Anda di halaman 1dari 14

ULKUS PEPTIKUM

NAMA KELOMPOK
Bagus prayoga 0433131440118009
Didi sodikin 0433131440118023
Silviyani 0433131440118041
Fina anisah 0433131440118023
DEFINISI

Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang)


yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung,
pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau
esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and
Suddart, 2001).
ANATOMI DAN FISIOLOGI LAMBUNG
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika
kosong berbentuk tabung J dan jika penuh seperti
buah alpukat raksasa Kapasitas normal lambung
adalah sebesar 1-2 L
Bagian utama dari lambung terdiri dari :
• Fundus adalah bagian tengah, bentuknya
membulat.
• Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk
makanan dari kerongkongan itu sendiri .
• Fundus adalah bagian tengah, bentuknya
membulat
• Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang
berhubungan dengan usus 12 jari atau sering
disebut duodenum.
ETIOLOGI
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara selresi
cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif
Mutaqqin,2011)
Penyebab khususnya diantaranya :
1. Infeksi bakteri H. pylori
2. Peningkatan sekresi asam
3. Konsumsi obat-obatan
4. Stres fisik
5. Refluks usus lambung
PATOFISIOLOGI

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena


jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung
pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang
terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier
terhadap asam klorida.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari,


minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya
sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan
20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa
adanya manifestasi yang mendahului.
LANJUTAN…
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul,
seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di
punggung.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka
bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-
kadang disertai eruktasi asam.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi,
muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien
ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan.
PENATALAKSANAAN

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk


perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan.
• Penurunan stress dan istirahat.
• Penghentian merokok
• Modifikasi diet
• Obat-obatan
• Intervensi bedah
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya


napas (mis. Nyeri saat bernafas)
2. gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3. defisit nutrisi b.d ketidak mampuan
mencerna makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. intervensi utama: manajemen jalan nafas
• Observasi
• Monitor pola nafas
• Monitor bunyi napas buatan
• Monitor sputum
• Terapetik
• Pertahahankan ketepatan jalan nafas dengen heedd-tiit dan chin-tiit
• Posisikan semi-fowler
• Berikan minum hanagat
• Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraksi
• Ajarkan teknik bentuk efektif
• Kolaborasi
• - Kolabolasi pemberian bronkodilator, ekspektora, mukolitik, jika perlu.
2. intervensi utama : Manajemen nyeri
• Observasi
• -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• -Identifikasi skala nyeri
• - Identifikasi respons nyeri non verbal
• Terapeutik
• Berikan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian anal getik, jika perlu
3. Intervensi utama : Manajemen nutrisi
• Observasi
• Identifikasi status nutrisi
• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
• Identifikasi makanan yang disukai
• Terapeutik
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Edukasi
• Anjurkan posisi duduk, jika perlu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik)
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai