Anda di halaman 1dari 17

ENTEROBIASIS

INFEKSI CACING KREMI

Disusun oleh:

AULYA RIZKI WULANDARI


NIM. P07134217009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2018
A. PENGERTIAN
Enterobiasis adalah infeksi parasit yang
disebabkan Enterobius vermicularis dan
merupakan infeksi yang sering terjadi dalam satu
keluarga atau pada orang yang tinggal dalam satu
rumah. Enterobius vermicularis juga menjadi
penyebab tersering kecacingan pada anak-anak di
negara berkembang.
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit cacing kremi tersebar di seluruh dunia
dengan konsentrasi pada daerah-daerah yang
faktor perilaku sehatnya masih rendah. Meskipun
penyakit ini menyerang semua umur, namun
penderita terbanyak adalah anak berusia 5-14
tahun. Hal ini karena perilaku menggaruk dan
daya tahan tubuh yang masih rendah pada anak.
C. MORFOLOGI CACING
Cacing dewasa
a) Berukuran kecil
b) Berwarna putih, mirip parutan kelapa
c) Ukuran cacing betina lebih besar dibanding
cacing jantan. Ukuran cacing betina sampai 13
mm, sedangkan yang jantan sampai 5 mm
d) Ekor cacing betina lurus dan runcing,
sedangkan yang jantan mempunyai ekor
melingkar
Gambar 1. Telur dan bentuk dewasa E. Vermicularis
Sumber : Huh S. Pinworm. http://www.emedicine.com/med/topic
1837.htm
D. SIKLUS HIDUP CACING
telur infektif (telur
matang) tertelan
Cacing dewasa dalam
sekum dan kolon

cacing betina
bertelur di perianal
autoinfeksi

debu
angin telur melekat di
sekitar perianal

telur menetas
----retrofeksi

Gambar 2. Daur hidup Enterobius vermicularis


Sumber : Abidin, 1993.
1. Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif
2. Telur menetas di anus dan berkembang menjadi
dewasa
3. Larva yang dilepaskan dari telur akan bermigrasi ke
jejenum dan ileum, selanjutnya akan tumbuh menjadi
cacing jantan dan betina dewasa
4. Setelah membuahi cacing betina, cacing jantan akan
mati dan dikeluarkan bersama tinja
5. Cacing betina yang gravid umumnya pada malam hari
akan turun ke bagian bawah usus besar dan keluar
melalui anus
6. Telur akan diletakkan di perianal dan di kulit perineum
7. Setelah meletakkan telur, cacing betina kembali ke
dalam usus
E. PENULARAN
Infeksi enterobiasis dapat terjadi melalui 3 jalan,
yaitu:
1. Penularan dari tangan ke mulut penderita
sendiri (autoinfeksi) atau pada orang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur
infektif. Misalnya alas tempat tidur atau pakaian
dalam penderita
2. Melalui pernapasan dengan mengisap udara
yang tercemar telur cacing yang infektif
3. Penularan secara retrofeksi. Penularan yang
terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva
yang menetas di daerah perianal mengadakan
migrasi kembali ke dalam usus penderita, dan
tumbuh menjadi cacing dewasa
F. GEJALA KLINIS ENTEROBIASIS

1. Gatal di sekitar anus


2. Insomnia
3. Kurang nafsu makan
4. Berat badan menurun
G. DIAGNOSIS
Anal swab merupakan metode terbaik dalam
mendiagnosis enterobiasis. Telur cacing diambil
dengan metode anal swab atau cellophane swab
yang ditempelkan disekitar anus pada pagi hari
sebelum anak buang air besar. Infeksi cacing E.
vermicularis sering terjadi pada beberapa anggota
keluarga, maka sebaiknya seluruh anggota
keluarga juga turut diperiksa.
H. PENGOBATAN
• Pyrantel pamoate
• Mebendazole
• Pyrvinium pamoate
• Piperazine citrate

Pengobatan dibawah pengawasan dokter


I. PENCEGAHAN
Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan
a. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek
b. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah
buang air besar
c. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan
tangan yang mengandung parasit
d. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci
bersih dan diganti setiap hari
DAFTAR PUSTAKA
Ganda husada, S., Herry, D.H., Wita P., 2006. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Soedarto. 1991. Helmintologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sandjaja, Dr. Bernardus, DMM, DTM&H, MSPH. 2007.
Helmintologi Kedokteran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Widoyono. 2008. PENYAKIT TROPIS : Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya.
Semarang: Erlangga.
Lubis, S.M., Syahril Pasaribu., dan Chairuddin P.L., 2008.
Enterobiasis Pada Anak. Sari Pediatri. Vol:9(5).
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Agoes, R dan Djaenudin N. 2009. Parasitolgi Kedokteran
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai