Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

‘A B S E S M A S T I K A T O R S I N I S T R A’
4 TH C O F F E E

Disusun Oleh :
Widya Loviana, S.Ked
Novita Devy Alfionita, S.Ked
Dita Ayu Pertiwi, S.Ked
Nandya Frisca Durai, S.Ked
Pembimbing :
dr. Nuch Sabunga, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK KSM ILMU TELINGA,HIDUNG,TENGGOROK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
2019
Pendahuluan
KEGAWATDARURATAN
Abses leher dalam
THT
Tatalaksana
• Atasi Gawat Darurat
KOMPLIKASI (Jaga jalan napas)
4 TH C O F F E E

• 100 kasus abses leher dalam • Atasi infeksi dan Cegah


2001 -2006 lokasi abses lebih komplikasi
dari satu ruang potensial
• Rs M. Djamil Padang 2009- Melibatkan berbagai
2010 33 kasus Abses leher
dalam di berbagai ruang
rg. Potensial di Leher
potensial leher

(Penampang Panjang leher) (Lokasi)


ruang retrofaring, danger space, di atas os hyoid ruang submandibula, ruang
ruang prevertrebal, dan ruang parotis, ruang peritonsil, ruang mastikator, ruang
viseral vaskuler parafaring, dan ruang temporal.
di bawah os hyoid  ruang pretrakea dan ruang
suprasternal.
Anatomi Segitiga Leher Tinjauan Pustaka BAB II
Ruang potesial leher dibatasi oleh fasia servikalis.
1. Fasia servikalis superfisial
2. Fasia servikalis profunda (Superfisial, Media,
Profunda)  carotic sheath
4 TH C O F F E E
Tinjauan Pustaka……

Ruang potensial leher dalam dibagi :


1. Ruang yang melibatkan sepanjang leher
a. ruang retrofaring
b. ruang bahaya (danger space)
c. ruang prevertebra
4 TH C O F F E E

2. Ruang suprahioid, terdiri atas:


a. ruang submandibula
b. ruang parafaring
c. ruang parotis
d. ruang mastikor
e. ruang peritonsil
f. ruang temporalis
3. Ruang infrahioid
Terdiri atas ruang pretrakeal.
Tinjauan Pustaka……

Definisi
Abses leher dalam  akumulasi nanah (pus) di dalam ruang potensial di antara
fasia leher dalam akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti gigi, mulut,
tenggorokan,sinus paranasal, telinga dan leher
4 TH C O F F E E

• Epidemiologi
• Dept. Otolaringologi di National Taiwan University Hospital 185 kasus (1997-2002)
• Bag. THT-KL RS M.Djamil Padang  33 Kasus (2009-2010)
• INGGRIS 117 anak-anak mendapat terapi abses leher (rentang waktu 6 tahun)
• Bag. THT-KL RSUP dr. Sardjito Yogyakarta  17 Kasus (2014)
• 70- 85 % kasus disebabkan oleh infeksi gigi, selebihnya disebabkan oleh sialadenitis,
limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibular
Tinjauan Pustaka……
4 TH C O F F E E PATHWAY
Tinjauan Pustaka……
4 TH C O F F E E

Definisi
Abses Mastikator (Spatium Buccal) Abses yang berada di diantara m. masseter
m. pterigoidus interna dan m. Businator. Celah ini Berisi jaringan lemak yang
meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik
dan spasium infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga
rahang atas atau bawah
Tinjauan Pustaka……

• Gejala klinis  terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah rongga mulut.
• Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan gigi penyebab kadang-
kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium terdekat lainnya.
• Pada pemeriksaan estraoral  pembengkakan difus, tidak jelas pada perabaan
4 TH C O F F E E

Infeksi odontogenik Melewati 3 tahap :


1. 1 sampai 3 hari - pembengkakan lunak,
ringan, lembut, dan adonannya konsisten.
2. 5 sampai 7 hari – tengahnya mulai
melunak dan abses merusak kulit atau
mukosa (Fluktuasi +)
3. Abses pecah, secara spontan atau
setelah pembedahan secara drainase.
Tinjauan Pustaka……

Pada penelitian Lee dan kawan-kawan di Korea gejala klinis pada 158 kasus infeksi leher
dalam, yaitu keluhan leher bengkak (74,7%), keluhan sakit leher (41,1%), demam (14,6%),
panas dingin (10,1%), sulit bernafas (10,1%), disfagia (6,3%), dan trismus (1,9%).
4 TH C O F F E E

