Anda di halaman 1dari 40

Materi 5

Resusitasi Jantung
Paru
Bantuan Hidup Dasar
(Update 2010 AHA Guidelines)

Disampaikan pada :

Pelatihan Emergency Nursing – Intermediate Level


MAKASSAR
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
Otak
tidak dapat O2 mati
Jantung

“3 – 8” menit
Keterlambatan BHD

Keterlambatan Kemungkinan
BHD berhasil

1 menit 98 dari 100


3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Indikasi BHD Tujuan BHD
Basic Life Support :
1
The 2010 BLS Guidelines :
• Pengenalan segera pd sudden cardiac arrest (SCA)
didasarkan unresponsive dan tdk napas normal
(tidak bernapas atau hanya gasping)
• Look, Listen & Feel dihilangkan dari algoritma BLS
• Menganjurkan hand-only (chest compression
only) CPR pd penolong awam yg tdk terlatih
• Sekuens berubah dari ABC  CAB
• Penolong terus melakukan CPR hingga terjadi return
of spontaneous circulation (ROSC)
The 2010 BLS Guidelines (Lanjutan...)
• Peningkatan fokus pd metode untuk memastikan bahwa
RJP diberikan dengan high-quality :
– Kecepatan dan kedalaman kompresi adekuat
– Memungkinkan full chest recoil antara kompresi
– Meminimalkan interupsi saat kompresi dada
– Menghindari ventilasi berlebihan

• Tidak menekankan pemeriksaan nadi bagi penolong


awam maupun bagi healthprovider
2005 AHA Guidelines 2010 AHA Guidelines
Simplified
Adult BLS
(2010 AHA Guidelines)
Langkah-Langkah BHD

Pastikan keamanan Penolong,


Pasien dan Lingkungan
1. KENALI HENTI JANTUNG
(Recognition of arrest)
• Segera setelah aman Nilai Respon Pasien
• Tepuk bahu dan teriak “Are you all right ?”
• Hati-hati kemungkinan trauma leher
• Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila
tidak perlu
2. AKTIFKAN EMS
(Activate emergency medical services)
• Aktifkan sistem emergency, atau
• Panggil bantuan tim penolong/ambulans
Memeriksa respon pasien dengan cara menepuk bahu
pasien
Segera berteriak meminta tolong
3. PERIKSA NADI
(Check Pulse)
Tentukan ada tidaknya nadi dalam waktu
< 10 detik

Rekomendasi AHA 2010 :


• Circulation lebih prioritas dibanding Airway dan Breathing
• Sering sulit dideteksi  jika >10 detik  mulai kompresi dada
• Tidak menekankan pemeriksaan nadi sebagai mekanisme untuk
menilai henti jantung  karena penolong sering mengalami
kesulitan mendeteksi nadi
• Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi
 Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tdk sadar, tdk bernapas
atau bernapas tapi tdk normal (hanya gasping)
Memastikan ada tidaknya nadi
3. PERIKSA NADI (Lanjutan....)

• Jika tidak ada nadi


 mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi

• Jika ada nadi


 beri 1 ventilasi tiap 5 – 6 detik (8-10 x/mnt) dan
evaluasi nadi tiap 2 menit
4. KOMPRESI DADA
(Chest Compressions)
Memperbaiki Posisi Pasien dan
penolong
– Posisi pasien supine di atas permukaan yang
keras & datar dan penolong berlutut disamping
pasien (out-of-hospital) atau berdiri disamping
tempat tidur pasien (in-hospital)
• Sebelum kompresi : Angkat kasur tempat tidur atau
pasang backboard/papan resusitasi
• Air-filled mattress hrs dikempiskan
Melakukan Kompresi Dada
4. KOMPRESI DADA (Lanjutan....)
• Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½
sternum, diantara 2 putting susu dan telapak tangan
lainnya di atas tangan pertama

Rekomendasi AHA 2010 :


• Push hard and fast
• Kecepatan adekuat (at least 100x/mnt)
• Kedalaman adekuat :
Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 : 2 (1 atau 2 penolong)
Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
• Memungkinkan terjadinya complete chest recoil setelah kompresi
 Chest compression time = relaxation/recoil time
• Hindari ventilasi berlebihan
5. AIRWAY (JALAN NAFAS)

• Pemeriksaan jalan napas


MEMBUKA JALAN NAFAS
Head tilt - Chin lift atau Jaw thrust
5. AIRWAY (Lanjutan)
Rekomendasi AHA 2010 :
• Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas
pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher
– Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan risiko cedera
spinal meningkat jika pasien mengalami cedera craniofasial
dan/atau GCS <8
• Gunakan jaw thrust  suspek cedera servikal
• Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan
restriksi manual (menempatkan 1 tangan di ditiap sisi
kepala pasien) drpd menggunakan spinal immobilization
devices krn dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini
bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama
transportasi
6. BREATHING (PERNAPASAN)

Apnea, nafas abnormal, nafas tidak


adekuat

Berikan Bantuan Nafas


6. BREATHING (Lanjutan)

• Rekomendasi AHA 2010 :


– Pemberian rescue breathing sama dengan
rekomendasi AHA 2005, yaitu :
• Pemberian dilakukan sesuai tidal volume
• Rasio kompresi dan ventilasi 30:2
• Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang
penolong : selama pemberian RJP, ventilasi
diberikan tiap 8-10 detik/menit tanpa usaha
sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi.
Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian
ventilasi
6. BREATHING (Lanjutan)

• Rekomendasi AHA 2010 :


– Tidak menekankan pemeriksaan breathing

Penolong baik profesional maupun awam mungkin


tdk dapat menentukan secara akurat ada atau
tidaknya napas pada pasien tidak sadar karena
jalan napas tdk terbuka atau karena pasien
occasional gasping yg dpt terjadi pada beberapa
menit pertama setelah henti jantung
MULUT KE MULUT MULUT KE MASK
Mulut ke Hidung Mulut ke Stoma
BAG VALVE MASK
(AMBU BAG)
"Bagging" : lebih baik berdua
Evaluasi Airway & Breathing

Jika mengalami kesulitan untuk memberikan


nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih
ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki
posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang
belum adekuat.
Evaluasi Airway & Breathing (Lanjutan)

• Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi


tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring
mantap  bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .

• Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami


henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan
pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
RJP Sebelum & Sesudah Intubasi
• Sebelum intubasi
– Dewasa (>8 th)
30 : 2 (1 atau 2 penolong)

– Anak (1-8 th)


– Bayi (<1 th) 30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)
• Setelah intubasi
– Kompresi 100 x/mnt
– Ventilasi tiap 6 – 8 detik (8 - 10 x/mnt)
• 5 siklus 30:2 (2 mnt)nilai ulang sirkulasi
EVALUASI
• Sesudah 5 siklus kompresi dan ventilasi
kemudian pasien dievaluasi kembali.
• Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali
kompresi dan bantuan nafas dgn rasio 30 : 2.
• Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan
pasien pada posisi mantap (recovery position)
• Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan
bantuan nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan
monitor nadi setiap 2 menit.
• Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan
adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas
tetap terbuka.
RJP DIHENTIKAN
• Kembalinya sirkulasi & ventilasi spontan
• Ada yang lebih bertanggung jawab
• Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak
ada respon.
• Adanya DNAR
• Tanda kematian yang irreversibel
RJP TIDAK DILAKUKAN
• DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
• Tanda kematian : rigor mortis
• Sebelumnya dengan fungsi vital yang
sudah sangat jelek dengan terapi
maksimal
• Bila menolong korban akan
membahayakan penolong
KOMPLIKASI RJP
• Nafas buatan :
– inflasi gaster
– regurgitasi
– mengurangi volume paru
• Bila terjadi inflasi gaster
– perbaiki jalan nafas
– hindari tidal volume yang besar dan laju
nafas yang cepat
KOMPLIKASI RJP
– Fraktur iga & sternum (sering terjadi terutama pada
orang tua)
– RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga.
Posisi tangan salah  Fraktur iga
– Pneumothorax
– Hemothorax
– Kontusio paru
– Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu
rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah
hepar/limpa
– Emboli lemak
Summary
CPR is not harmful.
Inaction is harmful and
CPR can be lifesaving
(AHA, 2010)

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai