Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

Wilda Nur Amalia (P27820318011)


Rofiatul Muktamaroh (P27820318012)
Dhea Nabila Aqilla Haya (P27820318014)
Gita Maftukha Nur Laila (P27820318015)
Arizah Hanani (P27820318016)
Ernasari (P27820318017)
Nadifatul Khudsiyah (P27820318020)
Ferdina Faza Parsaulian S (P27820318022)
Arditama Wahyu Abadi (P27820318018)
Ach. Giovani Fardani C.T (P27820318034)
Definisi
Jatuh adalah masalah yang umum, terutama pada manula – mereka yang
sudah lanjut usia pada kisaran 65 tahun atau lebih. Rumah sakit acap
menerima anggota masyarakat yang sudah sepuh ini sebagai pasien di
tempat mereka, baik mereka yang datang hanya sekadar berkonsultasi
masalah kesehatan, atau datang melalui layanan gawat darurat, hingga
mereka yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Mereka semua adalah
yang umumnya paling berisiko mengalami jatuh di rumah sakit. Tapi tentu
saja ada kelompok pasien lainnya yang juga memiliki risiko jatuh yang
tinggi.
Penggunaan Fall
Risk Assessment
• Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit
• Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang
lain
• Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan
secara regular
• Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya
• Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk
• Setelah pergantian perawat
Faktor Resiko
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam
kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006).
Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak
dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan
pusing (Lumbantobing, 2004).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor ekstrinsik
tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi
cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,
tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang
diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).
Pencegahan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan pada saat
berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medis.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia.
Pengaruh Resiko Jatuh
pada Pasien di Rumah
Sakit
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang
ditimbulkan akibat jatuh maka RS menetapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko
melalui pengkajian awal dan pengkajian ulang
• Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh
• Memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan
skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty
untuk pasien anak - anak.
ASKEP PASIEN RISIKO
JATUH
Pengkajian
1. Anamnesis
• Riwayat medis umum
• Tingkat mobilitas
• Riwayat jatuh sebelumnya
• Obat-obatan uang dikonsumsi : terutama obat antihipertensi dan
psikotropika
2. Apa yang dipikirkan pasien sebagai penyebab jatuh
• Apakah pasien sadar bahwa akan jatuh ?
• Apakah kejadian jatuh tersebut sama sekali tak terduga ?
• Apakah pasien terpeleset atau trantuk ?
3. Lingkungan sekitar tempat jatuh
• Waktu di tempat jatuh
• Saksi
• Kenyataannya dengan perubahan postur, batuk, buang air kecil,
memutar kepala
Pengkajian
4. Gejala Yang Terkait
• Kepala terasa ringan,dizziness,vertigo
• Palpitasi
• Nyeri dada,sesak
• Gejala neurologis fokal mendadak (kelemahan, gangguan sensorik,
disertai,ataksia, bingung, afaksia)
• Inkontinensia urin atau alvi

5. Hilangnya keasadaran
• Apakah yang langsung dilihat segera setelah jatuh?
• Apakah pasien dapat bangkit setelah jatuh dan jika dapat berapa
lama waktu yng diperlukan untuk dapat bangkit setelah jatuh ?
• Apakah adanya hilangnya kesadaran dapat dijelaskan oleh saksi?
Pengkajian
Pemeriksaan fisik:
• 1. Tanda vital : Demam, hipotermia, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan
tekanan darah saat berbaring, duduk, dan berdiri
• 2. Kulit : Turgor, trauma, kepucatan
• 3. Mata : Visus
• 4. Kardiovaskular : Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta, sensitivitas
sinus karotis
• 5.Ekstermitas : Penyakit sendi degeneratif, lingkup gerak sendi, deformitas,
fraktur, masalah podiatrik (kalus, bunion, ulserasi, sepatu yang tidak sesuai,
kesempitan/kebesaran, atau rusak)
• 6. Neurologis : Status mental, tanda fokal, otot(kelemahan, rigiditas,
spastisitas), saraf perifer (terutama sensasi posisi), propripseptif, refleks,
fungsi saraf kranial, fungsi serebellum (terutama uji tumit ke tulang kering),
gejala ekstrapiramidal: tremor saat istirahat, bradikinesia, gerakan involunter
lain, keseimbangan dan cara berjalan dengan mengobservasi cara pasien
berdiri dan berjalan (uji get up and go).
Diagnosa
1.Subyektif: terdapat keluhan perasaan seperti akan jatuh, disertai atau tanpa
dizzi-ness, vertigo, rasa bergoyang, rasa tidak percaya diri untuk transfer atau
mobilisaasi mandiri; atau terdapat riwayat jatuh
2.Obyektif: terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik untuk terjadi jatuh.
Faktor intrinsik terdiri atas faktor lokal dan faktor sistemik.
• Faktor interinsik lokal: osteoaritis genu/vertebra lumbal, plantar fascitis,
kelemahan otot kuadrisep femoris, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, gangguan pada alat keseimbangan seperti vertigo yang dapat
ditimbulkan oleh gangguan aliran darah ke otak akibat hiperkoagulasi,
hiperagregasi, atau spondiloartosis servikal.
• Faktor intrinsik sistemik: penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pnemonia,
infark miokard akut, gagal jantung, infeksi salurankemih, gangguan aliran
darah ke otak , diabetes militus dan/atau hipertensi (terutama jika tak
terkontrol), paresis inferior, penyakit atau sindrom parkinson, demensia,
gangguan saraf lain serta gangguan metabolik seperti hiponatremia,
hipoglikemia atau hiperglikemia, dan hipoksia.
Diagnosa

