Anda di halaman 1dari 107

Immunohematologi

Jurusan analis
Kesehatan
MEDAN
2019
1
Transfusi Darah
 Suatu tindakan pemindahan darah dari
seorang donor kepada seorang resipien.
 Transfusi darah adalah suatu bentuk
transplantasi jaringan atau organ
dari seorang atau beberapa orang donor
kepada resipien, tetapi disini organ
yang ditransplantasikan adalah darah.

7
 Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Hemolisis adalah penguraian sel darah
merah dimana hemoglobin akan terpisah
dari eritrosit.

8
Ketentuan Umum:

 Indikasi
 Efisiensi
 Identifikasi
 Cara pemberian
 Pengamanan lingkungan

9
Indikasi:

 Transfusi darah pada hakekatnya


merupakan tindakan transplantasi,
selain dapat menjadi penyelamat jiwa
dapat pula membawa bahaya.
 Hendaknya transfusi dilakukan dengan
indikasi yang jelas dan tepat.
 Usahakan untuk mengurangi transfusi
darah yang sebenarnya tidak perlu.
 Bila ada cara lain transfusi hendaknya
dihindari.

10
Fungsi darah:

 Mengangkut oksigen dari paru-paru


keseluruh jaringan/organ tubuh.
 Mengangkut CO2 dari jaringan ke paru-
paru.
 Mengandung faktor-faktor pembeku.
 Mengandung zat-zat anti dan makrofag.
 Mengandung protein.
 Mengandung vitamin-vitamin dan zat-zat
lain yang penting
 Mempunyai fungsi-fungsi lain yang
banyak sekali.
11
Indikasi transfusi:

 1. Anemia o.k penyakit.


 2. Pada keadaan akut.
 Perdarahan : kekurangan oksigen

 Lemas

 Nyeri dada

 Sesak nafas

 TD rendah

 3. Pada keadaan kronis:


 Kekurangan darah sampai 25%

 Hb < 7 g/dl.

12
Efisiensi:

 Darah hendaknya digunakan secara


rasional dan efisien, yaitu dengan
memberikan hanya komponen darah/derivat
plasma yang dibutuhkan oleh penderita
saja dan tidak memberikan komponen
darah lainnya yang tidak dibutuhkan.
 Pilih produk yang risikonya paling
minimal.
 Darah berasal dari manusia yang sangat
terbatas, biayanya besar.

13
Tujuan transfusi darah:

 1.meningkatkan oksigenasi jaringan.


 2.memperbaiki hemostasis.
 3.mengkoresi hipovolemia.
 4.pada kasus-kasus tertentu terutama
untuk meningkatkan fungsi lekosit.

14
Identifikasi:

 Sebelum pemberian darah, identifikasi penderita


spt:
 Nama

 Jenis kelamin

 Umur

 Nomor ruangan/kamar

 Diagnosa

 Golongan darah

 Nomor kantong darah

 hendaknya dicocokkan terlebih dahulu dengan


data pada formulir pengiriman darah dari UTD.

15
Cara pemberian:
 Saringan darah
 Masa transfusi: 1 kantong tidak
lebih dari 4 jam.
 Pengenceran sel darah merah pekat:
bila terlampau kental, dapat
diencerkan hanya dengan NaCl 0.9%.
 Penambahan obat-obatan: tidak
boleh ditambahkan obat-obatan
kedalam kantong darah.
 Pemanasan darah.
16
Pemanasan darah :
 Gunakan pemanas darah yang dilengkapi ala
monitor suhu.
 Tidak boleh memanaskan darah lebih dari
37° C.
 Pemanasan darah:
 Pada orang dewasa bila transfusi darah
melebihi 50 ml/kgBB/jam.
 Pada anak-anak yang menerima darah lebih
dari
15 ml/kgBB/jam.
 Pada penderita dengan aglutinin tipe
dingin
 Transfusi cepat melalui CVP.
17
Pengamanan lingkungan:
 Pemusnahan kantong darah
bekas dan slang transfusi
bekas di RS hendaknya
diusahakan agar tidak
mengganggu kesehatan
lingkungan.

18
Sediaan Darah:
 1.Darah lengkap :
 Whole Blood.
 Fresh Whole Blood.
 2.Eritrosit :
 Packed Red Cells.
 Washed Red Cells.
 3.Trombosit.
 4.Darah kaya lekosit.
 5.Plasma Darah:
 Plasma Cair
 Plasma kering.
 Fresh Fozen Plasma.
 Kriopresipitat.

19
Darah Lengkap Segar:

 Eritrosit Pekat :
 PRC.

 WRC.

 Plasma Kaya Trombosit:


 Trombosit Pekat.

 Plasma Segar Beku  - 60° :

 Kriopresipitat.

 Komponen lain.

20
Darah Lengkap:
 Memperbaiki kemampuan
transportasi Oksigen.
 Memperbaiki jumlah darah yang
beredar.
 Terdiri dari :
1. Darah Segar.
2. Darah Simpan.
3. Darah Baru.

21
Indikasi pemberian Darah Lengkap:
 1. Kehilangan darah akut:
 Trauma atau

 Operasi yang banyak mengeluarkan


darah.

 2. Transfusi pengganti:
 Pada bedah jantung terbuka.

22
Indikasi Packed Red Cells:

 1. Anemia dengan Hb < 5 g%.


 2. Anemia yang disebabkan oleh:
 Sstl aplastik
 Mendapat sitostatika
 Proses keganasan
 GGK
 Anemia hemolitik akut.
 3. Indikasi lain:
 Gagal jantung.

23
Washed Red Cells (PRC Cuci):

1. AIHA : Coombs’ test (+).


2. PNH.
3. Transfusi Tukar.
4. Transfusi pada Cangkok Ginjal.
5. Transfusi sebelumnya mengalami
hemolisis atau Hb tidak tercapai
sesuai dengan target.

24
Konsentrat trombosit:

 1. Random-donor platelet:
 Dikumpulkan dari beberapa orang ,setiap
kantong mengandung 5,5x1010 dalam 50-70 ml.
 Dapat disimpan 5 hari dlm temp. 20-24°C.
 2. Single-donor platelet:
 Dikumpulkan dari satu orang donor saja,
mengandung 3x1011 dalam 200-500 ml.
 Setara dengan 6-8 unit random-donor.

25
Indikasi pemberian trombosit:

 1. Perdarahan yang disebabkan


trombositopenia.
 2. Perdarahan yang disebabkan oleh
gangguan fungsi trombosit.

26
Komponen Plasma :
 1. Plasma segar beku
 2. Krioprisipitat
 3. Albumin
 4. Gamma globulin
 5. Fibrinogen
 6. PPSB.

27
Plasma beku segar:

 Untuk menghentikan perdarahan yang


disebabkan oleh kekurangan faktor-
faktor pembekuan atau kekurangan
albumin.
 1. Hemofilia A dan B.
 2. Luka bakar.
 3. Shock.
 4. Oedema anasarca.

28
Kriopresipitat:

 Hanya mengandung Faktor VIII.


 Digunakan untuk Hemofilia A.

29
Albumin:

 Kekurangan albumin:
 Sindroma nefrotik.
 Malnutrisi.

30
Gamma globulin:

 Meningkatkan daya tahan tubuh.


 ITP.

31
Fibrinogen:

 Untuk pembekuan darah yang kekurangan


fibrinogen (faktor I).

32
Penyulit transfusi darah:

 A. Faktor darah:
 1. Ketidak sesuaian golongan darah
ABO atau Rh  hemolitik:
 Menggigil dan demam

 Sakit pinggang, dada dan perut

 Ikterus, hemoglobulinemia,
hemoglobuliuria
 Bisa shock

 Oliguria

 DIC

33
Reaksi hemolitik:

 Darah donor dengan pasien tidak cocok.


 Kontaminasi kuman.

34
Tindakan pd reaksi hemolitik:

 Hentikan transfusi
 Kortikosteroid
 Manitol
 Dll.

35
Penyulit transfusi:

 2. Darah hemolisa:
 Darah simpan ( 4° C ) kemudian dipanaskan
terlalu kuat sebelum ditransfusikan akan
mengalami hemolisa.
 Darah simpan yang disimpan lebih dari 21
hari sudah banyak mengalami hemolisa.

36
Penyulit transfusi:
 3. Reaksi pirogen :
 Sering terjadi pada orang-orang

dengan riwayat alergy maupun


asma bronkiale.

37
Tindakan pd reaksi pirogen:

 Hentikan transfusi
 Antipiretik
 Kortikosteroid

38
Penyulit transfusi:

4. Pemindahan penyakit:
 Malaria
 Sifilis
 Hepatitis
 Virus lain
 AIDS
 Mononukleosus infeksiosa

39
Penyulit transfusi:

 5. Transfusi berlebih (over


transfusion):
 Disebabkan oleh transfusi terlalu cepat
 Transfusi darah masif (>20 unit/24 jam).

40
Tindakan pd over transfusion:

 Hentikan transfusi
 Lasix iv.
 Cedilanid iv.
 Morfin.
 Oksigen
 Tornike
 Flebotomi

41
Penyulit transfusi:

 6. Emboli udara:
 Transfusi terlalu cepat dan
dengan tekanan.
 Tidak boleh memasukkan udara

kedalam manapun.
 Tanda: sesak nafas hebat,

sianosis, TD turun, nadi


cepat, sinkope.
42
Tindakan pd emboli:

 Slang di klem
 Penderita miringkan
kekiri
 Kepala rendahkan
 Tungkai tinggikan
 Oksigen.

43
Penyulit transfusi:

 7. Tromboflebitis.
 8. Suhu darah yang tidak sesuai.
 9. Mikroemboli.
 10. Hemosiderosis.
 11. Perdarahan :
 Transfusi masif ok pengenceran faktor-

faktor pembeku.
 12. Reaksi demam:
 Sering terjadi pada pasien yang telah

mendapat transfusi sebelumnya.

44
Faktor Resipien:

 1. Reaksi alergi:
 Urtikaria besar

 Eritema

 Edema sekeliling mata

 Kadang-kadang TD turun

45
Tindakan pd reaksi alergis:

 Transfusi dilambatkan
 Bila perlu transfusi hentikan
 Beri :
 Adrenalin

 Antihistamin

 Kortikosteroid.

46
Faktor resipien:

 2. Transfusi pada penderita otoimun


anemia (AIHA):
 Sangat berbahaya.

 Berikan Washed Red Cell.

47
Tehnik transfusi:

 1. Persiapan set infus.


 2. Pemasangan set infus.
 3. Persiapan kantong darah.
 4. Pemasangan kantong darah.
 5. Kecepatan transfusi.

48
49
Golongan darah
 Golongan darah adalah hasil dari
pengelompokan darah berdasarkan ada atau
tidaknya substansi antigen pada permukaan
sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut
dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid

50
Kepentingan Golongan Darah
 untuk transfusi darah. Landsteiner menemukan
pada tahun 1901, bahwa darah manusia yang
ditransfusikan ke manusia lain dapat inkompatibel,
dan menimbulkan aglutinasi (si penerima darah
terlihat syok dan ikterik / kuning). Transfusi
dengan darah yang inkompatibel antara donor dan
resipien (penerima) dapat berakibat fatal.
 untuk kepentingan forensik dan penentuan ayah
sebagai metode penentuan paling sederhana
(walaupun metode ini sekarang sudah tergeser
perannya dengan tes DNA di negara-negara maju).
51
Golongan darah

 Diketahui kira-kira ada 15 sistem


golongan darah eritrosit seperti:
 ABO - Keel
 MNSs - Lewis
 P - Duffy
 Diego - Xg
 Yt - Ii
 Rh - Dombrock
 Lutheran - Colton
 Kidd

52
Golongan darah ABO

 Terdiri dari 4 golongan :


 AB : mengandung kedua antigen A dan B.
 A : mengandung antigen A.
 B : mengandung antigen B.
 O : tidak mempunyai kedua antigen A
maupun B.

53
Sistem golongan darah ABO

Golongan Mempunyai Mempunyai % di


darah antigen antibodi Indonesia

AB AB Tidak ada 6,6

A A Anti-B 25,48

B B Anti-A 26,68

O O Anti-A dan 40,77


Anti-B

54
Dalam sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4
golongan:

Golongan Sel Darah Merah Plasma

A Antigen A Antibodi A
B Antigen B Antibodi B

AB Antigen A & B Tidak ada antibodi

O Tidak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B


55
56
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau
ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.

Tabel distribusi golongan darah


Populasi O A B AB

Suku pribumi Amerika Selatan 100% - - -

Orang Vietnam 45.0% 21.4% 29.1% 4.5%

Suku Aborigin di Australia 44.4% 55.6% - -

Orang Jerman 42.8% 41.9% 11.0% 4.2%

Suku Bengalis 22.0% 24.0% 38.2% 15.7%

Suku Saami 18.2% 54.6% 4.8% 12.4%


57
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak

Ibu/Ayah O A B AB

O O O, A O, B A, B

A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB

B O, B O,A,B,AB O,B A, B, AB

AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

58
Rhesus Faktor ( Rh ) atau
Rhesus
 Rhesus FaktorRh atau Rhesus (juga biasa
disebut Rhesus Faktor) pertama sekali
ditemukan pada tahun 1940 oleh
Landsteiner dan Weiner.
 Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca
mulatta), salah satu spesies kera yang paling
banyak dijumpai di India dan Cina.
59
 Pada sistem ABO, yang menentukan
golongan darah adalah antigen A dan B,
sedangkan pada Rh faktor, golongan darah
ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga
sebagai antigen D).
 Jika hasil tes darah di laboratorium
seseorang dinyatakan tidak memiliki
antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan
Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan
antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia
memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).

60
 Penting untuk Suami Istri Selain
hemolisis, ada kelainan genetik lain yang
juga mengintai ibu (serta bayi yang tengah
dikandung, bila kasus terjadi pada wanita
atau ibu hamil). Terutama jika ibu berdarah
rhesus negatif sedangkan suami berdarah
rhesus positif. Masalah ini biasanya terjadi
pada perkawinan antar bangsa.
61
 Secara genetik, rhesus positif dominan terhadap rhesus
negatif. Anak dari pasangan beda rhesus punya
kemungkinan 50-100% berrhesus positif. Kemungkinan
berrhesus negatif hanya 0-50%. Artinya rhesus si anak
lebih mungkin berbeda dengan si ibu.
 Jika tidak cepat ditangani, perbedaan rhesus antara calon
bayi dengan ibu ini akan menimbulkan masalah. Lewat
plasenta, rhesus darah janin akan masuk ke peredaran
darah si ibu. Selanjutnya ini akan menyebabkan tubuh si
ibu memproduksi antirhesus. Lewat plasenta juga,
antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam
peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah merah si
calon bayi akan dihancurkan.
62
 Pada kehamilan pertama, anti rhesus
mungkin hanya akan menyebabkan si bayi
lahir kuning (karena proses pemecahan sel
darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit)
 Tapi pada kehamilan kedua, problemnya
bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar anti
rhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya
rusaknya terhadap sel darah merah bayi
juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
63
GOLONGAN DARAH ABO
 Golongan darah adalah ciri khusus darah dari
suatu individu, karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah.
 Jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh).
 Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya
GOLONGAN DARAH ABO:
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah
merah dengan antigen A di permukaan membran
selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen
B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya.
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel
darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel
darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B.
GOLONGAN DARAH RHESUS
 Sistem golongan darah ini ditemukan oleh Levine dan Stetson
pada tahun 1939
 Pada seorang perempuan hamil yang memerlukan
transfusi darah. Ibu tersebut mengalami kecelakaan
transfusi, meskipun darah yang ditransfusikan
berasal dari golongan ABO yang sama.
 Serum ibu itu mengaglutinasikan sdm anaknya,
suaminya yang kebetulan menjadi donor, serta 85%
dari sdm yang diambil dari populasi secara acak.
 Tahun 1940, Moreau menemukan hal yang sama pada
seseorang yang telah menjalani transfusi berkali- kali
dengan golongan darah ABO yang sama.
 Pada tahun yang sama, Lansteiner dan Weiner
menyuntikkan sdm yang berasal dari kera jenis
Macacus rhesus pada kelinci, dan kemudian
mengambil serumnya.
 Ternyata serum kelinci selain mengaglutinasikan sdm
kera, juga mengaglutinasikan 85% sdm manusia yang
diambil secara acak. Serum tersebut dinamai serum anti
rhesus (anti-Rh), sedangkan antigen pada sdm kera dan
85% sdm manusia tadi disebut antigen-Rh.

 Levine dan Weiner menjelaskan bahwa
berbeda dengan anti B (aglutinin-) pada
golongan darah A dan atau anti A
(aglutinin-) pada golongan darah B yang
selalu ada pada setiap orang, anti-Rh pada
seseorang dengan sdm rhesus (-) hanya
terjadi setelah kontak, yaitu melalui
transfusi darah yang ada antigen-Rh, atau
bila seorang ibu mengandung bayi dengan
Rh(+).
 Selain hemolisis, ada kelainan genetik lain
yang juga mengintai ibu (serta bayi yang
tengah dikandung, bila kasus terjadi pada
wanita atau ibu hamil). Terutama jika ibu
berdarah rhesus negatif sedangkan suami
berdarah rhesus positif.
 Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan
antar bangsa.

69
 Jika tidak cepat ditangani, perbedaan rhesus
antara calon bayi dengan ibu ini akan
menimbulkan masalah. Lewat plasenta,
rhesus darah janin akan masuk ke peredaran
darah si ibu. Selanjutnya ini akan
menyebabkan tubuh si ibu memproduksi
anti rhesus. Lewat plasenta juga, antirhesus
ini akan melakukan serangan balik ke dalam
peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah
merah si calon bayi akan dihancurkan.

70
 Pada kehamilan pertama, anti rhesus
mungkin hanya akan menyebabkan si bayi
lahir kuning (karena proses pemecahan sel
darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit).

71
 Tapi pada kehamilan kedua, problemnya
bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar
antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga
daya rusaknya terhadap sel darah merah
bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
72
Tehnik pemeriksaan gol dar ABO dan
Rhesus system
 Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Memisahkan serum/plasma dari darah
2. Pencucian sel darah
3. Membuat suspensi sel
4. Membuat Comb Control Cel
5. Pemeriksaan gol dar ABO
6. Pemeriksaan gol dar Rhesus
Penemuan golongan darah dilandasi oleh 2 macam
factor yang ditemukan oleh Landsteiner
 Faktor yang ditemukan pada permukaan luar sel darah
merah manusia, factor ini disebut antigen. Yakni
merupakan factor yang menentukan golongan darah
manusia.
 Factor zat anti atau antibody yang terdapat dalam plasma/
serum darah. Factor ini merupakan zat yang dapat
menghancurkan antigen, bilamana dicampurkan dengan
antigen yang merupakan lawannya.
Pemisahan Plasma/Serum dari sel darah

 Dimasukkan darah kedalam tabung yang telah


diberi tanda sesuai dengan sampel
 diputar/disentrifugasi dengan kecepatan 3000rpm
selama 3 menit
 Pisahkan serum/plasma yang jernih dari sel darah
merah dgn pipet pasteurkedalam tabung lain yg
sudah diberi tanda sesuai dengan sampel

75
Pencucian Sel Darah

 Maksud dari pencucian sel darah adalah:


Menyingkirkan protein plasma yg mungkin akan
mengganggu dalam suatu reaksi
Menyingkirkan sel-sel yg sudah sangat rapuh yang
mungkin akan hemolisis
Menyingkirkan substance yg dapat menetralkan anti
serum
Pencucian Sel
 Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi sel darah merah
pekat (sel darah merah hasil sentrifugasi yang telah
dipisahkan plasma/serumnya)
 Ditambahkan NaCl 0,9% (saline) sebanyak ± 4ml – 4,5 ml
(Sampai ¾ tabung)
 Dikocok-kocok dengan pipet pasteur hingga tercampur rata
 Diputar tabung dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 – 2'
 Dengan menggunakan pipet pasteur buang supernatan, hingga
sel darah merah menjadi pekat (100%)
 Pencucian dilakukan sebanyak 3 kali
77
Membuat Suspensi Darah
% suspensi Vol sel Pekat Vol Saline NaCl
0,9 %
5% 5/1 95/19

10% 10/1 90/9

25% 25/1 75/3

40% 40/2 60/3


Mencuci Sel untuk dijadikan Test Cells
 Sel-sel A,B dan O atau sel panel yang
diketahui harus dicuci lebih dahulu dengan NaCl 0,9
% sebanyak 3 kali. Sebelum dijadikan test cells yang
dipergunakan dalam pemeriksaan antibody (misalnya
: Serum Groouping dalam pemeriksaan golongan
darah ABO, skrining dan identifikasi antibody).
 Sel- selnya diperoleh dari darah dalam anticoagulan
ACD atau CPD.

Mencuci Sel untuk dijadikan Test Cells
 Sel-sel A,B dan O atau sel panel yang
diketahui harus dicuci lebih dahulu dengan NaCl 0,9
% sebanyak 3 kali. Sebelum dijadikan test cells yang
dipergunakan dalam pemeriksaan antibody (misalnya
: Serum Groouping dalam pemeriksaan golongan
darah ABO, skrining dan identifikasi antibody).
 Sel- selnya diperoleh dari darah dalam anticoagulan
ACD atau CPD.

 Untuk Test cells A : Kita peroleh dari beberapa
(3-5)gol darah A yang kita pool.
 Untuk Test cells B : Cukup kita pilih dari satu
gol B.
 Untuk Test cells O : Kita peroleh dari beberapa
(3-5)gol darah O yang kita pool.
 Setelah dicuci kita buat suspensi selaku test cells
dengan persentase kesepakatan menurut kebutuhan.
Setelah disuspensi kita cek ulang dengan golongan
darahnya dengan anti A, B, AB.
Hasil pengamatan

 Pemisahan plasma menghasilkan plasma jernih


dan sel darah merah pekat
 Pencucian sel darah merah pekat didapatkan sel
darah merah pekat berwarna merah yang telah
bebas protein untuk kemudian diencerkan
menjadi beberapa suspensi

82
Menentukan gol dar ABO
1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah
2. Cuci sel darah dengan NaCl 3X
3. Buat suspensi sel 10 %
4. A. Sel grouping
- .Ttskan masing-masing 1 tts Anti A,B dan AB
-. +kan masing-masing 1tts suspensi 10% yg
diperiksa pd anti A,B dan AB
B.Serum grouping
• Ttskan masing-masing 1 tts serum/plasma yg akan
diperiksa pd 4 tempat pd glass tile
• Pada masing-masing tetesan serum tsb berturut-turut
teteskan 1 tts sel uji O,A,B 10% dan darah yang akan
diperiksa
6. Aduk masing-masing campuran
7. Sambil menggoyang-goyang glas tile perhatikan
reaksi yang terjadi
Prinsip Pemeriksaan

 Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah


reaksi antara antigen dengan antibodi.
 Reaksi Antigen dengan Antibodi yang sesuai
akan menghasilkan aglutinasi.
 MisalnyaAntigen A + Antibodi A akan
menghasilkan aglutinasi atau Aglutinasi (+).
Antigen A +Antibodi B tidak akan
menghasilkan aglutinasi atau Aglutinasi (-)

85
Pembacaan Reaksi
4 +  Semua sel darah bereaksi dengan menggumpal
menjadi satu dan cairannya jernih
3 +  Semua sel darah menggumpal tetapi tidak
menyatu dan cairannya jernih
2+  Gumpalan agak kasar, tetapi tidak semua sel
darah beraglutinasi dan cairannya tidak jernih
+  Gumplan yang halus dan cairannya keruh
-  Tidak tampak adanya gumpalan
87
Menentukan gol dar Rhesus
1. Pisahkan serum/plasma dari sel darah
2. Cuci sel darah dgn NaCl 0,9% 3X
3. Buat suspensi sel 40 %
4. Ttskan 1 tts anti D pada glas tile dan 1 tts bovine
albumin 22% secara terpisah
5. +kan masing-masing 1tts suspensi sel 40 %
6. Aduk dan goyang-goyang glas tile sambil
perhatikan ada tidaknya aglutinasi
 Pembacaan Reaksi
 Anti-D Bovine Albumin 22%
 + - antigen D (+)
= rhesus (Rh) positif
 - - antigen D (-)
 = rhesus (Rh) negatif
Croosmatching phase: I
1. Diambil tiga buah tabung reaksi, dimasukkan kedalam
tabung masing masing :
Tabung I (mayor) : 2 tts RS + 1 tts DC
Tabung II (minor) : 2 tts DC + 1 tts RS
Tabung III (auto control) : 2 tetes RS + 1 tetes RC2.
2. Dikocok hingga homogen, diputar 3000 rpm 15 detik
3. Dibaca reaksi terhadap hemolisis atau adanya aglutinasi
secara makroskopis
Catatan : sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan1000rpm
selama 1 menit
90
Pembacaan hasil :

 Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi →


lanjutkan ke fase 2
 Terjadi hemolisis dan aglutinasi → tidak
cocok/inkompatibel
 Pada mayor : lanjutkan cross match,
pemeriksaan skrining dan identifikasi
antibodi Pada minor : lanjutkan
pemeriksaan golongan darah ABO & rhesus
dan crossmatch 91
Croosmatching phase: II
1.Ke dalam masing- masing tabung
ditambahkan 2 tts BA 22% dan dikocok
2. Diinkubasi 37°C selama 15 menit
3.Diputar 3000 rpm selama selama 15 detik
4. Dibaca makroskopis (hemolisis atau
aglutinasi)
Catatan : sentrifugasi dilakukan dengan
kecepatan 1000rpm selama 1 menit
92
Pembacaan hasil
 Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi → lanjutkan ke
fase 3
 Terjadi hemolisis dan aglutinasi → tidak
cocok/inkompatibel
 Pada mayor : lanjutkan pem. Goldar ABO & Rh,
pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi Pada
minor : lanjutkan pemeriksaan golongan darah ABO
& rhesus, DCT dan eluate
93
Croosmatching phase III
1.Eritrosit dalam masing- masing tabung dicuci 3
kali saline
2.Sedimen erotrosit ditambah 2 tetes coombs serum
3. Dikocok, diputar 3000 rpm selama 15 detik
4. Dibaca hasil reaksi makroskopis dan mikroskopis
aglutinasinya positif(+) / negatif(-)
Catatan : sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan
1000rpm selama 1 menit
94
Pembacaan hasil :
 Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi →
cocok / kompatibel, darah dapat diberikan
kepada pasien
 Terjadi hemolisis dan aglutinasi → tidak
cocok/inkompatibel, darah tidak boleh
diberikan
 Pada mayor : lanjutkan pemeriksaan
skrining dan identifikasi antibodi
 Pada minor : lanjutkan DCT dan eluate 95
Uji Validitas Reaksi Silang CCC
1.Ke dalam tabung M dan m yang pada reaksi silang
fase III memberi hasil (-),ditambahkan 1 tts CCC
2. Dikocok, dan diputar 3000 rpm selama 15 detik
3. Dibaca hasil reaksi makroskopis dan mikroskopis
Catatan : sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan
1000rpm selama 1 menit
Pembacaan hasil :
Bila hasil (+)/ada aglutinasi : VALID (benar)
Bila hasil (-)/tidak ada aglutinasi : INVALID perlu
diulang kembali 96
 INTERPRETASI HASIL
 Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1
sampai fase 3 tidak menunjukkan reaksiaglutinasi
dan atau hemolisis , hasil diinterpretasikan
kompatibel (cocok) darah dapat diberikan
 Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1
sampai fase 3 menunjukkan adanya reaksi
aglutinasi atau hemolisis , hasil diinterpretasikan
inkompatibel (tidak cocok) darah tidak dapat
diberikan

