Anda di halaman 1dari 32

Nita Syamsiah

 Prosedur pemeriksaan untuk


memperoleh data mengenai
tubuh dan keadaan fisik pasien
untuk membantu menegakakan
diagnosis atau kondisi pasien
 Perkenalkan diri secara formal
 Jelaskan prosedur yang akan lakukan
 Tempatkan pasien pada posisi yang benar (lihat apakah nyaman)
 Usahakan paparan (exposure) pasien yang benar
 Jangan timbulkan nyeri pada pasien- tanyakan tentang nyeri sebelum
melakukan pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan yang dilakukan dengan pengamatan
 Kelainan dari alat pernapasan
 Kelainan paru menyebabkan gejala diluar paru
◦ Jari tabuh
 Kelainan alat diluar alat pernapasan yang mengganggu pernapasan
 Sianosis
 Edema muka
 Bendungan vena leher
 Inspeksi dalam 2 fase :
 Melihat torak dalam keadaan statis
 Melihat torak dalam keadaan dinamis
 Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
 Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
 Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
 Inspeksi thorax posterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi,
massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
 Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.

 Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau


pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.

 Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)


dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase
ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan nafas
 Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 :
7, tergantung dari cairan tubuh klien.

 Observasi kesimetrisan pergerakan dada.


Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.

 Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat


mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
 Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T
(1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
 Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan
menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur.
 Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan
diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
 Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu
pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan
kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
 Kiposis :
Meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan
klien tampak bongkok.
 Skoliosis :
melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
 Dyspneu
Keluhan rasa sesak. Seseorang merasakan bernapas; pada; latihan, obesitas, sakit jantung, sakit
paru, anemia, dll
 Orthopneu
Sesak napas waktu posisi tidur , berkurang kalau posisi duduk, pada; penyakit jantung
 Pernapasan Kussmaul
Pernapasan cepat dan dalam , pada; asidosis
 Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan periodik bergantian antara pernapasan cepat dan apneu pada ; peningkatan tekanan
intrakaranial
 Pernapasan Biot’s
Pernapasan tidak teratur, pada trauma kapitis, tumor otak, meningoensepalitis
 Pernapasan Asmatik
Ekspirasi memanjang disertai wizing., pada Asma brronkial, PPOK
 Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal),
dan suara.
 Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
a) Bronchial :
Disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak
ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal
notch.
b) Bronchovesikular :
Merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.
c) Vesikular :
Terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
 Wheezing :
Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.

 Pleural friction rub :


Terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar,
berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada
daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat
bernafas dalam.
 Ronchi
Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum
Ronchi basah
Saat inspirasi, Akibat adanya exudat/ cairan dalam bronkiolus atau alveoli
bisa juga bronkus atau tarakea
 Ronchi basah nyaring – infiltrat paru
 Ronchi basah tak nyaring -- bendungan paru
 Ronchi basah kasar -- cairan di bronkus besar/ trakea
Ronchi kering ( bising suitan)
◦ Lewatnya udara melalui saluran napas yang menyempit oleh karena cairan
yang lengket dan tidak mudah dipindahkan
◦ Tergantung diameter bronkus yang ada kelainan bising dibagi : kecil,
sedang dan besar
◦ Terdengar pada fase inspirasi kadang pada fase eksiprasi
◦ Dapat berubah setelah batuk, kadang terputus putus
◦ “Berbeda dengan (bising Mengi / Wheezing )
Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter
suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab
di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
 Bronchophoni
◦ Vokal sound( suara biasa) didengar pada lapangan paru terdengar kurang keras ,
kurang jelas dan jauh.
◦ Apabila terdengar lebih keras, pada pangkal telinga pemeriksa disebut bronkoponi
positif ;
◦ Biasanya pada infiltrat , atelektasis kompresif
 Egophoni
◦ Bronchophoni yang terdengar nasal(sengau), biasanya oleh karena atelektasis
kompresif akibat efusi pleura.
◦ Didengar pada perbatasan cairan dan parenkim paru
 Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
 Suara perkusi normal ::
- Resonan (Sonor)
- Dullness
- Tympany :
* bergaung, nada rendah  dihasilkan pada jaringan paru
normal.
* dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
* musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara Perkusi Abnormal :
 Hiperresonan
 Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
 Sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya
berisi jaringan.
 Ketukan biasanya dilakukan dengan jari tengah tangan kanan yang
dilengkungkan di sendi ke dua.
 Tangan digoyangkan dengan sendi pergelangan tangan sebagai engsel.
 Ketokan dilakukan di atas bagian yang keras, seperti; clavicula, tulang
iga, sternum
 Di atas bagian yang lunak dipakai landasan ( fleximeter), biasanya
dipakai jari tengah tangan kiri yang diletakkan di dinding dada tegak
lurus atau sejajar dengan iga.
 Pemeriksaan perkusi dilakukan secara sistematis.
Menentukan batas jantung paru.
1. Batas kiri
 1 jari medial, sela iga 5
 Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior kiri setinggi mamae
2. Batas atas
 Sela iga 3 para sternal kiri
 Caranya; perkusi di daerah parasternal mulai dari sela iga satu
3. Batas kanan
 tengah tengah sternum
 Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior kanan setinggi mama, menuju sternum
4. Batas bawah
Tidak dapat ditentukan
◦ Batas paru hati
1. Ketok mulai dari mamae kanan menuju ke distal,
perubahan dari sonor ke redup merupakan batas paru
hati, kira kira sela iga 6
2. Batas ini berubah pada waktu inspirasi dan ekspirasi,
disebut dengan peranjakan., biasanya sekitar 2 jari .
3. Batas paru hati meninggi pada , efusi pleura, infiltrat di
kanan.
4. Batas paru hati menurun pada emfisema.
 Batas paru lambung
1. Ketukan dilakukan di derah axilaris kiri setinggi mamma ke arah
distal
2. Tentukan daerah perubahan sonor menjadi tympani, biasanya sela iga
8
 Batas paru belakang
1. Mulai dari ujung skapula ke distal sampai ketokan sonor jadi redup
2. Kiri biasanya rendah 1 jari dari kanan
3. Batas paru belakang setinggi torakal X- IX
 Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
 Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
 Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
 Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
◦ Dengan menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding dada.
Seperti punggung , kemudian pasien disuruh mengucapkan kata kata
seperti 77, dengan nada yang sedang. Secara simetris dibadingkan
getaran yang timbul.
◦ Selain itu dengan palpasi dapat menentukan kelainan di perifer seperti
kondisi kulit ; basah / kering, adanya demam, arah aliran vena dikulit
pada vena yang terbendung, tumor
◦ Dapat menentukan kelainan di dalam, seperti meraba ictus cordis, adanya
thriil (getaran) pada kelainan katup
◦ Fremetus menurun
◦ Fremitus meningkat pada  Penebalan pleura
 Infiltrat  Efusi pleura
 Compressive atelektasis  Pneumothorak
 Cavitas paru  Emfisema paru
 Obstruksi bronkus

Anda mungkin juga menyukai