Anda di halaman 1dari 12

PPh 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen)

Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan


berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

Wajib pajak PPh Pasal 21 adalah orang yang dikenai pajak atas
penghasilannya atau penerima penghasilan yang dipotong PPh21
berdasarkan Perdirjen PER-32/PJ/2015 Pasal 3 wajib pajak
PPh 21. Jika disimpulkan peserta wajib pajak terbagi menjadi 6
kategori, antara lain pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun
dan pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pegawai dan
peserta kegiatan.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih
tinggi (dua puluh persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat
menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 75.000.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib


Pajak yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000,00= Rp2.500.000,00
15% x Rp25.000.000,00= Rp3.750.000,00 (+)
Jumlah Rp6.250.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong
jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP
adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000,00=
Rp3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,00=
Rp4.500.000,00 (+)
Jumlah Rp7.500.000,00
Menurut peraturan PTKP bagi karyawati atau wajib pajak wanita
yang bekerja pada satu pemberi kerja, maka berlaku ketentuan
sebagai berikut:
1. Bagi karyawati kawin, tarif PTKP terbaru adalah sebesar PTKP
untuk dirinya sendiri;
2. Bagi karyawati tidak kawin, tarif PTKP terbaru adalah sebesar
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya.
3. Bagi karyawati kawin yang suaminya tidak menerima atau
memperoleh penghasilan dan menunjukan keterangan
tertulis dari pemerintah daerah (kecamatan), maka tarif PTKP
terbaru adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk
status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
Dikutip dari Perpres No 19 Tahun 2016 Pasal 16D,
batas paling tinggi Gaji yang dijadikan dasar
perhitungan iurang BPJS Kesehatan adalah sebesar
Rp 8.000.000.
Abdul bekerja di PT Karya Abadi sejak tahun 2015
berstatus menikah dan mempunyai anak 1. Pada Agustus
2017 Abdul mengundurkan diri dari PT Karya Abadi. Gaji
Abdul setiap bulan adalah Rp. 10.000.000, mendapat
tunjangan BPJS Ketenagakerjaan, JKK, JKM dan JHT
sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS
Kesehatan sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Abdul
membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS
Kesehatan sebesar 1%. Berapa PPh 21 Abdul tahun 2017
selama di PT Karya Abadi?
Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap
perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan
tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya.
Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:

1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)


Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut belum
dipotong PPh 21.
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai Rp
10.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Tarif PPh: 15%
PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)

Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan


yang diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu)
sebesar pajak yang dipotong.
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
senilai Rp 10.000.000, maka perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Tarif PPh: 15%
Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
Total gaji bruto: 10.825.000
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak
Ditanggung Perusahaan)

Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang


mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.
Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji
bulanan sejumlah Rp 10.000.000, maka: perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
Total gaji bruto: Rp 10.000.000
Tarif PPh 21: 15%
Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
Karyawan lainnya di perusahaan Anda golongan
jabatannya lebih tinggi, Misalnya bergaji bersih
Rp 10.500.000 per bulan, atau Rp 126.000.000
per tahun.

Anda mungkin juga menyukai