Anda di halaman 1dari 26

Referat

Impetigo
Oleh : Philipus Wiranata (1522317031)
Pembimbing : dr. Erna Harijati, Sp.KK
Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan

 Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti


serangan.
 Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo bullosa dan impetigo
non-bullosa (krustosa atau kontagiosa).
 Impetigo, yaitu merupakan salah satu bentuk pioderma yang
paling sering menyerang anak-anak.
 Bisa muncul di bagian tubuh manapun setelah terjadi cedera
pada kulit.
 Paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai.
 Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit
lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran
pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).
Pendahuluan

 Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit


infeksi menular pada kulit yang superfisial  epidermis
kulit, berbentuk lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah
(pustula).
 Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang
disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa
yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus.
Pendahuluan

 Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang,


menurunnya daya tahan tubuh mengidap penyakit
menahun, kurang gizi, keganasan atau kanker dan
sebagainya atau adanya penyakit lain di kulit.
 Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia.
Paling sering mengenai usia 2-5 tahun,
 Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit
yang dijumpai pada klinik anak.
 Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4
tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak
usia 5-15 tahun.
Pendahuluan

 Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70


persen dari semua kasus impetigo.
 Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas
serta pada negara-negara yang berkembang.
 Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul yang apabila
pecah membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Definisi

 Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular


pada kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit,
yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi
nanah (pustula).
Epidemiologi

 Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 ± 10 % dan anak-anak yang


datang ke klinik kulit menderita impetigo.
 Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak
(kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak
yang berusia kurang dari 2 tahun.
 Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun
sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun.
 Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa insiden impetigo ini terjadi
hampir di seluruh dunia.
 Banyak pada daerah tropis dan negara berkembang
Etiologi

 Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus,


Streptococcus beta-hemolyticus grup A (dikenal dengan
Streptococcus pyogenes), atau kombinasi keduanya.
 Kuman S. pyogenes menular ke individu yang sehat melalui
kulit, lalu kemudian menyebar ke mukosa saluran napas.
 Berbeda dengan S. aureus, yang berawal dengan kolonisasi
kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada
isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian.
Faktor predisposisi

 Higiene yang kurang


 Menurunnya daya tahan tubuh; misalnya karena
kekurangan gizi, anemia, atau penyakitpenyakit
tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma ganas, dan
diabetes mellitus
 Telah ada penyakit lain di kulit; karena terjadi kerusakan
di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan
terganggu.
Klasifikasi impetigo

 Impetigo Krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tilibury


Fox)
Klasifikasi impetigo

 Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet)


Patofisiologi impetigo

 Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase,


hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom
syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri staphylococcus menghasilkan
racun yang dapat menyebabkan impetigo menyebar ke area
lainnya.
 Toxin ini menyerang protein yang membantu mengikat sel-sel kulit.
Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar.
 Enzim yang dikeluarkan oleh staphylococcus akan merusak struktur
kulit dan adanya rasa gatal dapat menyebabkan terbentuknya
lesi pada kulit.
Patofisiologi impetigo

 Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran


1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel.
 Pada Impetigo kontagiosa Awalnya berupa warna kemerahan
pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan
diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm  kemudian mengering
membentuk krusta yang berlapis-lapis.
 Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif
yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali menebal.
Patofisiologi impetigo

 Kemudian pada impetigo bullosa bula yang timbul secara tiba tiba
pada kulit yang sehat dari plak merah, berdiameter 1-5cm, pada
daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari
miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat
bertahan selama 2 sampai 3 hari.
 Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat,
datar dan tipis.
Gejala klinis

Impetigo bulosa
 Vesikel yang timbul sampai bulla kurang dari 1 cm pada kulit yang
utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan.
 Atap dan bulla pecah dan meninggalkan gambaran ‘collarette’ pada
pinggirnya. Krusta ‘varnishlike’ terbentuk pada bagian tengah yang
jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah
 Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
 Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain,
seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
 Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah,
diare.
Gejala klinis

Impetigo krustosa
 Awalnya berupa wama kemerahan pada kulit (makula) atau papul yang
berukuran 2-5 mm.
 Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul yang mudah pecah dan
menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kuning madu dan lengket
yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan
disekelilingnya.
 Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau
mengikuti kelainan kulit sebelumnya dan dapat menyebar dengan cepat.
 Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka
(tangan dan kaki).
 Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)
Diagnosis banding

 Ektima (impetigo kurstusa)


 Dermatofitosis (impetigo bulosa)
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
 Pewarnaan gram.
 Kultur cairan.
Pemeriksaan Lain:
 Titer anti-streptolysin-O (ASO).
 Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri.
Terapi

Penatalaksanaan Farmakologis
 Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin 2% atau asam fusidat, diberikan
di kulit yang terinfeksi 3x sehari selama tiga sampai lima hari.
 Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam
klavulanat, cefuroxime, cephalexin, dicloxacillin, atau eritromicin selama 10
hari.
Terapi

Non farmakologis
 Membersihkan luka yang lecet secara perlahan-lahan. Tidak boleh
melakukan gosokan-gosokan pada luka terlalau dalam.
 Pencucian dengan air panas diindikasikan apabila lesi menunjukkan
keterlibatan daerah yang luas.
 Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya
sikatrik dan mencegah penyebaran lesi.
Komplikasi

 Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun


tidak diobati.
 Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-
5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh
pengobatan antibiotik.
 Gejala berupa bengkak tekanan darah tinggi, terdapat urin seperti warna
teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-
gejala tadi muncul.
Pencegahan

Adapun pencegahan yang harus di lakukan yaitu


 Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien,
terutama apabila terkena luka.
 Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
 Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada
orang lain, setelah digunakan pasien
 Mandi teratur dengan sabun dan air
 Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan
bersih
 Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
 Cuci pakaian, handuk, sprei, dan mainan dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya.
 Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan
cuci tangan setelah itu.
Prognosis

 Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan
pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti
glomerulonefritis dan lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari
pengobatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai