Anda di halaman 1dari 13

pneumonia

• Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru


yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non
mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-
obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (PDPI, 2003).
• Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau
nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi.
Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas
cepat dan tarikan dinding dada kedalam. Namun pada bayi seringkali
tidak disertai batuk (Pamungkas, 2012).
etiologi
• Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan Streptococus pneumoniae, melalui slang infus oleh
Staphylococus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas
aeruginosa (IPD, 2009). Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia
komuniti yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri gram
positif, pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003).
• Pada rawat jalan jenis patogen tidak diketahui pada 40% kasus. Dilaporkan adanya
Streptococus Pneumonia pada (9-20%), Micobacterium pneumonia (13-37%), Chlamydia
pneumonia ( 17%). Patogen pada PK rawat inap diluar ICU. Pada 20-70% tidak diketahui
penyebabnya Streptococus Pneumonia, Haemophilus influenza, Micobacterium
pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella, dan virus sebesar 10 %. Sedangkan pada
PK rawat inap di ICU yang menjadi etiologinya adalah Streptococus pneumonia,
Enterobacteriacae, Pseudomonas Aeuroginosa (IPD, 2009).
• Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.8
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar
rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih dari
48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.2
• Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling sering ialah
menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia (pneumonia
komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar pneumonia,
bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif. Pneumonia juga
sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien, seperti pneumonia
rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit paru kronik),
pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan pneumonia pada gangguan imun
(pneumonia pada pasien tranplantasi organ, onkologi, dan AIDS).3,9
etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan
pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan
beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
komunitas adalah bakteri gram negatif.2
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob
oral.10
8. Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK
UI
2. PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan
di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
3. Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
9. Dunn, L. Pneumonia : Classification, Diagnosis and Nursing Management.
Royal Collage of Nursing Standard Great Britain. 2007. 19(42). hal :50-54.
10. Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM.
2012. Patofisiologi: konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2.
Jakarta:EGC. Hal:796-815
ppok
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan istilah lain dari
beberapa jenis penyakit paru-paru yang berlangsung lama atau
menahun, ditandai dengan meningkatnya resistensi terhadap aliran
udara. Pada tahun 2015diperkirakan 65 juta orang memiliki resiko
untuk mengalami penyakit PPOK yang parah. Lebih dari 3 juta orang
meninggal karena PPOK (5% dari semua kematian global).
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik da

emfisema atau gabungan keduanya (Marpaung, 2016 : 104)

Edward Ringel. 2012. “buku saku hitam kedokteran paru”


Jakarta : Permata Puri Media
Padila. 2012. Buku ajar : keperawatan medical bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu B
Edisi 3. Pt Gelora Aksara Pratama
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih
Bahasa H. Y. Kuncara, Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta :
EGC. Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :
EGC Buku Kedokteran.
Ovedoff, D. 2006. Kapita selekta kedokteran 2/editor ed.
Revisi 2. Jakarta, Binarupa Aksara.
• Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru- paru yang
berlangsung lama (Grace & Borlay, 2011) yang ditandai oleh adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(Padila, 2012). Adapun pendapat lain mengenai P P O K adalah kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan
penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer &
Bare, 2006) yang ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Edward. 2012).
etiologi
• Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
menurut Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi.
2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya
fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan
asmaorang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda,
walau pun tidak merokok.
Tuberkulosis paru
• Tb adalah suatu penyakit infeksi kronik yang menyerang hampir
semua organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru

Tuberkulosis adalah penyakit yang menular akut maupun kronis yang


terutama menyerang paru, yang disebabkan oleh bakteri tahan asam
(BTA) yang bersifat batang gram positif (Mycobacterium tuberculosis)
Sumber : Susanto AD. Analisis Kadar Interferon Gamma Pada Penderita
Tuberkulosis Paru dan Orang Sehat. Jurnal Respirologi Indonesia.
2010;30:119.
• Etiologi
Etiologi TB paru ialah M. Tuberculosis yang berbentuk batang. Kuman akan
tumbuh optimal pada suhu sekitar 37⁰C dengan pH optimal 6,4-7. Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak yang menye-babkan kuman lebih tahan
asam dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan fisik.

Sumber : Parhusip MB. Peranan Foto Dada Dalam Mendiagnosis


Tuberkulosis Paru Tersangka Dengan Bta Negatif di Puskesmas kodya Medan
[disertasi]. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK.USU/SMF Paru RSUP. H. Adam Malik Medan; 2009.
ekperimental dan bertujuan untuk mene-mukan kuman Mycobacterium
tuberculosispada sputum pasien dengan diagnosis klinis tuberkulosis di
Poliklinik dan Rawat Inap Penyakit Dalam RSI Sitti Maryam Manado dan
mengunakan pewarnaan BTA dengan
Ziehl Neelsen. Variabel dalam penelitian ini ialah pasien dengan diagnosis
klinis TB, sputum sewaktu, pagi, dan sesaat (SPS), pemeriksaan BTA, jenis
kelamin, dan usia. Pengambilan sampel sputum dilakukan se-waktu, pagi,
dan sesaat, dengan pembuatan sediaan dan pewarnaan BTA dengan Ziehl
Neelsen. Hasil pemeriksaan berdasarkan standar Internasional Unit Against
Tuberculosis (IUAT) (Depkes RI, 2002).

Anda mungkin juga menyukai