Anda di halaman 1dari 39

RHINITIS ALERGI

RAUDATUL AGUSTINA
G1A219032

PEMBIMBING :
dr. Lusiana Herawati Yammin, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN – KEPALA LEHER
RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
ABTSRAK
• Rhinitis alergi adalah kelainan umum yang terkait dengan
asma dan konjungtivitis.
• Biasanya kondisi lama yang sering kali tidak terdeteksi dalam
pelayanan perawatan primer.
• Gejala-gejala klasik =hidung tersumbat, hidung gatal, rinore
dan bersin.
• Secara menyeluruh, pemeriksaan fisik dan tes alergi pada kulit
penting untuk menegakkan diagnosis rinitis alergi.
• Antihistamin oral generasi kedua dan kortikosteroid intranasal
adalah pengobatan utama.
LATAR BELAKANG
• Rhinitis secara luas didefinisikan sebagai peradangan pada
mukosa hidung. Merupakan gangguan yang
mempengaruhi hingga 40% dari populasi.
• Rhinitis alergi adalah jenis yang paling umum dari rhinitis
kronis, mempengaruhi 10 – 20% dari populasi, dan bukti
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan ini meningkat.
• Rhinitis alergi berat dikaitkan dengan gangguan dalam kualitas
hidup, tidur dan kemampuan bekerja.
PATOFISOLOGI
• Sel radang ke lapisan hidung. Sel-sel T memasuki mukosa hidung didominasi T
helper 2 & melepaskan sitokin yang memproduksi IgE.

• Sel mast termediasi oleh alergen, memicu pelepasan mediator, seperti histamin
dan leukotrien, yang bertanggung jawab untuk pelebaran ateriol, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, gatal-gatal, rhinorrhea, sekresi mukosa, dan
kontraksi otot polos di paru-paru.

• Mediator & sitokin dilepaskan selama fase awal respon kekebalan thdp alergen
memicu respons lebih lanjut inflamasi selama 4-8 jam (akhir-fase respons
inflamasi) yg menghasilkan gejala berulang (biasanya hidung tersumbat) yg
sering bertahan.
KLASIFIKASI
• Rhinitis alergi dikategorikan sebagai musiman (terjadi selama
musim tertentu)/abadi (terjadi sepanjang tahun).
• Tidak semua pasien masuk ke dalam klasifikasi ini.
• Contoh = beberapa pemicu alergi, seperti serbuk sari, mungkin
musiman di iklim dingin, tapi abadi di iklim hangat, dan pasien
dengan beberapa “musiman” alergi mungkin memiliki gejala
hampir sepanjang tahun.
KLASIFIKASI
• Rhinitis alergi diklasifikasikan menurut durasi gejala (intermiten
atau terus-menerus) dan keparahan (ringan, sedang atau berat).

• Diklasifikasikan “intermittent” rhinitis alergi sebagai gejala yang


hadir kurang dari 4 hari per minggu atau kurang dari 4 minggu
berturut-turut, dan “persisten” rhinitis alergi sebagai gejala yang
hadir lebih dari 4 hari / minggu dan selama lebih dari 4 minggu
berturut-turut.
KLASIFIKASI
• Gejala diklasifikasikan sebagai ringan bila pasien tidak memiliki
gangguan dalam tidur dan dapat melakukan aktivitas normal
(termasuk kerja atau sekolah).

• Gejala yang dikategorikan sebagai moderat /berat jika mereka


secara signifikan mempengaruhi tidur atau aktivitas sehari-hari,
dan / atau jika mereka dianggap mengganggu.
KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologi dari rhinitis
Deskripsi
Mediator igE Mediator inflamasi igE pada mukosa hidung
(alergi) Diklasifikasikan sebagai intermitten dan terus menerus

Otonom Vasomotor
Rangsangan obat (medika mentosa rhinitis)
Hipotiroidisme
Hormonal
Rhinitis non alergi dengan sindrom eosinofilia (LPN)
Infeksi Dipicu oleh infeksi virus (paling umum), bakteri, atau jamur
Idiopatik Etiologi tidak dapat ditentukan
Rhinitis Kerja
• Rhinitis kerja = penyakit radang hidung ditandai dengan gejala
intermiten atau terus-menerus yang mencakup aliran udara
terbatas, hipersekresi, bersin dan gatal yang disebabkan
lingkungan kerja tertentu dan rangsangan tidak ditemui di luar
tempat kerja

• Profesi berisiko tinggi = laboratorium/pengolahan makanan,


dokter hewan, petani dan pekerja di berbagai industri manufaktur
Rhinitis Alergi Lokal
Lokal rhinitis alergi (LAR) adalah wujud klinis ditandai
dengan respon alergi lokal pada mukosa hidung dengan tidak
adanya bukti sistemik atopi.

