Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada

Tn.D Dengan Halusinasi


Pendengaran Di Ruang GMO RSJ
Provinsi Kalimantan Barat

Kelompok 4
Latar Belakang
 Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang (Rahmawati,
2014)
 Seseorang dapat dikatakan sehat jiwa yaitu kondisi
mental sejahtera dengan kualitas hidup seseorang yang
harmonis dan produktif dari semua segi kehidupan
manusia (Afnuhazi, 2015).
 Seseorang dengan gangguan jiwa disebabkan oleh
gangguan bio - psiko - sosial.
WHO 2009: Sekitar 450 juta orang di dunia mengalami
gangguan mental
Kemenkes 2013: Prevalensi gangguan jiwa berat di
Indonesia mencapai 1,7 permil. Prevalensi skizofrenia
tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh yang
masing - masing 2,7 permil. Yang terendah di
Kalimantan Barat 0,7 permil
RSJ Provinsi KALBAR: didapatkan rata-rata setiap
ruangan paling banyak menderita halusinasi seperti di
ruangan GMO yaitu sebanyak 15 orang
Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah distorsi palsu yang terjadi
pada respons neurobiologis maladaptif. (Stuart ,
Keliat, & Pasaribu, 2016).
Perubahan persepsi sensori: halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan. (Cook dan Fontaine dalam Fitria,
2014).
Etiologi Halusinasi Tanda Gejala
1. Faktor Predisposisi 1. Menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai.
a. Biologis 2. Menggerakkan bibirnya tanpa
b. Psikologis menimbulkan suara.
3. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu
c. Sosial Budaya
yang mengasyikkan.
2. Faktor Presipitasi 4. Ketidakmampuan untuk mengikuti
a. Biologis petunjuk.
5. Perilaku menyerang teror seperti panik.
b. Stress Lingkungan 6. Sangat potensial melakukan bunuh diri
c. Pemicu Gejala atau membunuh orang lain.
7. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk dan agitasi.
Jenis-jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Pendengaran  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara atau kegaduhan
(klien mendengar suara atau bunyi yang  Marah-marah tanpa sebab  Mendengar suara yang ngajak bercakap-
tidak ada hubungannya dengan stimulus yang  Mendekatkan telinga ke arah tertentu cakap
nyata atau lingkungan).  Menutup telinga  Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya

Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
(klien melihat gambaran yang jelas atau  Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas kartun, melihat hantu atau monster.
samar terhadap adanya stimulus yang nyata
dari lingkungan dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus seperti sedang membaui Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin,
(klien mencium suatu bau yang muncul dari bau-bauan tertentu. feses, dan terkadang bau-bau tersebut
sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata).  Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
Halusinasi Pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
(klien merasakan sesuatu yang tidak nyata,  Muntah
sering meludah biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak).
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk permukaan kulit  Mengatakan ada serangga di permukaan
(klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa kulit
ada stimulus yang nyata).  Merasakan seperti tersengat listrik.
Halusinasi Kinestetik  Memegang kakinya yang dianggapnya Mengatakan badannya melayang di udara
(klien merasa badannya bergerak dalam bergerak sendiri.
suatu ruangan atau anggota badannya
bergerak)
Halusinasi Fiseral  Memegang badannya yang dianggap  Mengatakan perutnya menjadi mengecil
(perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya) berubah bentuk dan tidak normal seperti setelah minum soft drink.
biasanya.
Fase-fase Halusinasi
1. Fase I: Comforting (Ansietas sedang, halusinasi
menyenangkan)
2. Fase II: Condeming (Ansietas berat, halusinasi
menjadi menjijikan)
3. Fase III: Controlling (Ansietas berat pengalaman
sensori menjadi berkuasa)
4. Fase IV: Conquering (Panik, umumnya menjadi
melebar dalam halusinasi)
Pohon Masalah
Penatalaksanaan Halusinasi
1. Terapi Farmakologi 2. Terapi Non Farmakologi
 Anti psikotik : Clorpromazin Terapi non farmakologi pada penderita
(CPZ), Haloperidol (HLP) halusinasi meliputi
 Anti Ansietas : Atarax, Diazepam • Pendekatan psikososial dan ECT
(chlordiazepoxide) (Electro Convulsive Therapy).
 Anti Depresan : Elavil, asendin, • Program for Assertive Community
anafranil, norpamin, ainequan, Treatment (PACT),
tofranil, ludiomil, pamelor, vivacetil, • Intervensi keluarga
surmontil • Terapi perilaku kognitif (cognitive
behavioural therapy), dan pelatihan
 Anti Manik : Lithoid, klonopin,
keterampilan sosial (Ikawati, 2011).
lamictal
• Terapi musik
 Anti Parkinson : Levodova, • Terapi religius dzikir
trihexpenidyl (THP)

Manajemen Halusinasi
1. Bangun hubungan interpersonal dan saling percaya dengan klien.
2. Catat perilaku klien yang menunjukkan halusinasi.
3. Pertahankan rutinitas yang konsisten.
4. Tingkatkan komunikasi yang jelas dan terbuka.
5. Berikan klien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya.
6. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan secara tepat.
7. Fokuskan kembali klien mengenai topik jika komunikasi klien tidak sesuai situasi.
8. Monitor kehadiran halusinasi mengenai konten (dari halusinasi yang berupa
kekerasan atau yang membahayakan diri.
9. Tegaskan kepada klien jika ditanya, bahwa anda tidak mengalami stimulus yang
sama.
10. Berikan pengajaran terkait obat pada klien.
11. Monitor kemampuan merawat diri.
12. Bantu dengan perawatan diri jika dibutuhkan.
13. Berikan istirahat dan gizi yang cukup.
14. Libatkan klien dalam aktivitas berbasis realita yang mungkin mengalihkan
perhatian dari halusinasi (misalnya, mendengarkan musik dan bergoyang)
(Bulecheck et al, 2013).
Pengkajian Keperawatan Jiwa yang
dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu Dikaji
Perubahan persepsi sensori: Subjektif:
halusinasi  Klien mengatakan mendengar sesuatu.
 Klien mengatakan melihat bayangan putih.
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi.
 Konsentrasi rendah.
 Pikiran cepat berubah-ubah.
 Kekacauan alur pikiran.
Rencana Tindakan Keperawatan
 TUM: Klien dapat mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
 TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
 TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya.
 TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasinya
 TUK 4: Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
 TUK 5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan keperawatan untuk klien.


 Membantu klien mengenali halusinasi.
 Melatih klien mengontrol halusinasi.
Rencana Tindakan Keperawatan untuk
Keluarga Klien.
1) Tujuan/strategi pelaksanaan.
 Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami klien
beserta proses terjadinya.
c) Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi.
 Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untu keluarga.
a) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien halusinasi.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADAN Tn.D

..\Downloads\BAB 1-6 (LENGKAP).docx


Pembahasan Kasus
 Berdasarkan pengkajian klien mengalami halusinasi
pendengaran. Tanda dan gejala yang didapat dari pengkajian
sesuai dengan tanda dan gejala berdasarkan teori yaitu klien
mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya untuk
mendekati perempuan , namun tidak ada wujudnya, klien
mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya melakukan
suatu hal, klien mengatakan itu suara laki laki dan datang saat
malam hari dengan durasi kurang lebih 5 menit, klien tampak
tertawa sendiri.
Diagnosa Pengkajian
 Menurut fitria (2014) pohon masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi yaitu cause: isolasi sosial, care problem: gangguan
persepsi sensori halusinasi dan effect: risiko tinggi kekerasan.

 Hasil pengkajian kelompok menemukan ketiga masalah


tersebut pada klien. Sehingga dapat dikatakan bahwa masalah yang
muncul dalam tinjauan khasus sama dengan masalah yang terdapat
dalam tinjauan teoritis. Diagnosa prioritas yang ditemukan klien
adalah gangguan persepsi sensori Halusinasi.
Intervensi Keperawatan
 Perencanaan keperawatan harus disusun sesuai kebutuhan klien saat
itu, Penyusun merencanakan Bagaimana cara membina hubungan
saling percaya, membantu pasien untuk mengenal dan
mengidentifikasi halusinasi yang dialami (baik jenis, frekuensi,
waktu, respon dan tindakan klien saat halusinasinya muncul),
mengajarkan kepada pasien cara-cara mengontrol halusinasi, pasien
mengontrol halusinasi ( menghardik, cakap cakap dengan orang
lain, melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara teratur).
Tindakan mengontrol halusinasi dan pentinya minom obat sangat
ditekankan mengingat klien merupakan pasien ulangan.
Implementasi

 Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan yang sebelumnya telah
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien, didalam kasus Tn.
D
Evaluasi Keperawatan
 Pencapaian pelaksanaan dilihat dari rencana dan implementasi SP 1
dimana klien dapat mengidentifikasi jenis, isi waktu frekuensi dan klien dapat
mempraktekkan cara menghardik halusinasi. Strategi Pelaksanaan 2 klien
mengerti dan dapat mempraktekkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengendalikan halusinasinya. Strategi Pelaksanaan 3 klien dapat
mempraktekkan melakukan aktivitas yang biasa dilakukan di ruangan dengan
baik seperti membersihkan diri, membersihkan tempat tidur, menyapu
mengepel ruangan menyiram tanaman, mendengarkan musik dan berjoget.
Strategi pelaksanaan 4 klien mengatakan mengerti cara minum obat secara
teratur untuk mengendalikan halusinasi, klien mampu menyimpulkan manfaat
dan tujuan minum obat secara teratur dengan baik.
Kesimpulan & Saran
1. Halusinasi merupakan gangguan penerapan (persepsi) panca indra tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi disaat kesadaran individu itu penuh atau baik.
2. Penyebab munculnya halusinasi antara lain yaitu faktor genetik, struktur dan
fungsi otak, neurotransmiter, psikososial, lingkungan, dan faktor sikap atau
perilaku.
3. Klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran biasanya
cenderung menarik diri dan berisiko tinggi perilaku kekerasan
4. Pada klien yang mengalami halusinasi ada hal-hal yang perlu dikaji antara lain
faktor predisposisi, faktor prepistasi, perilaku dan mekanisme koping, dimana
semua faktor tersebut merupakan dasar dalam pengumpulan data klien.
5. Diagnosa yang diangkat adalah diagnosa yang bersumber dari
klien. Diagnosa prioritas utama dengan keadaan klien saat ini yaitu
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
6. Intervensi yang harus dilakukan ialah, bina hubungan saling
percaya, dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya, ajak klien membicarakan hal-hal nyata yang ada di
lingkungan.
7. Implementasi keperawatan harus dilakukan sesuai dengan
intervensi keperawatan yang dibuat dan implementasi yang telah
dilakukan ialah, memperkenalkan diri pada klien, membina hubungan
saling percaya dengan klien, mendiskusikan dengan klien saaat terjadi
halusinasi dan memberikan perhatian kepada klien saat menceritakan
halusinasinya.
8. Evaluasi menggunakan format SOAP dan disusun berdasarkan
strategi pelaksanaan
Saran
1.Bagi Institusi Rumah Sakit
2.Bagi keluarga
3.Bagi tenaga kesehatan
~Sekian & Terima Kasih~

Anda mungkin juga menyukai