Anda di halaman 1dari 30

FENOMENA ALAM

FISIKA ELEKTRONIKA
(3 SKS)

Oleh :
Ir. Usaha Situmeang. MT.

Fakultas Ilmu Komputer


UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2012
7. Induksi, Induktor Dan Rangkaian RL

Salah satu komponen elektronik penting selain kapasitor yakni induktor L. Jika
kapasitor dapat energi listrik dalam bentuk medan listrik E pada kedua pelatnya, maka
induktor pun dapat menyimpan energi listrik, namun dalam bentuk medan magnet B.
Induktor biasanya digunakan secara luas dalam rangkaian – rangkaian analog dan
prosesing sinyal. Bersama kapasitor dan komponen lain, induktor dipergunakan juga
sebagai filter frekuensi suatu sinyal tertentu. Rangkaian penala, tuning dan pemancar
juga menggunakan induktor.
Dua atau lebih induktor yg fluks magnetiknya terkopel akan berfungsi sebagai
transformator, yg merupakan komponen dasar dalam setiap rangkaian yg berhubungan
dgn jaringan listrik. Induktor juga digunakan sebagai komponen dalam rangkaian
perangkat penyimpan energi listrik.

1. Induktansi
a. Induktansi diri (Self - Inductance)
Induktansi didefinisikan sebagai timbulnya arus dan tegangan pada suatu
konduktor karena perubahan arus pada konduktor lain terhadap waktu. Sehingga
secara umum setiap kawat ber arus dan rangkaian memiliki suatu induktansi
sendiri yg berpengaruh pada perilaku rangkaian, namun hal ini seringkali di
abaikan. Menurut hukum Faraday, perubahan medan magnetik akan menghasilkan
GGL menurut persamaan :
d
  N
dt
Dapat diperhatikan bahwa GGL induksi sebanding dengan perubahan fluks,
sedangakan fluks dari hukum bio savart juga bergantung pada kuat arus listrik. Arus ini
kemudian dapat menghasilkan kembali medan magnet dan akhirnya menginduksi diri
sendiri. Sehingga pers 1 dapat kita tulis dalam variabel arus sbb :
dI
   konstan ta
dt
Konstanta dinamakan induktansi – diri atau self-inductance L, nilai L hanya
bergantung dari geometri lilitan (bentuk lilitan) dan material lilitan dan tidak bergantung
perubahan arus atau tegangan, kecuali terdapat inti besi didalam kumparan, karena
dalam hal ini, Induktansi dapat ditingkatkan dengan cara memberikan material megnetik
dalam kumparan.
Jika hukum Faraday dituliskan dalam arus listrik :

dI
  L
dt
maka didefinisikan hubungan fluks magnetik dengan arus listrik sbb :

N  L . I
L adalah ukuran seberapa besar rangkaian / kumparan dapat terinduksi. Satuan
dari L dalam SI adalah m2T / Ampere atau disingkat dengan (Henry H)
Contoh 1.
1. Fluks sebesar 10-3 Wb dibangkitkan oleh suatu kumparan dengan 200 lilitan yg
dialiri oleh arus listrik sebesar 5 Ampere.
Hitunglah :
a. GGL induksi jika arus mengalir hanya dalam waktu 0,5 detik.
b. Induktansi diri dari kumparan.

Penyelesaian.

d 103
a.   N  200  0,4 Volt
dt 0,5

d
  L
b. dt
untuk ,
t 0,5
L   0,4  0,04 H
I 5
b. Induktansi Bersama (Mutual Inductance)
Indultansi bersama terjadi apabila dua rangkaian cukup berdekatan dimana fluks
pada rangkaian 1 (atau sebaliknya) tidak hanya dipengaruh oleh besarnya arus
pada rangkaian 1, namun juga arus pada rangkaian tetangga (rangkaian 2).

Gambar 1. Dua rangkaian saling menginduksi


Pada rangkaian 1 mengalir arus listrik sebesar I1 dan pada rangkaian 2 mengalir I2, apabila
kita hitung berapa fluks magnetik atau medan magnet pada suatu titik P seperti Gambar 1, maka
di P terdapat medan magnet akibat I1 dan kontribusi dari I2 sehingga berlaku fluks magnetik
bersama sebesar :
 rangkaian1  L1 I 1  M 21 I 2

L1I1 adalah fluks magnetik akibat rangkaian 1 sendiri (L1 adalah induktansi diri rangkaian 1)
sedangkan M12I2 akibat arus oleh rangkaian 2 dengan M12 disebut induktansi bersama.
Sebaliknya jika titik P ada pada rangkaian 2 akan berlaku :

 rangkaian2  L21 I 2  M 12 I 1
Besarnya induktansi bersama bergantung pada posisi dari rangkaian tetangga, jika semakin
jauh maka komponen induktansi bersama akan semakin kecil. Contoh yg sederhana dari
induktansi bersama adalah pada dua lilitan yg berdekatan.
Lilitan pertama dengan arah arus dari kanan ke kiri akan menghasilkan medan magnet Φ12 yg
menginduksi lilitan kedua. Induktansi bersama pada lilitan ke dua karena lilitan pertama
diberikan oleh : 
M 12  N 2 12

I1`
sebaliknya lilitan kedua melakukan hal yang sama pada lilitan pertama dengan besar induktansi
diri :
21
M 21  N1
I 2`
c. Induktansi Solenoida
Medan magnet dari sebuah solenoida (kumparan) dengan lilitan persatuan
panjang N yang dialiri arus sebesar I adalah :

B = μ0 . N . I

dari hubungan hukum Faraday kita dapatkan,

N
L
I
dan bahwa fluks Φ adalah B.A sehingga didapat :

Φ = B . A = μ0 N I Al

sehingga diperoleh induktansi dari solenoida :

L = N/I . Φ = N/I μ0 N I A I = μ0 N2 AI

` Induktansi dari solenoida tdk tergantung dari arus sama sekali, melainkan dari
sifat bahan (μ0), banyaknya lilitan dan luas penampangnya (N dan A) atau kita
sebut geometri dari solenoida
8. Rangkaian Arus Bolak Balik dan Rangkaian RLC.

1. Pendahuluan.
Dalam pengiriman energi listrik dari pembangkit listrik hingga ke rumah dan
industri lebih banyak digunakan atau mungkin hampir seluruhnya menggunakan
arus/tegangan AC daripada DC. Hal ini karena listrik AC memiliki beberapa
keuntungan antara lain :

1. lebih mudah dibangkitkan


2. tegangannya lebih mudah diubah.
3. lebih mudah digunakan dan energi yang hilang lebih kecil

dikatakan mudah dibangkitkan karena dalam proses pembangkitan energi listrik


digunakan prinsip induksi magnetik Faraday.

A
B

Gambar 2. Prinsip Induksi digunakan untuk membangkitkan Energi Listrik


Pada Gambar 2. menggambarkan sebuah loop yg digerakkan oleh gaya
eksternal seperti air terjun, air dam, mesin diesel, nuklir dan lain-lain. Gerakan loop
dilakukan secara periodik misalnya dgn frekuensi ω (ω = 2лf), sehingga fluks
magnetik yg melaluinya berubah menurut :

Φ = B . A = BA Cos ωt

Jika kita hitung Gaya Gaya Listrik (GGL) induksinya menurut hukum Faraday
maka diperoleh GGL sebesar :

ε ≈ ωBA sin ωt

setidaknya dari persamaan ini kita dapat memiliki cukup alasan mengapa listrik yang
sampai ke rumah kita merupakan fungsi sinusoidal. Beberapa negara di Amerika,
Korea daan Jepang menggunakan frekuensi 60 Hz, sedangkan di Eropa dan
sebagian besar Asia digunakan frekuensi 50 Hz.
Listrik AC juga mudah diubah dari tegangan tinggi ke tagangan yg di inginkan melalui
transformator yg juga menggunakan prinsip induksi daripada arus DC. Selain itu
melalui arus bolak balik energi dapat lebih jauh dikirimkan dibanding DC yang
memiliki tingkat daya disipatif tinggi. Energi disipatif adalah energi yang berubah
menjadi kalor.
2. Istilah – istilah dalam Arus/ Tegangan Bolak Balik.

a. Tegangan maksimum Vm dan tegangan puncak ke puncak Vpp


Dalam listrik AC tegangan atau arusnya berubah – ubah secara
periodik dan dalam suatu fungsi sinusoidal. Tegangan AC yg memiliki frekuensi
tunggal ω dapat dinyatakan dalam fungsi :
V = Vm cos (ωt + Φ)
Dimana :
Vm : tegangan maksimum
ω : frekuensi sudut (rad/det.)
Φ : sudut fasa (rad)
Apabila kita sketsa dalam grafik, maka diperoleh :

V Fungsi cos dgn


beda sudut fasa 0
Fungsi cos
dgn sudut Vpp
fasa 0 Vm t

Gambar 3. Grafik Tegangan AC


Secar grafis, beda fasa menunjukan selisih dengan fungsi cosinus tanpa sudut
fasa (beda fasa 00) seperti Gambar 3, sehingga fungsi tegangan pada gambar garis
penuh memiliki sudut fasa -900.
Tegangan puncak ke puncak (Vpp) merupakan beda potensial antara nilai tertinggi
dan nilai terendah.

b. Tegangan RMS dan Tegangan Rata - Rata


Dalam alat ukur tegangan atau arus (ammeter dan voltmeter), tegangan dan
arus yang di ukur bukanlah tegangan / arus maksimum ataupun arus / tegangan
puncak ke puncak, namun apa yang disebut dengan arus / tegangan RMS (Root
Mean Square) yaitu akar rata - rata.
Misalnya data nilai tegangan diskret yg kita peroleh adalah 2 V, 3 V, 4 V, 5 V dan 6 V
maka jika nilai rata-ratanya kita hitung :
2  3  4  5  6 20
Vrata    4 Volt
5 5

Sedangkan nilai RMS-nya :

 2 2  32  4 2  5 2  6 2 
Vrata     18  4,242 Volt
 5 
Jika data nilai merupakan suatu fungsi kontinyu, maka didefinisikan nilai
tegangan rata – rata dan efektif sebagai berikut :
T
1
Vrata 
T  V t  dt
0

1 T

Vefektif   V t 
2
 dt 
T 0 

Jika didefinisi pada persamaan di atas kita terapkan pada fungsi tegangan yg
sinusoidal, akan diperoleh hubungan antara tegangan maksimum, tegangan, rata-
rata dan tegangan RMS sbb :

Vm
Vrata 
2
Vm
VRMS 
2
seringkali RMS disebut sebagai tegangan / arus efektif
3. Perilaku Tegangan dan Arus Bolak Balik
a. Tegangan dan Arus Bolak Balik pada Resistor.
Misalkan suatu resistor dihubungkan dengan tegangan AC dimana arus dalam
rangkaian menurut fungsi sinusoidal berikut :

I  I m cos t 

Maka tegangan antara kedua ujung resistor tersebut dapat dihitung malalui hukum
Ohm berikut :
V  R I m cos t 
dengan RIm = Vm, maka kita peroleh :
V = Vm cos (ωt)

dari persamaan terlihat bahwa :


a. Fungsi tegangan dan arus pada suatu resistor memiliki fasa yg sama.
b. Tegangan Maksimumnya : Vm = R Im
c. R dlm arus bolak balik disebut sebagai reaktansi resistif (dalam arus DC kita sebut
sebagai resistansi)
b. Tegangan dan Arus Bolak Balik pada Kapasitor
Jika pada suatu kapasitor yg dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan
AC mengalir arus bolak balik.

dengan fungsi arus :


I = Im cos (ωt)
dari hubungan,
V 
Q

 I dt
C C

Maka tegangan antara kedua ujung kapasitor dapat kita peroleh sbb :
1
C 
V  I dt

1
V 
C  I m cos t  dt

Im
V  sin t 
C
sehingga ,


1
V  I m X c cos  t  
 2 
cos t   
cos t  
 2

Gambar 4. Grafik dan arus AC pada suatu kapasitor di mana tegangan mendahului arus

Dari gambar 4 dapat kita simpulkan beberapa hal sbb :


• Beda fasa antara tegangan dengan arus adalah  / 2 di mana tegangan kapasitor
tertinggal terhadap arus sebesar  / 2
• Tegangan maksimum yang diperoleh dapat dihitung dengan analogi hukum Ohm
V=IR:
Vm = Xc Im
• Reaktansi kapasitif (sebagai analogi dari resistansi pada arus DC) :
1
XC 
C
Reaktansi kapasitif adalah ukuran hambatan pada kapasitor dalam arus AC
Contoh Soal.
Sebuah kapasitor dengan kapasitansi 10 μF dihubungkan dengan sumber tegangan
AC dengan Vm = 100 Volt.
Hitunglah reaktansi kapasitifnya jika frekuensi tegangan 60 Hz dan arus maksimum
yang mengalir ?
Jawab.
1 1
XC 
C 2f C
1

2 . 3,14 . 60  10 5

 265,39 

Arus maksimum dapat dihitung melalui :


Vm
Im 
Xc
100
  0,376 Amp.
265,39
c. Tegangan dan Arus Bolak Balik pada Induktor
Jika induktor dihubungkan dengan sumber tegangan AC secara seri, kita
asumsikan rangkaian akan dialiri arus bolak balik dengan fungsi :

I = Im cos (ωt)

Tegangan antara kedua ujung induktor dapat


dihitung melalui hukum Faraday yaitu :
dI
V L
dt
dengan mensubtitusikan fungsi arus :

d I m cos  t 
V L
dt
maka,

V   I m  L sin  t 
sehingga diperoleh ,
 1 
V  I m X L cos   t   
 2 
Kita sketsa dalam gambar dan membandingkannya dengan fungsi dari arus.

 
cos   t   cos  t 
 2

Gambar 5. Grafik Tegangan dan arus AC pada suatu Induktor dimana tegangan tertinggal oleh arus.

Fasa pada tegangan induktor mendahului sebesar  / 2 dari kuat arusnya.


Tegangan maksimumnya :

Vm = XL . IM

Reaktansi induktifnya :
XL = ω . L
Contoh Soal.
Sebuah induktor dengan induktansi 10 mH dihubungkan dengan sumber
tegangan AC dengan Vm = 100 Volt.
Hitunglah reaktansi induktifnya jika frekuensi tegangan 60 Hz dan Arus
maksimumnya yang mengalir ?
Jawab.

X L   L  2  f  L
 2 . 3,14 . 60  10  2
 3,768 
Arus maksimum sebesar :

Vm
Im 
XL
100

3,768
 26,539 Amp.
d. Fasor
Fasor adalah istilah yang berkaitan dengan fasa dan vektor, dari kedua istilah
ini dilebur menjadi istilah baru yang disebut fasor. Diagram fasor diperkenalkan untuk
memudahkan perhitungan – perhitungan tertentu, seperti misalnya dalam kasus-
kasus yang akan kita bahas.
Untuk menggambarkan fungsi berikut :
V = IR cos (ωt)
dalam sebuah diagram fasor, maka fungsi di atas dianggap sebuah vektor yang
komponen x nya bernilai I.R dan sudutnya adalah ωt seperti Gambar 6.

ωt x
I.R
Gambar 6. Diagram Fasor untuk V = IR cos (ωt)
sebagai catatan, untuk memudahkan dalam memecahkan persoalan analisis
rangkaian menggunakan fasor, jika pada suatu rangkaian terdapat gabungan dari
resistor, kapasitor maupun induktor dapat dilakukan pengandaian sbb :
• Untuk rangkaian seri, kuat arusnya dimana-mana sama. Maka buatlah pemisalan
dalam kuat arusnya. Contoh dari kasus ini adalah rangkaian RLC seri.
• Untuk rangkaian paralel, tegangannya sama. Maka buatlah pemisah dalam
tegangan. Contoh kasus ini adalah untuk rangkaian RLC paralel.
Sebelum kita gunakan diagram fasor ini untuk kasus – kasus yg lebih nyata,
perilaku tegangan terhadap arus dalam tahanan, kapasitor dan induktor yaitu
1. Tegangan sefasa dengan arus pada resistor
2. Tertinggal oleh arus dengan 900 pada kapasitor
3. Mendahului arus dengan 900 pada induktor
Sehingga dalam diagram fasor ketiga perilaku ini dapat digambarkan sbb :
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
V Arus AC pada Resisitor
V

I x I x

V
V
V
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
Arus AC pada Kapasitor

I x
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
Arus AC pada Induktor
e. Rangkaian R L C seri
Sekarang kita lihat rangkaian RLC seri dengan sumber tegangan AC seperti
Gambar 8.

Em = Em cos ωt
Dalam rangkaian 7 berlaku :

Em  VR  VL  VC
Gambar 8. Rangkaian RLC

dengan mengingat bahwa tegangan pada resistor VR sefasa dengan arus, tegangan
pada kapasitor VC tertinggal oleh arus dengan 900 pada kapasitor, dan tegangan
pada induktor VL mendahului arus dengan 900
V

VL VR

( ωt-Φ) x

VC

Gambar 9. Diagram Fasor untuk RLC Seri


Fasor VR sefase dengan arus sehingga sudutnya terhadap sumbu x adalah
(ωt-φ), karena VL dengan VC berlawanan arah maka resultannya (VL-VC).
9. Transformator
Dalam kehidupan se hari-hari, seringkali kita dihadapkan pada permasalahan bahwa
alat – alat elektronika membutuhkan tegangan tertentu yg tidak sesuai dengan
sumber tegangan PLN yg kita miliki. Untuk itu diperlukan sebuah alat elektronika yg
dapat menurunkan atau menaikan tegangan PLN sebelum digunakan peralatan
elektronika yg kita miliki. Alat untuk menurunkan / menaikkan tegangan AC tersebut
dinamakan Transformator atau Travo.
Travo step - up biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan sedangkan step -
down berfungsi sebaliknya. Dalam elektronika transformator di gambarkan dengan
lambang :

Gambar 4. Lambang Transformator

Transformator terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yg dililitkan pada
suatu inti besi yang sama. Arus AC yg mengalir pada salah satu kumparan
menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah sehingga mengiduksi tegangan
pada kumparan lain yg besarnya berubah dari tegangan asal, bergantung pada
komposisi (perbandingan lilitannya)
Transformator memiliki efisiensi yang sangat tinggi, artinya kita dapat
mengasumsikan bahwa daya yg terdapat pada kumparan primer(P1) sama dengan
daya pada kumparan sekunder (P2) atau sebaliknya, meskipun tentu saja
sesungguhnya tidak karena ada arus yg mengalir pada inti besi dan ada daya
disipasi pada lilitan primer dan sekunder.
Jika kita menganggap tidak terjadi energi disipasi, misalnya energi yg berubah
menjadi kalor, dengan demikian berlaku :

P1 = P2
atau,
V1I1 = V2I2

namun karena menurut hukum Faraday teganga (GGL) sebanding dengan


banyaknya lilitan N sedangkan arus berbanding terbalik terhadap banyaknya lilitan,
maka :
V1 N
 1
V2 N2
I1 N2

I2 N1
Contoh Soal.
Kita hendak membuat suatu travo yg dapat digunakan untuk menaikkan
tegangan PLN 110 Volt menjadi 220 Volt. Jika kumparan primer memiliki 100 lilitan.
Hitunglah lilitan yg harus dibuat pada kumparan sekunder ?

Jawab.
V1 N
 1
V2 N2

V2
N2  N1
V1
220
 100
110
 200 lilita
n

Anda mungkin juga menyukai