Jurusan analis
Kesehatan
MEDAN
2019
1
Transfusi Darah
Suatu tindakan pemindahan darah dari
seorang donor kepada seorang resipien.
Transfusi darah adalah suatu bentuk
transplantasi jaringan atau organ
dari seorang atau beberapa orang donor
kepada resipien, tetapi disini organ
yang ditransplantasikan adalah darah.
7
Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Hemolisis adalah penguraian sel darah
merah dimana hemoglobin akan terpisah
dari eritrosit.
8
Ketentuan Umum:
Indikasi
Efisiensi
Identifikasi
Cara pemberian
Pengamanan lingkungan
9
Indikasi:
10
Fungsi darah:
Lemas
Nyeri dada
Sesak nafas
TD rendah
Hb < 7 g/dl.
12
Efisiensi:
13
Tujuan transfusi darah:
14
Identifikasi:
Jenis kelamin
Umur
Nomor ruangan/kamar
Diagnosa
Golongan darah
15
Cara pemberian:
Saringan darah
Masa transfusi: 1 kantong tidak
lebih dari 4 jam.
Pengenceran sel darah merah pekat:
bila terlampau kental, dapat
diencerkan hanya dengan NaCl 0.9%.
Penambahan obat-obatan: tidak
boleh ditambahkan obat-obatan
kedalam kantong darah.
Pemanasan darah.
16
Pemanasan darah :
Gunakan pemanas darah yang dilengkapi ala
monitor suhu.
Tidak boleh memanaskan darah lebih dari
37° C.
Pemanasan darah:
Pada orang dewasa bila transfusi darah
melebihi 50 ml/kgBB/jam.
Pada anak-anak yang menerima darah lebih
dari
15 ml/kgBB/jam.
Pada penderita dengan aglutinin tipe
dingin
Transfusi cepat melalui CVP.
17
Pengamanan lingkungan:
Pemusnahan kantong darah
bekas dan slang transfusi
bekas di RS hendaknya
diusahakan agar tidak
mengganggu kesehatan
lingkungan.
18
Sediaan Darah:
1.Darah lengkap :
Whole Blood.
Fresh Whole Blood.
2.Eritrosit :
Packed Red Cells.
Washed Red Cells.
3.Trombosit.
4.Darah kaya lekosit.
5.Plasma Darah:
Plasma Cair
Plasma kering.
Fresh Fozen Plasma.
Kriopresipitat.
19
Darah Lengkap Segar:
Eritrosit Pekat :
PRC.
WRC.
Kriopresipitat.
Komponen lain.
20
Darah Lengkap:
Memperbaiki kemampuan
transportasi Oksigen.
Memperbaiki jumlah darah yang
beredar.
Terdiri dari :
1. Darah Segar.
2. Darah Simpan.
3. Darah Baru.
21
Indikasi pemberian Darah Lengkap:
1. Kehilangan darah akut:
Trauma atau
2. Transfusi pengganti:
Pada bedah jantung terbuka.
22
Indikasi Packed Red Cells:
23
Washed Red Cells (PRC Cuci):
24
Konsentrat trombosit:
1. Random-donor platelet:
Dikumpulkan dari beberapa orang ,setiap
kantong mengandung 5,5x1010 dalam 50-70 ml.
Dapat disimpan 5 hari dlm temp. 20-24°C.
2. Single-donor platelet:
Dikumpulkan dari satu orang donor saja,
mengandung 3x1011 dalam 200-500 ml.
Setara dengan 6-8 unit random-donor.
25
Indikasi pemberian trombosit:
26
Komponen Plasma :
1. Plasma segar beku
2. Krioprisipitat
3. Albumin
4. Gamma globulin
5. Fibrinogen
6. PPSB.
27
Plasma beku segar:
28
Kriopresipitat:
29
Albumin:
Kekurangan albumin:
Sindroma nefrotik.
Malnutrisi.
30
Gamma globulin:
31
Fibrinogen:
32
Penyulit transfusi darah:
A. Faktor darah:
1. Ketidak sesuaian golongan darah
ABO atau Rh hemolitik:
Menggigil dan demam
Ikterus, hemoglobulinemia,
hemoglobuliuria
Bisa shock
Oliguria
DIC
33
Reaksi hemolitik:
34
Tindakan pd reaksi hemolitik:
Hentikan transfusi
Kortikosteroid
Manitol
Dll.
35
Penyulit transfusi:
2. Darah hemolisa:
Darah simpan ( 4° C ) kemudian dipanaskan
terlalu kuat sebelum ditransfusikan akan
mengalami hemolisa.
Darah simpan yang disimpan lebih dari 21
hari sudah banyak mengalami hemolisa.
36
Penyulit transfusi:
3. Reaksi pirogen :
Sering terjadi pada orang-orang
37
Tindakan pd reaksi pirogen:
Hentikan transfusi
Antipiretik
Kortikosteroid
38
Penyulit transfusi:
4. Pemindahan penyakit:
Malaria
Sifilis
Hepatitis
Virus lain
AIDS
Mononukleosus infeksiosa
39
Penyulit transfusi:
40
Tindakan pd over transfusion:
Hentikan transfusi
Lasix iv.
Cedilanid iv.
Morfin.
Oksigen
Tornike
Flebotomi
41
Penyulit transfusi:
6. Emboli udara:
Transfusi terlalu cepat dan
dengan tekanan.
Tidak boleh memasukkan udara
kedalam manapun.
Tanda: sesak nafas hebat,
Slang di klem
Penderita miringkan
kekiri
Kepala rendahkan
Tungkai tinggikan
Oksigen.
43
Penyulit transfusi:
7. Tromboflebitis.
8. Suhu darah yang tidak sesuai.
9. Mikroemboli.
10. Hemosiderosis.
11. Perdarahan :
Transfusi masif ok pengenceran faktor-
faktor pembeku.
12. Reaksi demam:
Sering terjadi pada pasien yang telah
44
Faktor Resipien:
1. Reaksi alergi:
Urtikaria besar
Eritema
Kadang-kadang TD turun
45
Tindakan pd reaksi alergis:
Transfusi dilambatkan
Bila perlu transfusi hentikan
Beri :
Adrenalin
Antihistamin
Kortikosteroid.
46
Faktor resipien:
47
Tehnik transfusi:
48
49
Golongan darah
Golongan darah adalah hasil dari
pengelompokan darah berdasarkan ada atau
tidaknya substansi antigen pada permukaan
sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut
dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid
50
Kepentingan Golongan Darah
untuk transfusi darah. Landsteiner menemukan
pada tahun 1901, bahwa darah manusia yang
ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel,
dan menimbulkan aglutinasi (si penerima darah
terlihat syok dan ikterik / kuning). Transfusi
dengan darah yang inkompatibel antara donor dan
resipien (penerima) dapat berakibat fatal.
untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah
sebagai metode penentuan paling sederhana
(walaupun metode ini sekarang sudah tergeser
perannya dengan tes DNA di negara-negara maju).
51
Golongan darah
52
Golongan darah ABO
53
Sistem golongan darah ABO
A A Anti-B 25,48
B B Anti-A 26,68
54
Dalam sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4
golongan:
A Antigen A Antibodi A
B Antigen B Antibodi B
Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O,A,B,AB O,B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
58
Rhesus Faktor ( Rh ) atau
Rhesus
Rhesus FaktorRh atau Rhesus (juga biasa
disebut Rhesus Faktor) pertama sekali
ditemukan pada tahun 1940 oleh
Landsteiner dan Weiner.
Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca
mulatta), salah satu spesies kera yang paling
banyak dijumpai di India dan Cina.
59
Pada sistem ABO, yang menentukan
golongan darah adalah antigen A dan B,
sedangkan pada Rh faktor, golongan darah
ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga
sebagai antigen D).
Jika hasil tes darah di laboratorium
seseorang dinyatakan tidak memiliki
antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan
Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan
antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia
memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).
60
Penting untuk Suami Istri Selain
hemolisis, ada kelainan genetik lain yang
juga mengintai ibu (serta bayi yang tengah
dikandung, bila kasus terjadi pada wanita
atau ibu hamil). Terutama jika ibu berdarah
rhesus negatif sedangkan suami berdarah
rhesus positif. Masalah ini biasanya terjadi
pada perkawinan antar bangsa.
61
Secara genetik, rhesus positif dominan terhadap rhesus
negatif. Anak dari pasangan beda rhesus punya
kemungkinan 50-100% berrhesus positif. Kemungkinan
berrhesus negatif hanya 0-50%. Artinya rhesus si anak
lebih mungkin berbeda dengan si ibu.
Jika tidak cepat ditangani, perbedaan rhesus antara calon
bayi dengan ibu ini akan menimbulkan masalah. Lewat
plasenta, rhesus darah janin akan masuk ke peredaran
darah si ibu. Selanjutnya ini akan menyebabkan tubuh si
ibu memproduksi antirhesus. Lewat plasenta juga,
antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam
peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah merah si
calon bayi akan dihancurkan.
62
Pada kehamilan pertama, anti rhesus
mungkin hanya akan menyebabkan si bayi
lahir kuning (karena proses pemecahan sel
darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit)
Tapi pada kehamilan kedua, problemnya
bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar anti
rhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya
rusaknya terhadap sel darah merah bayi
juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
63
GOLONGAN DARAH ABO
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari
suatu individu, karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah.
Jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya
GOLONGAN DARAH ABO:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah
merah dengan antigen A di permukaan membran
selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen
B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel
darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel
darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B.
GOLONGAN DARAH RHESUS
Sistem golongan darah ini ditemukan oleh Levine dan Stetson
pada tahun 1939
Pada seorang perempuan hamil yang memerlukan
transfusi darah. Ibu tersebut mengalami kecelakaan
transfusi, meskipun darah yang ditransfusikan
berasal dari golongan ABO yang sama.
Serum ibu itu mengaglutinasikan sdm anaknya,
suaminya yang kebetulan menjadi donor, serta 85%
dari sdm yang diambil dari populasi secara acak.
Tahun 1940, Moreau menemukan hal yang sama pada
seseorang yang telah menjalani transfusi berkali- kali
dengan golongan darah ABO yang sama.
Pada tahun yang sama, Lansteiner dan Weiner
menyuntikkan sdm yang berasal dari kera jenis
Macacus rhesus pada kelinci, dan kemudian
mengambil serumnya.
Ternyata serum kelinci selain mengaglutinasikan sdm
kera, juga mengaglutinasikan 85% sdm manusia yang
diambil secara acak. Serum tersebut dinamai serum anti
rhesus (anti-Rh), sedangkan antigen pada sdm kera dan
85% sdm manusia tadi disebut antigen-Rh.
Levine dan Weiner menjelaskan bahwa
berbeda dengan anti B (aglutinin-) pada
golongan darah A dan atau anti A
(aglutinin-) pada golongan darah B yang
selalu ada pada setiap orang, anti-Rh pada
seseorang dengan sdm rhesus (-) hanya
terjadi setelah kontak, yaitu melalui
transfusi darah yang ada antigen-Rh, atau
bila seorang ibu mengandung bayi dengan
Rh(+).
Selain hemolisis, ada kelainan genetik lain
yang juga mengintai ibu (serta bayi yang
tengah dikandung, bila kasus terjadi pada
wanita atau ibu hamil). Terutama jika ibu
berdarah rhesus negatif sedangkan suami
berdarah rhesus positif.
Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan
antar bangsa.
69
Jika tidak cepat ditangani, perbedaan rhesus
antara calon bayi dengan ibu ini akan
menimbulkan masalah. Lewat plasenta,
rhesus darah janin akan masuk ke peredaran
darah si ibu. Selanjutnya ini akan
menyebabkan tubuh si ibu memproduksi
anti rhesus. Lewat plasenta juga, antirhesus
ini akan melakukan serangan balik ke dalam
peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah
merah si calon bayi akan dihancurkan.
70
Pada kehamilan pertama, anti rhesus
mungkin hanya akan menyebabkan si bayi
lahir kuning (karena proses pemecahan sel
darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit).
71
Tapi pada kehamilan kedua, problemnya
bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar
antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga
daya rusaknya terhadap sel darah merah
bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
72
Tehnik pemeriksaan gol dar ABO dan
Rhesus system
Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Memisahkan serum/plasma dari darah
2. Pencucian sel darah
3. Membuat suspensi sel
4. Membuat Comb Control Cel
5. Pemeriksaan gol dar ABO
6. Pemeriksaan gol dar Rhesus
Penemuan golongan darah dilandasi oleh 2 macam
factor yang ditemukan oleh Landsteiner
Faktor yang ditemukan pada permukaan luar sel darah
merah manusia, factor ini disebut antigen. Yakni
merupakan factor yang menentukan golongan darah
manusia.
Factor zat anti atau antibody yang terdapat dalam plasma/
serum darah. Factor ini merupakan zat yang dapat
menghancurkan antigen, bilamana dicampurkan dengan
antigen yang merupakan lawannya.
Pemisahan Plasma/Serum dari sel darah
75
Pencucian Sel Darah
82
Menentukan gol dar ABO
1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah
2. Cuci sel darah dengan NaCl 3X
3. Buat suspensi sel 10 %
4. A. Sel grouping
- .Ttskan masing-masing 1 tts Anti A,B dan AB
-. +kan masing-masing 1tts suspensi 10% yg
diperiksa pd anti A,B dan AB
B.Serum grouping
• Ttskan masing-masing 1 tts serum/plasma yg akan
diperiksa pd 4 tempat pd glass tile
• Pada masing-masing tetesan serum tsb berturut-turut
teteskan 1 tts sel uji O,A,B 10% dan darah yang akan
diperiksa
6. Aduk masing-masing campuran
7. Sambil menggoyang-goyang glas tile perhatikan
reaksi yang terjadi
Prinsip Pemeriksaan
85
Pembacaan Reaksi
4 + Semua sel darah bereaksi dengan menggumpal
menjadi satu dan cairannya jernih
3 + Semua sel darah menggumpal tetapi tidak
menyatu dan cairannya jernih
2+ Gumpalan agak kasar, tetapi tidak semua sel
darah beraglutinasi dan cairannya tidak jernih
+ Gumplan yang halus dan cairannya keruh
- Tidak tampak adanya gumpalan
87
Menentukan gol dar Rhesus
1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah
2. Cuci sel darah dgn NaCl 0,9% 3X
3. Buat suspensi sel 40 %
4. Ttskan 1 tts anti D pada glas tile dan 1 tts bovine
albumin 22% secara terpisah
5. +kan masing-masing 1tts suspensi sel 40 %
6. Aduk dan goyang-goyang glas tile sambil
perhatikan ada tidaknya aglutinasi
Pembacaan Reaksi
Anti-D Bovine Albumin 22%
+ - antigen D (+)
= rhesus (Rh) positif
- - antigen D (-)
= rhesus (Rh) negatif
Croosmatching phase: I
1. Diambil tiga buah tabung reaksi, dimasukkan kedalam
tabung masing masing :
Tabung I (mayor) : 2 tts RS + 1 tts DC
Tabung II (minor) : 2 tts DC + 1 tts RS
Tabung III (auto control) : 2 tetes RS + 1 tetes RC2.
2. Dikocok hingga homogen, diputar 3000 rpm 15 detik
3. Dibaca reaksi terhadap hemolisis atau adanya aglutinasi
secara makroskopis
Catatan : sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan1000rpm
selama 1 menit
90
Pembacaan hasil :
97
Hasil pengamatan
Hasil (+) = menggumpal atau terjadi reaksi
aglutinasiHasil (-) = Tidak menggumpal atau tidak
terjadi reaksi aglutinasi1.
Croosmatching phase1:
tidak terjadi aglutinasi (-) negatif
2.Croosmatching phase 2: tidak terjadi aglutinasi
(-) negatif
3. Croosmatching phase 3 : tidak terjadi aglutinasi
(-) negatif
98
99
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Sampel darah harus diberi pengenal yang
jelas dengan nama lengkap pasien, nomor
registrasi rumah sakit serta nama bangsal,
kemudian dikirim secepatnya
kelaboratorium bersamaan dengan formulir
permintaan darah lengkap.
100
Formulir Permintaan Darah
Sebaiknya disertai keterangan tentang
pasien, dan harus ditandatangani oleh
dokter yang merawat pasien.
formulir permintaan darah harus berisikan
informasi sebagai berikut :
101
1. Tanggal permintaan
2. Nama lengkap resipien
3. Tanggal lahir atau usia
4. Jenis kelamin
5. Nomor registrasi rumah sakit
6. Ruang rawat/bangsal
7. Alamat resipien
8. Diagnosis resipien
9. Golongan darah bila sudah diketahui
10. Keberadaan setiap antibody, bila sudah
diketahui
102
11. Riwayat transfusi sebelumnya
12. Riwayat reaksi transfusi sebelumnya, bila ada
13. Jumlah dan jenis darah atau produk darah yang
dibutuhkan
14. Tanggal dan waktu darah dibutuhkan
15. Tanda tangan dokter yang meminta darah.
103
Contoh darah
Petugas yang mengambil contoh darah harus
mengidentifikasi resipien dengan membandingkan
informasi yang ada didalam formulir permintaan
darah dengan informasi pada tanda pengenal
resipien yang ada dirumah sakit tersebut
Masalah dapat timbul bila ada ketidak jelasan
identitas pada saat pengambilan darah dan transfusi,
sehingga perlu diambil lagi contoh darah baru untuk
mengabsahkan identitas.
104
Usia Contoh Darah
Uji silang serasi harus dilakukan dengan
contoh darah yang diambil dalam waktu <3
hari untuk menghindari inaktivasi
komplemen dan kesalahan pendataan.
ˮKonfirmasi Identitas Contoh darah di Bank
Darah.ˮ
105
Penyimpanan contoh darah
Contoh darah resipien dan donor harus
ditutup dan disimpan dengan baik pada
suhu 2-6 0C minimal 7 hari setelah transfusi
untuk pemeriksaan ulang bila ada laporan
terjadinya reaksi transfusi.
106
Muhammadrizkirahma@gmail.com
jelitashu@yahoo.com
107