Pasien dengan LAR memiliki tes kulit negatif dan / atau tes in
vitro untuk IgE, tetapi memiliki bukti produksi IgE lokal di
mukosa hidung.
Klasifikasi dari rhinitis alergi menurut lama
dan berat gejala
Komponen dari anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik untuk suspek rhinitis
Lanjutan…
Medication/Penggunaan Obat Cairan dibelakang gendang telinga
 Beta-blockers Sinuses
 ASA • Palpasi sinus (tanda – tanda nyeri)
 NSAIDs
 ACE inhibitors • Sensitivitas gigi rahang atas
 Terapi Hormon Posterior oropharynx
 Penggunaan kokain rekreasional • Postnasal drip
Kualitas Hidup • Lymphoid hyperplasia
 Kuesioner Khusus Rhinitis (“cobblestoning”)
Kormobiditas • Hipertropi Tonsil
 Asma Dada dan Kulit
 Napas dari Mulut • Penyakit Atopik
 Snoring ± apnea • Wheezing/Mengi
 Penurunan pembau dan pengecap
 Keterlibatan Sinus
 Otitis media
 Nasal polyps
 Conjunctivitis
Menanggapi Intervensi Sebelumnya
 Hindari alergen
 Cuci Hidung dengan Salin
 Antihistamine Generasi Ke 2 Oral
 Cortikosteroid Intranasal
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien yang diduga rhinitis alergi harus
mencakup :
1. penilaian tanda-tanda fisik,
2. hidung,
3. telinga,
4. sinus,
5. orofaring posterior (daerah tenggorokan yang berada di
belakang mulut),
6. dada & kulit.
Tes Diagnostik
• Tes cukit/skin prick dianggap sebagai metode utama untuk
mengidentifikasi pemicu alergi tertentu rhinitis.

• Pengujian skin prick menempatkan setetes ekstrak komersial alergen


tertentu pada kulit lengan bawah atau belakang, maka menusuk kulit
berdasarkan titik untuk memperkenalkan ekstrak ke dalam epidermis.

• Dalam waktu 15-20 menit, respon wheal-dan-flare (sebuah wheal


pucat tidak teratur dikelilingi oleh daerah kemerahan) akan terjadi jika
tes ini positif.
Algoritma
bertahap
untuk
pengobatan
rhinitis alergi
Pengobatan
1. Tujuan = menghilangkan gejala. pilihan terapi untuk mencapai tujuan ini yaitu
langkah-langkah penghindaran, irigasi saline nasal, antihistamin oral,
kortikosteroid intranasal, kombinasi intranasal kortikosteroid / antihistamin
semprotan; antagonis reseptor leukotrien (LTRAs), dan imunoterapi alergen.

2. Terapi lain pada pasien tertentu = dekongestan dan kortikosteroid oral. Jika gejala
pasien bertahan meskipun pengobatannya tepat, rujukan ke ahli alergi harus
dipertimbangkan. Rhinitis alergi dan asma muncul untuk mewakili penyakit
inflamasi gabungan saluran napas dan pengobatan asma juga merupakan
pertimbangan penting pada pasien dengan rhinitis alergi.
Menghindari Alergen
• Pengobatan lini pertama = menghindari alergen yang relevan
(misalnya, debu rumah tungau, jamur, hewan peliharaan, serbuk
sari) dan iritasi (misalnya, asap tembakau).

• Pasien alergi terhadap tungau & debu rumah harus diinstruksikan


untuk menggunakan selimut kedap alergen untuk tidur dan untuk
menjaga kelembaban relatif di rumah di bawah 50% (untuk
menghambat pertumbuhan tungau).
• Serbuk sari dan paparan jamur luar ruangan dapat dikurangi
dengan menjaga jendela tertutup, menggunakan AC, dan
membatasi jumlah waktu yang dihabiskan di luar ruangan
selama musim serbuk sari.

• Alergi terhadap bulu binatang, membuang hewan dari rumah,


biasanya menghasilkan penurunan yang signifikan dalam 4-6
bulan. Namun, dengan buruknya rekomendasi ini dan, oleh
karena itu, penggunaan filter efisiensi partikulat udara tinggi
(HEPA) dan membatasi hewan dari kamar tidur atau ke luar.
Antihistamin
Antihistamine oral generasi kedua (misalnya, desloratadine
(AERIUS), fexofenadine (Allegra), loratadine (Claritin), cetirizine
(Reactine) adalah terapi pertama perawatan yang direkomendasikan
untuk semua pasien dengan rhinitis alergi. Baru-baru ini, ada dua
antihistamin generasi kedua Bilastine (Blexten) dan rupatadine
(Rupall) yang telah diperkenalkan di Kanada.
• Antihistamin oral generasi kedua secara efektif untuk
mengurangi bersin, gatal dan rhinorrhea bila diminum secara
teratur pada saat gejala terjadi atau sebelum paparan alergen.

• Meskipun lebih lama (generasi pertama) antihistamin sedatif


(misalnya, diphenhydramine, klorfeniramin) dapat efektif dalam
mengurangi gejala, mereka telah terbukti berdampak negatif
pada kesadaran dan fungsional karena itu, mereka tidak secara
rutin direkomendasikan untuk pengobatan rhinitis alergi.
Kortikosteroid Intranasal
Pilihan terapi lini pertama untuk pasien dengan gejala persisten
ringan atau sedang/berat bisa digunakan sendiri atau dalam
kombinasi dengan antihstamin oral bila digunakan secara teratur dan
benar, kortikosteroid intranasal lebih unggul daripada antihistamin
dan reseptor leukotrien antagonis dalam mengendalikan gejala
rhinitis alergi termasuk hidung tersumbat dan rhinorrhea.
Kortikosteroid juga terbukti memperbaiki gejala okular dan
mengurangi gejala pernafasan bawah pada pasien dengan rhinitis
alergi yang disertai asma.
Kortikosteroid Intranasal
Kortikosteroid intranasal sebaiknya dimulai sesaat
sebelum terpapar allergen, karena efek puncaknya
mungkin memerlukan beberapa hari untuk
berkembang, kortikosteroid intranasal harus
digunakan secara teratur.
Kortikosteroid Intranasal
• Efek samping : Iritasi hidung dan stinging (perasaan seperti terbakar
pada hidung), namun, efek samping ini bisa dicegah dengan
menjauhkan arah semprotan agak menjauh dari septum hidung.

• Bukti menunjukkan bahwa beklometason dan triaminocolone, bisa


memperlambat pertumbuhan pada anak – anak. Namun, penelitian
jangka panjang menguji pengaruh dari dosis beklomethasone pada
pertumbuhan tidak terlalu berpengaruh/kurang.
Kombinasi/ gabungan kortikosteroid intranasal
& antihistamin nasal spray
Jika kortikosteroid tidak efektif, semprotan kombinasi
kortikosteroid intranasal dan antihistamin nasal spray bisa
dicoba.

Kombinasi flutikason propionat / azelastine hidroklorida


(Dymista) sekarang tersedia di Kanada. Kombinasi ini telah
terbukti lebih efektif daripada komponen individu dengan profil
keamanan yang serupa dengan kortikosteroid intranasal.
Reseptor leukotrien antagonis (LTRAs)
Montelukast dan zafirlukast juga efektif dalam pengobatan
rhinitis alergi; Namun tidak seefektif Kortikosteroid
intranasal.

Penelitian jangka panjang ditemukan bahwa kortikosteroid


intranasal lebih efektif dibandingkan kombinasi LTRAs
dan antihistamin untuk mengurangi gejala pada hidung
dan pada malam hari.
LTRAs harus dipertimbangkan ketika antihistamin oral
kortikosteroid intranasal atau kombinasi kortikosteroid/semprotan
antihistamin tidak efektif dalam mengatasi gejala rhinitis alergi.

Jika kombinasi terapi farmakologi dengan antihistamin oral,


kortikosteroid intranasal, kombinasi kortikosteroid/ semprotan
antihistamin dan LTRAs tidak efektif atau tidak tertoleransi,
imunoterapi alergi harus dipertimbangkan.
Imunoterapi Alergen
Pengobatan yang efektif untuk rhinitis alergi, terutama pasien dengan
rhinitis alergi intermitten (tergantung musim)/ sementara yang disebabkan
oleh serbuk sari, pohon, rumput & serbuk sari ragweed.

Imunoterapi alergen melibatkan pemberian subkutan yang secara bertahap


meningkatkan jumlah alergen relevan pasien sampai tercapai dosis yang
efektif dalam mendorong toleransi imunologis terhadap allergen.

Imunoterapi alergen diberikan setiap tahun dengan peningkatan dosis


mingguan selama 6-8 bulan, diikuti dengan suntikan secara subkutan
pemeliharaan dosis maksimum yang dapat ditoleransi setiap 3-4 minggu
selama 3-5 tahun.
Imunoterapi Alergen
Imunoterapi sublingual
Imunoterapi sublingual adalah cara untuk menurunkan kepekaan
pasien dengan menempatkan tablet ekstrak alergen dibawah lidah
sampai larut.
Saat ini tersedia untuk pengobatan alergi rumput, serbuk sari ragweed
& rhinitis alergi yang disebabkan oleh tungau debu rumah (dengan
atau tanpa konjungtivitis).
Saat ini ada empat produk imunoterapi tablet sublingual : Oralair,
Grastek, Ragwitek & Acarizax.
Imunoterapi Alergen
Imunoterapi sublingual
• Efek samping paling umum = reaksi lokal contohnya
pruritus oral, iritasi tenggorokan dan pruritus telinga.
• kotraindikasi pada pasien dengan asma berat. Tidak
stabil dan tidak terkntrol.
Pilhan terapi lainnya

DEKONGESTAN INTRANASAL & ORAL

Dekongestan intranasal dan oral (pseudoephedrine, phenylephrine) =


1 untuk menghilangkan hidung tersumbat.

2 Efek samping dekongestan oral = agitasi, insomnia, sakit kepala, palpitasi

Kontraindikasi = pada pasien dengan hipertensi tak terkontrol & penyakit


3 arteri koroner berat.
Pemakaian dekongestan intranasal berkepanjangan berisiko membuat
4 hidung tersumbat kembali, oleh karena itu dekongestan intranasal tidak
dianjurkan penggunaanya melebihi 3-5 hari.
Pilhan terapi lainnya
Kortikosteroid oral
Terbukti efektif pada pasien dengan rhinitis alergi berat yang resisten
terhadap antihistamin oral dan kortikosteroid intranasal.

Sodium cromogylycate
intranasal
Terbukti dapat mengurangi bersin, rinore, gatal pada hidung oleh
karena itu bisa digunakan sebagai pilihan terapi pada beberapa
pasien.
Pilhan terapi lainnya

omalizumab
Terbukti efektif pada rhinitis alergi musiman dan asma, namun saat
ini tidak disetujui sebagai pengobatan rhinitis alergi.

Terapi bedah
Terapi bedah juga bisa membantu pada pasien tertentu dengan
rhinitis alergi, poliposis atau penyakit sinus kronis yang kebal
terhadap pengobatan medis. Kebanyakan tindakan bedah dilakukan
dibawah pengaruh anestesi lokal.
Pilhan terapi lainnya

Intranasal natrium kromoglikat

Dapat digunakan sebagai terapi lini pertama untuk rinitis


alergi pada kehamilan karena tidak ada efek teratogenik
yang telah dicatat dengan krom pada manusia atau binatang.
Antihistamin juga dapat dipertimbangkan untuk rinitis alergi
pada kehamilan.
Obat komplementer dan alternatif (CAM)

CAM telah digunakan untuk manajemen rinitis alergi,


termasuk obat-obatan tradisional Tiongkok, akupunktur,
homeopati, dan terapi herbal.

Di sejumlah penelitian, akupunktur telah terbukti


memberikan manfaat sederhana untuk pasien dengan rinitis
alergi. Namun, akupunktur memakan waktu.
KESIMPULAN
1. Rinitis alergi adalah kelainan umum yang bisa terjadi secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
2. Diagnosis = anamnesis & pemeriksaan fisik.
3. Tes diagnostik = tes tusuk kulit atau tes IgE spesifik alergen
4. Antihistamin oral generasi kedua dan kortikosteroid intranasal
adalah terapi utama untuk gangguan.
5. Imunoterapi alergen juga obat lain seperti dekongestan dan
kortikosteroid oral mungkin berguna dalam kasus-kasus tertentu.
Pesan utama
• Rinitis alergi berhubungan kuat dengan asma dan konjungtivitis.
• Tes kulit alergen adalah tes diagnostik terbaik untuk konfirmasi
rinitis alergi.
• Kortikosteroid intranasal adalah andalan perawatan untuk
sebagian besar pasien yang datang ke dokter dengan rinitis
alergi.
• Imunoterapi alergen efektif pengobatan modulasi imun yang
seharusnya direkomendasikan jika terapi farmakologis untuk
rinitis alergi tidak efektif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai