FISIKA ELEKTRONIKA
(3 SKS)
Oleh :
Ir. Usaha Situmeang. MT.
Salah satu komponen elektronik penting selain kapasitor yakni induktor L. Jika
kapasitor dapat energi listrik dalam bentuk medan listrik E pada kedua pelatnya, maka
induktor pun dapat menyimpan energi listrik, namun dalam bentuk medan magnet B.
Induktor biasanya digunakan secara luas dalam rangkaian – rangkaian analog dan
prosesing sinyal. Bersama kapasitor dan komponen lain, induktor dipergunakan juga
sebagai filter frekuensi suatu sinyal tertentu. Rangkaian penala, tuning dan pemancar
juga menggunakan induktor.
Dua atau lebih induktor yg fluks magnetiknya terkopel akan berfungsi sebagai
transformator, yg merupakan komponen dasar dalam setiap rangkaian yg berhubungan
dgn jaringan listrik. Induktor juga digunakan sebagai komponen dalam rangkaian
perangkat penyimpan energi listrik.
1. Induktansi
a. Induktansi diri (Self - Inductance)
Induktansi didefinisikan sebagai timbulnya arus dan tegangan pada suatu
konduktor karena perubahan arus pada konduktor lain terhadap waktu. Sehingga
secara umum setiap kawat ber arus dan rangkaian memiliki suatu induktansi
sendiri yg berpengaruh pada perilaku rangkaian, namun hal ini seringkali di
abaikan. Menurut hukum Faraday, perubahan medan magnetik akan menghasilkan
GGL menurut persamaan :
d
N
dt
Dapat diperhatikan bahwa GGL induksi sebanding dengan perubahan fluks,
sedangakan fluks dari hukum bio savart juga bergantung pada kuat arus listrik. Arus ini
kemudian dapat menghasilkan kembali medan magnet dan akhirnya menginduksi diri
sendiri. Sehingga pers 1 dapat kita tulis dalam variabel arus sbb :
dI
konstan ta
dt
Konstanta dinamakan induktansi – diri atau self-inductance L, nilai L hanya
bergantung dari geometri lilitan (bentuk lilitan) dan material lilitan dan tidak bergantung
perubahan arus atau tegangan, kecuali terdapat inti besi didalam kumparan, karena
dalam hal ini, Induktansi dapat ditingkatkan dengan cara memberikan material megnetik
dalam kumparan.
Jika hukum Faraday dituliskan dalam arus listrik :
dI
L
dt
maka didefinisikan hubungan fluks magnetik dengan arus listrik sbb :
N L . I
L adalah ukuran seberapa besar rangkaian / kumparan dapat terinduksi. Satuan
dari L dalam SI adalah m2T / Ampere atau disingkat dengan (Henry H)
Contoh 1.
1. Fluks sebesar 10-3 Wb dibangkitkan oleh suatu kumparan dengan 200 lilitan yg
dialiri oleh arus listrik sebesar 5 Ampere.
Hitunglah :
a. GGL induksi jika arus mengalir hanya dalam waktu 0,5 detik.
b. Induktansi diri dari kumparan.
Penyelesaian.
d 103
a. N 200 0,4 Volt
dt 0,5
d
L
b. dt
untuk ,
t 0,5
L 0,4 0,04 H
I 5
b. Induktansi Bersama (Mutual Inductance)
Indultansi bersama terjadi apabila dua rangkaian cukup berdekatan dimana fluks
pada rangkaian 1 (atau sebaliknya) tidak hanya dipengaruh oleh besarnya arus
pada rangkaian 1, namun juga arus pada rangkaian tetangga (rangkaian 2).
L1I1 adalah fluks magnetik akibat rangkaian 1 sendiri (L1 adalah induktansi diri rangkaian 1)
sedangkan M12I2 akibat arus oleh rangkaian 2 dengan M12 disebut induktansi bersama.
Sebaliknya jika titik P ada pada rangkaian 2 akan berlaku :
rangkaian2 L21 I 2 M 12 I 1
Besarnya induktansi bersama bergantung pada posisi dari rangkaian tetangga, jika semakin
jauh maka komponen induktansi bersama akan semakin kecil. Contoh yg sederhana dari
induktansi bersama adalah pada dua lilitan yg berdekatan.
Lilitan pertama dengan arah arus dari kanan ke kiri akan menghasilkan medan magnet Φ12 yg
menginduksi lilitan kedua. Induktansi bersama pada lilitan ke dua karena lilitan pertama
diberikan oleh :
M 12 N 2 12
I1`
sebaliknya lilitan kedua melakukan hal yang sama pada lilitan pertama dengan besar induktansi
diri :
21
M 21 N1
I 2`
c. Induktansi Solenoida
Medan magnet dari sebuah solenoida (kumparan) dengan lilitan persatuan
panjang N yang dialiri arus sebesar I adalah :
B = μ0 . N . I
N
L
I
dan bahwa fluks Φ adalah B.A sehingga didapat :
Φ = B . A = μ0 N I Al
L = N/I . Φ = N/I μ0 N I A I = μ0 N2 AI
` Induktansi dari solenoida tdk tergantung dari arus sama sekali, melainkan dari
sifat bahan (μ0), banyaknya lilitan dan luas penampangnya (N dan A) atau kita
sebut geometri dari solenoida
8. Rangkaian Arus Bolak Balik dan Rangkaian RLC.
1. Pendahuluan.
Dalam pengiriman energi listrik dari pembangkit listrik hingga ke rumah dan
industri lebih banyak digunakan atau mungkin hampir seluruhnya menggunakan
arus/tegangan AC daripada DC. Hal ini karena listrik AC memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
A
B
Φ = B . A = BA Cos ωt
Jika kita hitung Gaya Gaya Listrik (GGL) induksinya menurut hukum Faraday
maka diperoleh GGL sebesar :
ε ≈ ωBA sin ωt
setidaknya dari persamaan ini kita dapat memiliki cukup alasan mengapa listrik yang
sampai ke rumah kita merupakan fungsi sinusoidal. Beberapa negara di Amerika,
Korea daan Jepang menggunakan frekuensi 60 Hz, sedangkan di Eropa dan
sebagian besar Asia digunakan frekuensi 50 Hz.
Listrik AC juga mudah diubah dari tegangan tinggi ke tagangan yg di inginkan melalui
transformator yg juga menggunakan prinsip induksi daripada arus DC. Selain itu
melalui arus bolak balik energi dapat lebih jauh dikirimkan dibanding DC yang
memiliki tingkat daya disipatif tinggi. Energi disipatif adalah energi yang berubah
menjadi kalor.
2. Istilah – istilah dalam Arus/ Tegangan Bolak Balik.
2 2 32 4 2 5 2 6 2
Vrata 18 4,242 Volt
5
Jika data nilai merupakan suatu fungsi kontinyu, maka didefinisikan nilai
tegangan rata – rata dan efektif sebagai berikut :
T
1
Vrata
T V t dt
0
1 T
Vefektif V t
2
dt
T 0
Jika didefinisi pada persamaan di atas kita terapkan pada fungsi tegangan yg
sinusoidal, akan diperoleh hubungan antara tegangan maksimum, tegangan, rata-
rata dan tegangan RMS sbb :
Vm
Vrata
2
Vm
VRMS
2
seringkali RMS disebut sebagai tegangan / arus efektif
3. Perilaku Tegangan dan Arus Bolak Balik
a. Tegangan dan Arus Bolak Balik pada Resistor.
Misalkan suatu resistor dihubungkan dengan tegangan AC dimana arus dalam
rangkaian menurut fungsi sinusoidal berikut :
I I m cos t
Maka tegangan antara kedua ujung resistor tersebut dapat dihitung malalui hukum
Ohm berikut :
V R I m cos t
dengan RIm = Vm, maka kita peroleh :
V = Vm cos (ωt)
Maka tegangan antara kedua ujung kapasitor dapat kita peroleh sbb :
1
C
V I dt
1
V
C I m cos t dt
Im
V sin t
C
sehingga ,
1
V I m X c cos t
2
cos t
cos t
2
Gambar 4. Grafik dan arus AC pada suatu kapasitor di mana tegangan mendahului arus
265,39
I = Im cos (ωt)
d I m cos t
V L
dt
maka,
V I m L sin t
sehingga diperoleh ,
1
V I m X L cos t
2
Kita sketsa dalam gambar dan membandingkannya dengan fungsi dari arus.
cos t cos t
2
Gambar 5. Grafik Tegangan dan arus AC pada suatu Induktor dimana tegangan tertinggal oleh arus.
Vm = XL . IM
Reaktansi induktifnya :
XL = ω . L
Contoh Soal.
Sebuah induktor dengan induktansi 10 mH dihubungkan dengan sumber
tegangan AC dengan Vm = 100 Volt.
Hitunglah reaktansi induktifnya jika frekuensi tegangan 60 Hz dan Arus
maksimumnya yang mengalir ?
Jawab.
X L L 2 f L
2 . 3,14 . 60 10 2
3,768
Arus maksimum sebesar :
Vm
Im
XL
100
3,768
26,539 Amp.
d. Fasor
Fasor adalah istilah yang berkaitan dengan fasa dan vektor, dari kedua istilah
ini dilebur menjadi istilah baru yang disebut fasor. Diagram fasor diperkenalkan untuk
memudahkan perhitungan – perhitungan tertentu, seperti misalnya dalam kasus-
kasus yang akan kita bahas.
Untuk menggambarkan fungsi berikut :
V = IR cos (ωt)
dalam sebuah diagram fasor, maka fungsi di atas dianggap sebuah vektor yang
komponen x nya bernilai I.R dan sudutnya adalah ωt seperti Gambar 6.
ωt x
I.R
Gambar 6. Diagram Fasor untuk V = IR cos (ωt)
sebagai catatan, untuk memudahkan dalam memecahkan persoalan analisis
rangkaian menggunakan fasor, jika pada suatu rangkaian terdapat gabungan dari
resistor, kapasitor maupun induktor dapat dilakukan pengandaian sbb :
• Untuk rangkaian seri, kuat arusnya dimana-mana sama. Maka buatlah pemisalan
dalam kuat arusnya. Contoh dari kasus ini adalah rangkaian RLC seri.
• Untuk rangkaian paralel, tegangannya sama. Maka buatlah pemisah dalam
tegangan. Contoh kasus ini adalah untuk rangkaian RLC paralel.
Sebelum kita gunakan diagram fasor ini untuk kasus – kasus yg lebih nyata,
perilaku tegangan terhadap arus dalam tahanan, kapasitor dan induktor yaitu
1. Tegangan sefasa dengan arus pada resistor
2. Tertinggal oleh arus dengan 900 pada kapasitor
3. Mendahului arus dengan 900 pada induktor
Sehingga dalam diagram fasor ketiga perilaku ini dapat digambarkan sbb :
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
V Arus AC pada Resisitor
V
I x I x
V
V
V
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
Arus AC pada Kapasitor
I x
Gambar 7a. Diagram Fasor untuk Tegangan dan
Arus AC pada Induktor
e. Rangkaian R L C seri
Sekarang kita lihat rangkaian RLC seri dengan sumber tegangan AC seperti
Gambar 8.
Em = Em cos ωt
Dalam rangkaian 7 berlaku :
Em VR VL VC
Gambar 8. Rangkaian RLC
dengan mengingat bahwa tegangan pada resistor VR sefasa dengan arus, tegangan
pada kapasitor VC tertinggal oleh arus dengan 900 pada kapasitor, dan tegangan
pada induktor VL mendahului arus dengan 900
V
VL VR
( ωt-Φ) x
VC
Transformator terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yg dililitkan pada
suatu inti besi yang sama. Arus AC yg mengalir pada salah satu kumparan
menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah sehingga mengiduksi tegangan
pada kumparan lain yg besarnya berubah dari tegangan asal, bergantung pada
komposisi (perbandingan lilitannya)
Transformator memiliki efisiensi yang sangat tinggi, artinya kita dapat
mengasumsikan bahwa daya yg terdapat pada kumparan primer(P1) sama dengan
daya pada kumparan sekunder (P2) atau sebaliknya, meskipun tentu saja
sesungguhnya tidak karena ada arus yg mengalir pada inti besi dan ada daya
disipasi pada lilitan primer dan sekunder.
Jika kita menganggap tidak terjadi energi disipasi, misalnya energi yg berubah
menjadi kalor, dengan demikian berlaku :
P1 = P2
atau,
V1I1 = V2I2
Jawab.
V1 N
1
V2 N2
V2
N2 N1
V1
220
100
110
200 lilita
n