Faktor risiko ekstrinsik/lingkungan antara lain:


– alas kaki yang tidak sesuai,
– kain/pakaian bagian bawah, atau tidak rata,
– furnitur yang terlalu rendah atau tinggi,
– tangga yang tak aman,
– kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu rendah atau tinggi dan
tak memiliki alat bantu untuk berpegangan,
– tali atau kabel yang berserakan dilantai,
– karpet yang terlipat,
– dan benda – benda di lantai yang membuat seseorang terantuk.
Penilaian Klinis Dan Tatalaksana Yang Direkomendasikan Bagi Orang
Usia Lanjut Yang Berisiko Jatuh

PENILAIAN KLINIS PENATALAKSANAAN


• Lingkungan saat jatuh sebelumnya • Perubahan liingkungan dan aktivitas
• Konsumsi obat – obatan untuk mengurangi kemungkinan
-Obat – obatberisiko tinggi jatuh berulang
(benzodiazepin, obat tidur lain, • Review dan kurangi konsumsi obat –
neuroleptik, antidepresi, antikonvulsi, obatan
atau antiaritmia kelas IA) • Penerangan yang tidak menyilaukan;
-Konsumsi 4 macam obat atau lebih hindari pemakaian kacamata
• Penglihatan multifokal saat berjalan; rujuk ke
-Visus <20/60 dokter spesialis mata
-Penurunan persepsi kedalam(depth
perception)
-Penurunan sensitivitas terhadap
kontras
-katarak
PENILAIAN KLINIS PENATALAKSANAAN

• Keseimbangan dan gaya berjalan • Diagnosis dan tetelaksana penyebab


- Laporan pasien atau observasi dasar jika memungkinkan; kurang obat
adanya gangguan pada penilaian – obatan yang mengganggu
singkat (uji get up and go) atau keseimbangan; intervensi lingkungan;
performance-oriented assessment of rujuk ke rehabilitasi medikj untuk alat
mobility) bantu dan latihan keseimbangan dan
• Pemeriksaan neurologis gaya berjalan
-Gangguan proprioseptif • Diagnosis dan tatalaksana penyebab
-Gangguan kognitif dasar jika memungkinkan; tingkatkan
-Penurunan kekuatan otot input proprioseptif (dengan alat bantu
atau alas kaki yang sesuai, berhak
rendah dan bersol tipis); kurangi obat –
obatan yang mengenai adanya defesit
kognitif; kurangi faktor mengganggu
fungsi kognitif, kewaspadaan
pendamping risiko lingkungan; rujuk ke
rehabilitas medik untuk latihan gaya
berjalan, keseimbangan dan kekuatan
PENILAIAN KLINIS PENATALAKSANAAN

• Pemeriksaan muskuluskeletal; • Diagnosis dan tatalaksana


pemeriksaan tungkai (sendi penyebab dasar jika
dan lingkup gerak sendi) dan memungkinkan; rujuk ke
pemeriksaan kaki rehabilitas medik untuk latihan
• Pemeriksaan kardiovaskular kekuatan, lingkup gerak sendi,
-Sinkop gaya berjalan, dan
-Aritmia (jika telah diketahui keseimbangan serta untuk alat
adanya penyakit bantu; gunakan alas kaki yang
kardiovaskular, terdapat EKG sesuai; rujuk ke podiatrist
yang abnormal, dan sinkop) • Rujuk ke konsultan kardiologi;
• Evaluasi terhadap “bahaya” pemijatan sinus karotis (pada
dirumah setelah dipulangkan kasus sinkop)
dari rumah sakit • Rapikan karpet yang terlipat
dan gunakan lampu malam
hari, bathmats yang tidak licin,
dan penggang tangga;
intervensi lain yang diperlukan
Standart intervensi Keperawatan
Indonesia
Tindakan

Observasi
• Identifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat meningkatkan potensi
terjatuh di lingkungan tertentu
• Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko terjatuh
• Identifikasi riwayat jatuh
• Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
(mis. Lantai licin dan tangga terbuka)
• Monitor keterampilan,keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
• Monitor kemampuan untuk pindah dan tempat tidur ke kursi dan sebaliknya
• Periksa persepsi keseimbangan, jika perlu
Terapeutik
• Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
Standart Diagnosa Keperwatan
Indonesia
Faktor risiko
1. Usia ˃65 tahun (pada dewasa ) atau ˂2 tahun
(pada anak)
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak bawah prosthesis (buatan) Kondisi klinis terkait
4. Penggunaan alat bantu berjalan • Osteoporosis
5. Penurunan tingkat kesadaran • Kejang
6. Perubahan fungsi kognitif • Penyakit sebrovaskuler
7. Lingkungan tidak aman (mis. Licin,gelap,lingkungan
asing ) • Katarak
8. Kondisi pasca operasi • Glaukoma
9. Hipotensi ortostatik • Demensia
10. Perubahan kadar glukosa darah • Hipotensi
11. Anemia • Amputasi
12. Kekuatan otot menurun • Intoksikasi
13. Gangguan pendengaran
• preeklampsi
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma,
katarak,ablasio retina, neuritis optikus )
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alkohol,
anastesi umum )

Anda mungkin juga menyukai