Anda di halaman 1dari 31

STROKE

Kelompok 4
Andreas Paian
Diyya Awaliah
Hana Imarah
Harum Annisya
Sita Nurisya:
Etiologi Manifestasi
Definisi
Intrevensi
Ft
Anatomi & Fisiologi Patofisiologi
DEFINISI
Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi
onal otak yang terjadi secara mendadak atau secara cepat de
ngan tanda dan gejala klinis global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke o
tak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan
tanda sesuai bagian
otak yang terkena
ANATOMI & FISIOLOGI
ANATOMI OTAK

Otak terdiri dari


Berat otak empat bagian
manusia besar yaitu
sekitar 1400 serebrum (otak
gram dan besar),
tersusun oleh serebelum (otak
kurang lebih kecil),
100 triliun brainsterm
neuron. (batang otak),
dan diensefalon.
CEREBRUM

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.


1. Lobus Frontal berada di paling depan dari cerebrum. Merupakan area
motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan volunter.
2. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensorik
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus Temporal berada di bagian bawah, merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran
4. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, mengandung korteks
penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi
warna.
CEREBELLUM

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat


dengan ujung leher bagian atas.

Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi


dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan


pada sikap dan koordinasi gerak otot.
BRAINSTEM (Batang Otak)
1. Mesencephalon adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
2. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
3. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke
pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang
menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
DIENSEFALON

1. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi


subkortikal yang penting.
2. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi
lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang
ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat
pada satu sisi tubuh.
3. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar
seseorang.
4. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi.
PEMBULUH DARAH OTAK

Otak diperdarahi oleh dua


pasang arteri yaitu arteri karotis
interna dan arteri vertebralis.
Dalam rongga kranium, keempat
arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis,
yaitu sirkulus Willisi
ETIOLOGI
Stroke dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Stroke Hemoragik, yaitu perdarahan yang tidak terkontrol di
otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh s
el otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis p
erdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya pembul
uh darah otak, baik intrakranial maupun subarakhnoid.
b) Stroke nonhemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang dise
babkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga di
stribusi oksigen dan nutrien ke area yang mendapat suplai te
rganggu.
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian:

Thrombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

Embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)

Iskemia
(penurunan aliran darah ke area otak)

Hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke
dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak)
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non haemoragik dibagi menjadi 4, yaitu:
1. TIA (Transient Ischemik Attack) merupakan serangan stroke sementara yang berlangsung
kurang dari 24 jam
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) merupakan gejala neurologis yang akan m
enghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari
3. Progressing Stroke atau Stroke In Evolution merupakan kelainan atau defisit neurologis y
ang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat
4. Complete Stroke atau stroke komplit merupakan kelainan neurologis yang sudah menetap
dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2006).
PATOFISIOLOGI
STROKE
PATOFISIOLOGI

 Aterosklerosis diduga sebagai penyebab primer penyakit


stroke. Aterosklerosis merupakan bentuk pengerasan
pembuluh darah arteri.
 Proses aterosklerosis ditandai dengan penimbunan
lemak yang terjadi secara lambat pada dinding-dinding
arteri yang disebut plak, sehingga dapat menghalangi
aliran darah ke jaringan. Bila sel-sel otot arteri tertimbun
lemak maka elastisitasnya akan menghilang dan tidak
dapat mengatur tekanan darah.
PATOFISIOLOGI
 Proses aterosklerosis ini dapat terjadi di semua pembuluh darah
organ tubuh, baik pembuluh darah ke jantung, ginjal, maupun
otak. Oleh karena itu, aterosklerosis dapat mengakibatkan
serangan jantung, hipertensi, dan stroke. Serangan stroke ini
dapat terjadi apabila proses penyempitan atau aterosklerosis ini
terjadi pada pembuluh darah menuju ke otak.
 Arteri yang lebih mudah terkena kerusakan akibat proses
aterosklerosis adalah aorta, arteri koronaria, dan arteri-arteri yang
mensuplai otak dan ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa betapa
mudahnya aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mensuplai otak, sehingga dapat mengkibatkan stroke.
1. Hipertensi.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
4. Diabetes melitus (DM)
FAKTOR 5. Usia lanjut
6. Policitemia
RESIKO 7. Peningkatan kolesterol
8. Obesitas
9. Perokok
10. Kurang aktivitas fisik
MANIFESTASI KLINIS
STROKE
Manifestasi stroke tergantung
besarnya lesi bisa terjadi:
 Hemiparese / hemiplegia
 Hemiparestesia
 Afasia / diafasia motorik atau
sensorik
MANIFESTASI  Hemianopsi
KLINIS  Dysartria
 Muka tidak simetris
 Gangguan gerakan tangkas
atau gerakan tidak
terkordinasi
Berdasarkan lokasi lesi:
1. Bila lesi terjadi di cerebrum, maka
gangguan gerakan tangkas diiringi dengan
tanda-tanda gangguan “uppermotoneuron”
seperti:
MANIFESTASI
• Meningkatnya tonus otot pada sisi yan
KLINIS g lumpuh.
• Meningkatnya refleks tendon pada sisi
yang lumpuh.
• Refleks patologis positif pada sisi yang
lumpuh.
2. Bila lesi terjadi di cerebellum, maka
gangguan ketangkasan gerakan diiringi
tanda-tanda:
MANIFESTASI • Menurunnya tonus otot pada sisi ter
KLINIS ganggunya gerakan tangkas
• Menurunnya refleks tendon pada sis
i terganggunya gerakan tangkas.
• Refleks patologis negatif.
Gejala-gejala neurologis yang
terjadi bergantung pada daerah
MANIFESTASI yang mengalami kerusakan.
KLINIS Makin luas daerah kerusakan
makin banyak gejala-gejala yang
mungkin timbul.
PROGNOSIS
STROKE
10% penderita stroke mengalami pemulihan hampir sempurna.
2. 25% pulih dengan kelemahan minimum.
3. 40% mengalami pemulihan sedang sampai berat dan
membutuhkan perawatan khusus.
4. 10% membutuhkan perawatan oleh perawat pribadi dirumah
atau fasilitas perawatan jangka panjang lainnya.
5. 15% langsung meninggal setelah srangan stroke.
Pengelolaan Stroke dibagi menjadi 3

Akut
Pada fase akut pasien stroke menjalani penanganan
medika mentosa yang intensif, pengendalian tekanan
darah, gula darah dan rehabilitasi pasif.

Rehabilitasi Aktif
Setelah fase akut terlewati baru pasien
ditangani rehabilitasi aktif, disamping itu
beradaptasi dengan lingkungannya.

Adaptasi terhadap
lingkungan
INTERVENSI FISIOTERAPI
Pemeriksaan Khusus pada Stroke
1.) Pemeriksaan Fisik
2.) Pemeriksaan Gerak Fungsi Dasar:
Gerak Aktif ,
Pasif & Gerak Aktif melawan tahanan
3.) Pemeriksaan Fungsional & Aktifitas Lingkungan
4.) Pemeriksaan Kognitif,intrapersonal
5.) Pemeriksaan Spesifik Ft. C :
Pemeriksaan tonus otot dengan sklala asworth
Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan modified motor assesment scale
Test refleks
Pemeriksaan koordinasi
Pemriksaan cairan mukus
1.) Breathing Exercise, dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru,
meningkatkan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus agar tetap menge
mbang, meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi mukosa, m
obilitas sangkar thorak, dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisien
si dari otot-otot pernafasa.
2. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemamp
uan gerak normal untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yan
g abnormal dan mengembangkan kontrol gerakan. Bentuk latihannya antara lan :
a) Mobilisasi trunk
b) Latihan menghambat pola spastisitas anggota gerak atas dan bawh
3.) Latihan weight bearing, untuk mengontrol spastisitas pada ekstremitas
dalam keadaan spastis. Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kemb
ali fungsi pada persendian untuk menyangga. Latihan ini berupa mengenalkan ke
mbali bentuk permukaan benda yang bervariasi kepada sisi yang lumpuh agar ke
mbali terbentuk mekanisme feed back gerakan yang utuh.
4.) Gait Training, bertujuan untuk meng optimalkan pola berjalan dengan
meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi, meningkatkan kecepatan berjalan
dan daya tahan, meningkatkan fleksibilitas serta meningkatkan kesehatan
kardiovaskular.
Terdapat beberapa macam Gait training yang dapat diaplikasikan
diantaranya : Conventional Gait Training, Treadmill Training dan Robotic Assisted
Training.
5.) Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium reco
very sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien dan dilakukan pada p
osisi terlentang, duduk dan berdiri.
6.) Latihan fungsional
Latihan fungsional seperti latihan briging, latihan duduk ke berdiri dan l
atihan jalan. Latihan briging untuk mobilisasi pelvis agar dapat stabil dan menimb
ulkan gerakan ritmis saat berjalan
GAIT TRAINIG
a. Fase Berjalan
Thank
You!

Anda mungkin juga menyukai