97
Hasil pengamatan
 Hasil (+) = menggumpal atau terjadi reaksi
aglutinasiHasil (-) = Tidak menggumpal atau tidak
terjadi reaksi aglutinasi1.
 Croosmatching phase1:
 tidak terjadi aglutinasi (-) negatif
 2.Croosmatching phase 2: tidak terjadi aglutinasi
(-) negatif
 3. Croosmatching phase 3 : tidak terjadi aglutinasi
(-) negatif
98
99
Hal-hal yang harus diperhatikan :
 Sampel darah harus diberi pengenal yang
jelas dengan nama lengkap pasien, nomor
registrasi rumah sakit serta nama bangsal,
kemudian dikirim secepatnya
kelaboratorium bersamaan dengan formulir
permintaan darah lengkap.

100
Formulir Permintaan Darah
 Sebaiknya disertai keterangan tentang
pasien, dan harus ditandatangani oleh
dokter yang merawat pasien.
 formulir permintaan darah harus berisikan
informasi sebagai berikut :

101
1. Tanggal permintaan
2. Nama lengkap resipien
3. Tanggal lahir atau usia
4. Jenis kelamin
5. Nomor registrasi rumah sakit
6. Ruang rawat/bangsal
7. Alamat resipien
8. Diagnosis resipien
9. Golongan darah bila sudah diketahui
10. Keberadaan setiap antibody, bila sudah
diketahui
102
11. Riwayat transfusi sebelumnya
12. Riwayat reaksi transfusi sebelumnya, bila ada
13. Jumlah dan jenis darah atau produk darah yang
dibutuhkan
14. Tanggal dan waktu darah dibutuhkan
15. Tanda tangan dokter yang meminta darah.

103
Contoh darah
 Petugas yang mengambil contoh darah harus
mengidentifikasi resipien dengan membandingkan
informasi yang ada didalam formulir permintaan
darah dengan informasi pada tanda pengenal
resipien yang ada dirumah sakit tersebut
 Masalah dapat timbul bila ada ketidak jelasan
identitas pada saat pengambilan darah dan transfusi,
sehingga perlu diambil lagi contoh darah baru untuk
mengabsahkan identitas.

104
Usia Contoh Darah
 Uji silang serasi harus dilakukan dengan
contoh darah yang diambil dalam waktu <3
hari untuk menghindari inaktivasi
komplemen dan kesalahan pendataan.
ˮKonfirmasi Identitas Contoh darah di Bank
Darah.ˮ

105
Penyimpanan contoh darah
 Contoh darah resipien dan donor harus
ditutup dan disimpan dengan baik pada
suhu 2-6 0C minimal 7 hari setelah transfusi
untuk pemeriksaan ulang bila ada laporan
terjadinya reaksi transfusi.

106
 Muhammadrizkirahma@gmail.com
 jelitashu@yahoo.com

107

Anda mungkin juga menyukai