5. Hilangnya keasadaran
• Apakah yang langsung dilihat segera setelah jatuh?
• Apakah pasien dapat bangkit setelah jatuh dan jika dapat berapa
lama waktu yng diperlukan untuk dapat bangkit setelah jatuh ?
• Apakah adanya hilangnya kesadaran dapat dijelaskan oleh saksi?
Pengkajian
Pemeriksaan fisik:
• 1. Tanda vital : Demam, hipotermia, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan
tekanan darah saat berbaring, duduk, dan berdiri
• 2. Kulit : Turgor, trauma, kepucatan
• 3. Mata : Visus
• 4. Kardiovaskular : Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta, sensitivitas
sinus karotis
• 5.Ekstermitas : Penyakit sendi degeneratif, lingkup gerak sendi, deformitas,
fraktur, masalah podiatrik (kalus, bunion, ulserasi, sepatu yang tidak sesuai,
kesempitan/kebesaran, atau rusak)
• 6. Neurologis : Status mental, tanda fokal, otot(kelemahan, rigiditas,
spastisitas), saraf perifer (terutama sensasi posisi), propripseptif, refleks,
fungsi saraf kranial, fungsi serebellum (terutama uji tumit ke tulang kering),
gejala ekstrapiramidal: tremor saat istirahat, bradikinesia, gerakan involunter
lain, keseimbangan dan cara berjalan dengan mengobservasi cara pasien
berdiri dan berjalan (uji get up and go).
Diagnosa
1.Subyektif: terdapat keluhan perasaan seperti akan jatuh, disertai atau tanpa
dizzi-ness, vertigo, rasa bergoyang, rasa tidak percaya diri untuk transfer atau
mobilisaasi mandiri; atau terdapat riwayat jatuh
2.Obyektif: terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik untuk terjadi jatuh.
Faktor intrinsik terdiri atas faktor lokal dan faktor sistemik.
• Faktor interinsik lokal: osteoaritis genu/vertebra lumbal, plantar fascitis,
kelemahan otot kuadrisep femoris, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, gangguan pada alat keseimbangan seperti vertigo yang dapat
ditimbulkan oleh gangguan aliran darah ke otak akibat hiperkoagulasi,
hiperagregasi, atau spondiloartosis servikal.
• Faktor intrinsik sistemik: penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pnemonia,
infark miokard akut, gagal jantung, infeksi salurankemih, gangguan aliran
darah ke otak , diabetes militus dan/atau hipertensi (terutama jika tak
terkontrol), paresis inferior, penyakit atau sindrom parkinson, demensia,
gangguan saraf lain serta gangguan metabolik seperti hiponatremia,
hipoglikemia atau hiperglikemia, dan hipoksia.
Diagnosa
Observasi
• Identifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat meningkatkan potensi
terjatuh di lingkungan tertentu
• Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko terjatuh
• Identifikasi riwayat jatuh
• Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
(mis. Lantai licin dan tangga terbuka)
• Monitor keterampilan,keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
• Monitor kemampuan untuk pindah dan tempat tidur ke kursi dan sebaliknya
• Periksa persepsi keseimbangan, jika perlu
Terapeutik
• Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
Standart Diagnosa Keperwatan
Indonesia
Faktor risiko
1. Usia ˃65 tahun (pada dewasa ) atau ˂2 tahun
(pada anak)
2. Riwayat jatuh
3. Anggota gerak bawah prosthesis (buatan) Kondisi klinis terkait
4. Penggunaan alat bantu berjalan • Osteoporosis
5. Penurunan tingkat kesadaran • Kejang
6. Perubahan fungsi kognitif • Penyakit sebrovaskuler
7. Lingkungan tidak aman (mis. Licin,gelap,lingkungan
asing ) • Katarak
8. Kondisi pasca operasi • Glaukoma
9. Hipotensi ortostatik • Demensia
10. Perubahan kadar glukosa darah • Hipotensi
11. Anemia • Amputasi
12. Kekuatan otot menurun • Intoksikasi
13. Gangguan pendengaran
• preeklampsi
14. Gangguan keseimbangan
15. Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma,
katarak,ablasio retina, neuritis optikus )
16. Neuropati
17. Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alkohol,
anastesi umum )