Anda di halaman 1dari 22

Oleh :

Hetty Lendora Maha, S.Farm., M.Si., Apt


1. DEFENISI
2. Tujuan umum pemberian obat secara Parenteral

1. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum


banyak diketahui sifat-sifatnya kedalam suatu jaringan
yang sakit atau daerah target dalam tubuh dalam kadar
yang cukup.

Contoh : pemberian obat secara injeksi intraventrikuler


(misalnya antibiotik golongan aminoglikosida) yang sulit
menembus lapisan pembatas darah-otak-selaput otak,
dapat dilakukan pada pasien-pasien tertentu yang
menderita radang selaput otak atau rongga otak akibat
bakteri atau jamur.
2. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap
beberapa parameter farmakologi tertentu, seperti waktu
tunda, kadar puncak dalam darah, kadar dalam
jaringan, dll.
Contoh : pemberian obat secara i.v untuk
mendapatkan efek yang segera.
3. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat,
khususnya untuk penderita rawat jalan.
4. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin
dicapai melalui rute lain, mungkin karena obat tidak
dapat diabsorbsi atau rusak oleh asam lambung atau
enzim jika diberiakan secara oral.
Contoh : Insulin.
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain
yang lebih disukai tidak memungkinkan,
misalnya pada penderia yang saluran cerna
bagian atasnya sudah tidak ada Karena dioperasi.

6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika


diinginkan untuk mencegah atau meminimalkan
efek/reaksi toksik sistemik. Contoh : pemberian
metotreksat secara indeksi intratekal pada
penderita leukemia.
7. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak
sadarkan diri atau tidak dapat bekerja sama (gila).
contoh : pemberian obat penenang pada orang gila.

8. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau


ketidakseimbangan elektrolit atau untuk mensuplai
kebutuhan nutrisi.

9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan,


misalnya anestesi lokal pada pencabutan gigi.
Faktor-faktor farmasetika yang mempengaruhi penggunaan
parenteral adalah :
1. Kelarutan obat dan volume injeksi
Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi,
jika mudah larut maka volume yang diberikan kecil.
Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam bentuk
suspensi atau dengan kosolvensi.

2. Karakteristik bahan pembawa


- water: air ada spesifikasi khusus
- water-miscible solvent (solven yang campur dengan air)
- water-immiscible solvent (solven yang tidak campur
dengan air)
3. ph dan osmolalitas larutan injeksi
a. Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH
darah. Kalau bisa pH sama dengan pH darah,
tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas
obat.
Contoh: Injeksi aminofilin dibuat sangat basa
karena pada kondisi asam akan terurai.
Dalam pembuatan ditambahkan etilendiamin
untuk menaikkan kelarutan dari aminofilin.
b. Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan
tekanan osmosis cairan tubuh.
Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis
dan hipertonis.

– Hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil


dari tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%). NaCl
jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154
mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedangkan
tekanan osmosis cairan tubuh yaitu 300 mOsmol. Pada
hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel
darah merah, sehingga sel darah merah bisa pecah
(irreversibel)
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai