot rangka.
Bersama dengan tropomiosin, troponin yang
mengatur kontraksi otot. Kontraksi otot terjadi
karena pergerakan molekul miosin di sepanjang
filamen aktin intrasel.
 Troponin l (Tnl), dengan berat molekul
24.000 Dalton, suatu komponen
penghambat yang berfungsi untuk
mengikat aktin.
 Troponin T (TnT), dengan berat molekul
nya 37.000 Dalton, yang berfungsi untuk
mengikat tropomiosin.
Hasil Normal Berdasarkan
Laboratorium dibawah ini dari
American Heart Association (AHA).
TERAPI
 Tujuan Terapi
Tujuan jangka pendek meliputi:
(1) pemulihan awal aliran darah ke arteri terkait
infark sehingga mencegah perluasan infark
(dalam kasus MI) atau mencegah oklusi lengkap
dan MI (dalam UA),
(2) pencegahan kematian dan komplikasi lainnya,
(3) pencegahan penguraian arteri koroner,
(4) mengurangi ketidaknyamanan dada iskemik,
(5) resolusi perubahan segmen ST dan gelombang
T pada EKG.
Tujuan jangka panjang mencakup pengendalian
faktor risiko kardiovaskular (CV)
A.Terapi Non Farmakologi
Untuk pasien dengan STE MI yang hadir
dalam waktu 12 jam setelah onset gejala,
pengobatan pilihan reperfusi adalah
reperfusi awal dengan PCI primer arteri
infark dalam waktu 90 menit dari kontak
medis pertama.
Untuk pasien dengan NSTE ACS, pedoman
praktik merekomendasikan angiografi
koroner dengan revaskularisasi bypass graft
(RABG) arteri koroner atau koroner sebagai
pengobatan dini untuk pasien berisiko
tinggi; Pendekatan semacam itu juga dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang tidak
B. Terapi Farmakologi
Monitoring
Pemantauan Penyakit Jantung Koroner dengan
Telemetry
• Pantau gejala serangan angina terutama untuk
pasien dengan penyakit jantung iskemik untuk
menilai keefektifan frekuensi dan intensitas
gejala angina dengan penggunaan nitrogliserin
sublingual. Jika angina terjadi dengan frekuensi
yang meningkat ,berikan terapi antiangina dan
rujuk pasien untuk pengujian diagnostik
tambahan (misalnya, angiografi koroner) dan
intervensi koroner (misalnya PCI atau CABG
operasi), jika diindikasikan
• Pantau kecepatan irama jantung pada pasien
dengan terapi obat yang memiliki efek
chronotropic negatif (misalnya, β-blocker,
verapamil, atau diltiazem) atau obat-obatan yang
dapat menyebabkan refleks takikardia (misalnya,
nitrat atau dihydropyridine CCBs).
• Pengobatan dengan β-blocker, verapamil, atau
diltiazem biasanya dilanjutkan pada penderita
asimtomatik bradikardia. Namun, kurangi atau
hentikan pengobatan dengan agen ini pada
pasien yang berkembang dengan gejala
bradikardi atau kelainan konduksi serius.
• Pantau parameter hemodinamik secara rutin
untuk menilai toleransi obat.
Prognosis
Sangat tergantung pada:
 jumlah plak koroner
 keparahan obstruksi
 fungsi ventrikel kiri
 adanya aritmia kompleks
Lanjutan...
• Buruk jika penderita penyakit
jantung koroner telah mengalami
gejala klinis berupa infark micard
hingga terjadi mati mendadak akibat
aritmia ventrikel
• Berisiko tinggi jika sudah terjadi
kerusakan pada pangkal arteri
koroner kiri. Baik jika fungsi
ventrikel masih normal.
Preventif

Preventif
secara
umum
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit jantung diberikan
kepada individu yang masih sehat dan berisiko,
Tujuan : untuk menghambat berkembangnya dan
meluas factor-factor risiko PJK.
1. Peningkatan kesadaran pola hidup
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada :
 Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40
tahun.
 Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, familier dyslipidemia, mati
mendadak pada usia kurang dari 50 thn
 Obesitas
Pemeriksaan yang dianjurkan :
• Pemeriksaan fisik mengenai kemungkinan
adanya kelainan organis pada jantung atau
hipertensi
• Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada
waktu istirahat.
• Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah,
total kolesterol, kolesterol, HDL, LDL, TG, ureum
dan kreatinin.
• Pemeriksaan Treadmill test, terutama bagi
penderita yang hasil EKGnya meragukan dengan
adanya keluhan nyeri dada (Chest pain)
• Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk
melihat kelainan struktur/organis jantung.
B. Pencegahan Sekunder
Upaya yang dilakukan oleh seseorang seseorang
yang sudah menderita PJK.
• Tujuan :
- Agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
- Tidak merasa invalid (cacat di masyarakat)
- Status psikologis penderita menjadi cukup
mantap
Langkah-langkah :
- Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk
mengetahui kemampuan
- Mengendalikan factor risiko yang menjadi dasar
penyakitnya.
- Pemeriksaan treadmill test
- Pemeriksaan Laboratorium secara rutin.
- Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG)
STROKE
Defenisi
Stroke melibatkan onset mendadak
neurologis fokal yang berlangsung paling
tidak 24 jam dan dianggap berasal dari
vaskular stroke bisa berupa iskemik atau
hemoragic. Transient iscemic attacks (TIA)
adalah defisit neurologis iskemik fokal yang
berlangsung kurang dari 24 jam dan
biasanya kurang dari 30 menit.
Diagnosis
Anamnesis
Gejala-gejala klinis stroke yang sering terjadi
adalah (salah satu atau bersama-sama)
1.Wajah perot dan kelumpuhan satu sisi anggota
gerak
2.Kesemutan
kesemutan pada penyakit stroke (terutama yang
disebabkan penyempitan pembuluh darah otak)
umumnya terjadi pada
daerah wajah atau sekitar bibir. Yang khas pada
stroke adalah
gejalanya selalu timbul cepat/mendadak.
4. sulit bicara atau bicaranya sulit dimengerti terjadi
gangguan penglihatan satu atau ke dua mati
5. sulit untuk berjalan, sempoyongan, kehilangan
keseimbangan atau koodinasi
6. nyeri kepala tanpa diketahui sebabnya
Selain berdasarkan anamnesa , dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk membantu
menegakkan diagnosis stroke dan
penyebabnya
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah selain bermanfaat
dalam mebantu mengidentifikasi faktor
risiko terjadinya stroke (skrining) juga
berperan dalam menentukan penyebab
stroke.
a. CBC (Complete Blood Count)
CBC dilakukan untuk melihat penyebab
lain dari stroke seperti kadar platelet yang
rendah, anemia (termasuk anemia sel
sabit), atau peningkatan kadar sel darah
putih (leukemia).
b. Pemeriksaan Gula Darah
Diabetes adalah faktor risiko
stroke. Selain itu, hipoglikemia dan
hiperglikemia dapat menyerupai
gejala stroke.
c. Pemeriksaan Lemak Darah
Pemeriksaan lemak darah meliputi
trigliserida, kolesterol LDL, dan
HDL. Peningkatan kadar kolesterol
khususnya LDL Kolesterol adalah
salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit jantung dan stroke.
d. Pemeriksaan Koagulasi
Meliputi PT (Prothrombin time/waktu
protrombin) PTT (Partial thromboplastin
time) dan INR (International normalized
ratio). Pemeriksaan ini bertujuan
mengukur seberapa cepat terjadinya
pembekuan darah. Abnormalitas yang
terjadi adalah pendarahan atau
pembekuan yang berlebihan.
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
1. CTscan (Computed Tomographic Scan)
merupakan
pemeriksaan untuk membedakan infark dengan
perdarahan.
CTscan akan menunjukkan warna putih pada area
perdarahan dan gelap pada daerah infark.
Standar pemeriksaan yang direkomendasikan
untuk pasien stroke.
2. MRI (Magnetic Resonance
Imaging) Resonansi magnetik (MRI) :
lebih sensitif dari CT Scan dalam
mendeteksi infark cerebri dini dan infark
batang otak
Menunjukkan area iskemik dengan
resolusi yang lebih tinggi dari pada
Ctscan
Dapat mendeteksi lesi kecil pada
cortical atau subcortical termasuk
batang otak dan cerebellum yang
tampak samar dengan Ctscan
Terapi
Tujuan Pengobatan
 Meminimalkan jumlah sel yang
rusak melalui perbaikan jaringan
penumbra dan mencegah
perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral.
 Mencegah secara dini komplikasi
neurologik maupun medic
 Mempercepat perbaikan fungsi
neurologis secara keseluruhan
Pengobatan Non farmakologi
A.Stroke iskemik akut
Dekompresi bedah terkadang
diperlukan untuk mengurangi tekanan
intrakranial. Pendekatan tim
interprofessional yang mencakup
rehabilitasi awal dapat mengurangi
kecacatan jangka panjang. Pada
pencegahan sekunder, endarterektomi
karotis dan stenting mungkin efektif
dalam mengurangi kejadian stroke
B. Stroke hemoragik
Di SAH, intervensi bedah untuk
memotong atau menghilangkan
kelainan vaskular mengurangi
mortalitas dari perdarahan ulang.
Setelah perdarahan intraserebral
primer, evakuasi bedah mungkin
bermanfaat dalam beberapa situasi.
Penyisipan saluran pembuangan
ventrikel eksternal dengan
pemantauan tekanan intrakranial
biasanya dilakukan pada pasien ini.
Terapi farmakologi

Stroke Iskemik

Stroke Hemoragik
Monitoring
1. Pantau pasien dengan stroke akut
secara intensif untuk
perkembangan/pemburukan
neurologis (rekurensi atau perluasan),
komplikasi (tromboemboli, infeksi),
dan efek pengobatan yang merugikan.
2. Alasan paling umum untuk kemunduran
klinis pada pasien stroke meliputi:
 Perluasan lesi asli di otak,
 pengembangan edema serebral dan tekanan
intrakranial yang meningkat,
 keadaan darurat hipertensi
 infeksi (misalnya, saluran kemih dan saluran
pernafasan)
 tromboemboli vena,
 kelainan elektrolit dan gangguan irama
jantung
 stroke berulang
Prognosis
A. Gangguan Fisik
1. Lemah dan Paralisis (kaku)
Lemah pada seluruh anggota tubuh
dirasakan oleh orang setelah stroke.
Paralisis atau tidak dapat merasakan
anggota tubuhnya.
2. Spacticity (lumpuh otak)
Suatu kondisi terganggu fungsi otak dan
jaringan saraf yang mengendalikan
gerakan, laju belajar, pendengaran,
penglihatan, kemampuan berpikir.
Lanjutan...
3. Kesulitan Berjalan
Orang setelah stroke memungkinkan susah
dalam menggerakan kakinya, biasanya
dikenal dengan ”drop foot”
4. Perubahan Sensasi
Kemampuan merasakan sentuhan bias
berkurang, akan tetapi kepekaan terhadap
rasa sakit dapat meningkat, sensasi yang
tidak normal dapat dirasakan seperti
terbakar, kesemutan, menyengat atau mati
rasa.
Lanjutan...
B. Gangguan Berpikir
• Memori
Orang setelah stroke kemungkinan besar
bermasalah pada memori jangka pendek
dan butuh waktu lama untuk mengingat
informasi baru.
• Perhatian
Pasien pasca stroke mungkin kesulitan
dalam memilih saat memberi perhatian.
Kesulitan focus dalam mengerjakan
sesuatu, besar kemungkinan sulit
Preventive
 Primer  Sekunder
Pasien dengan resiko Mencegah
stroke diberikan kekambuhan
antikoagulan, kembali
antiplatelet, HMG- a. Anti agregat
CoA reduktase, (ex:
Enzim inhibitor Klorpidogrel,
statin Aspirin)
Faktor Luar : Polusi Anti
Udara , merokok, koagulan (ex:
depresi, diet, dan Warfarin)
Penurunan berat b. Penurunan
badan (BMI) tekanan darah
c. Berhenti

Anda mungkin juga menyukai