1. Respon Inflamasi
2. Gejala Infeksi
3. Limfadenopati

Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi ( Ro Cervical Lateral, Panoramic, Thorax, Ct Scan)
2. Bakteriologi (Lab Darah, Kultur)
Tinjauan Pustaka……
Tatalaksana
• Memelihara jalan nafas yang memadai. (intubasi tidak mungkin dilakukan
 trakeostomi atau krikotirotomi)
• Atasi Infeksi dan Cegah Komplikasi dengan aspirasi, Insisi dan Drainase abses
4 TH C O F F E E

dan pemberian antibiotik


Tinjauan Pustaka……

Komplikasi

Terjadi apabila  Keterlambatan Penanganan


Komplikasi infeksi
4 TH C O F F E E

Komplikasi pembedahan
● Perdarahan pada arteri karotis
● Kerusakan dari struktur neurovascular
● Trombosis pada sinus kavernosus
● Infeksi pada luka
● Defisit neurologi yang terdiri dari: Horner
Syndrome, pada nervus kranial IX dan XII ● Keracunan darah
● Edema paru ● Luka parut
● Mediastinitis ● Aspirasi
● Perikarditis
● Aspirasi
● Sepsis
Kasus……

IDENTITAS PASIEN

• Nama pasien : Tn. JF


4 TH C O F F E E

• Umur : 38 tahun
• Tanggal Lahir : 20 Juli 1980
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Mendawai
• Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2019
• Keluhan Utama : Bengkak di Leher Sebelah Kiri
Kasus……

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan bengkak pada leher sebelah kiri. Awalnya ±10 hari SMRS
pasien merasakan sakit pada gigi geraham sebelah kiri, disertai panas dingin yang hilang timbul, sakit
4 TH C O F F E E

kepala sebelah kiri, keluhan ini muncul hilang timbul, keluhan hilang saat pasien meminum obat
(paramex) yang dibelinya sendiri di warung, namun setelah 2-3 jam meminun obat keluhan muncul
lagi.
±6 hari SMRS pasien merasakan keluhan sakit pada gigi geraham sebelah kiri semakin
bertambah. Lalu pasien mencoba untuk mencabut gigi yang sakit sendiri dirumah dengan
menggunakan tang. Namun tidak berhasil, pasien malah merasakan tidak ada perubahan dan keluhan
bertambah parah, sore harinya pasien merasakan pipinya mulai membengkak. Pasien juga merasakan
panas dingin, badan terasa meriang, yang hilang timbul. Sakit kepala sebelah kiri.
Kasus……

±4 hari SMRS pasien merasakan bengkak pada pipi kirinya semakin membesar sampai kebagian
leher depan sebelah kiri. Pasien juga merasakan nyeri menelan dan tidak dapat membuka mulutnya
sehingga pasien tidak dapat makan, Setelah dirasakan keluhan semakin bertambah, bengkak pada
leher bagian depan sebelah kiri pasien tidak berkurang dan pasien meraskan semakin lemas, pasien
4 TH C O F F E E

dibawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus.

● Riwayat penyakit dahulu:


Riwayat gigi berlubang sejak ±5 tahun ini, pasien tidak pernah memeriksakan giginya. Riwayat
DM, hipertensi, serta asma (-)
● Riwayat penyakit keluarga/ sosial: (-)
● Riwayat pengobatan: Pasien minum obat yang dibeli sendiri di warung (paramex) untuk mengurangi
keluhannya.
● Riwayat alergi: (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
4 TH C O F F E E

Tanda vital
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 72 x/ menit, reguler, isi cukup, kuat
angkat
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu : 36,80C
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

Pemeriksaan telinga
Otoskopi
Kesan : Kedua daun telinga normal, liang telinga tidak tampak sumbatan serumen, membrane timpani
4 TH C O F F E E

intak, pantulan cahaya kesan normal.

Pemeriksaan Hidung
Rinoskopi Anterior
Kesan : Bentuk luar kesan normal, rongga hidung kanan dan kiri kesan normal, konka kanan dan kiri
normal, mukosa merah muda dan licin, tidak tampak deviasi septum atau secret mukoid.

Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan


Faringoskopi
Kesan : Karies dentis dan fistel yang disertai keluarnya pus pada dasar gigi molar II kiri bawah.

Pemeriksaan Leher
Kesan : Tampak oedem pada pipi kiri bagian atas yang meluas ke leher sisi kiri tampak oedem,
disertai dengan nyeri tekan dan fluktuasi pada pipi kiri.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah

Parameter Nilai Nilai Normal


HB 15,0 L : 11,5-16,5 g/dL
RBC 4,94 L : 4,0 – 5,0 [10^6/µL]
WBC 16,30 4,0 – 11,0 [10^3/ µL]
4 TH C O F F E E

Eosinofil 1,2 0-1 %


Basofil 0,1 0-1 %
Neutrofil 14,24 50-76 %
Limfosit 0,82 25-33 %
Monosit 1,01 3-8 %
HCT 44,5 L : 37-45 [%]
PLT 226 150-400 [10^3/ µL]
GDS 107 <160
Creatinin 0,88 0,6-1,1 mg/dL
BT 2’00” 1-6 menit
CT 4’00” <15 Menit
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi

Roengent Thorax
• Paru corak normal, hillus normal, tidak
4 TH C O F F E E

tampak bercak infiltrat.


• Jantung CTR <50%, aorta normal
trachea di tengah.
• Diafragma dan sinus baik
• Jaringan lunak dan tulang dada baik

Kesan : Jantung dan Paru normal.


Pemeriksaan Penunjang
EKG
4 TH C O F F E E

Kesan : Hasil EKG dalam batas normal


Diagnosis Kerja
Abses Mastikator Sinistra
4 TH C O F F E E

Diagnosis Banding
Abses Parafaring
Abses Submandibula
Penatalaksanaan
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam/IV
 Inj. Dexametasone 5 mg/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
4 TH C O F F E E

 Inj. Ranitidine 50mg/8Jam/IV


 Inf. Metronidazole 500mg/8jam/drip
 Rencana Tindakan Insisi dan Evakuasi abses dengan lokal anastesi. (11/06/2017)
 Monitoring keadaan umum dan tanda- tanda vital

Prognosis
Ad Bonam
Perawatan Hari I : Tanggal 10 Juni 2019
S O A P
Bengkak di leher sebelah KU : TSS, CM Abses Mastikator  IVFD RL 20 tpm
kiri, diawali saat pasien TTV : Sinistra  Inj : Ceftriaxone 1 gr/ 12jam/
mengalami sakit gigi TD : 110/80 mmHg, N : 100x/m, RR IV/ vial
sebelah kiri belakang : 20x/m, t : 37,2o  Inj : Dexametasone 5 mg/ 8
bawah. Kemudian dicbut Kep: CA -/-, SI -/-, hidung tidak ada jam/ IV
4 TH C O F F E E

sendiri oleh pasien dengan kelainan, Trismus ±1 jari oedem  Inj : Ketorolac 30mg/ 8 jam/
menggunakan tang. Gigi pipi kiri, fluktuasi (+) pada pipi kiri. IV/ amp
tidak tercabut, nyeri (+) Coll: >>KBG (-),  Inj : Ranitidin 50 mg/ 8 jam/
sulit membuka mulut (+) Tho: Simetris, retraksi (-), IV/ amp
P: Ves +/+, rh-/-, whee -/-  Inf Metronidazole 500 mg/8
C: S1-S2 tunggal, reg, m(-), g(-) jam
Abd: datar, supel, BU (+) n  Rencana insisi dan drainase
Eks: AH, CRT <2”, edema (-)/(-) abses dengan anastesi lokal.
 Diit bubur saring
Aspirasi  Pus ±1 cc
4 TH C O F F E E Perawatan Hari I : Tanggal 10 Juni 2019
Perawatan Hari II : Tanggal 11 Juni 2019
S O A P
Keluar nanah dari rongga KU : TSS, CM Abses masticator (S) post
mulut. Berbau busuk. TTV : insisi dan evakuasi abses  IVFD RL 20 tpm
Pipi kiri bengkak mulai TD : 110/70 mmHg, N : 77x/m, mastikator  Inj : Ceftriaxone 1 gr/
berkurang, nyeri (+). RR : 20x/m, t : 36,0o 12jam/ IV/ vial
4 TH C O F F E E

Kep: CA -/-, SI -/-, hidung tidak  Inj : Dexametasone 5 mg/


ada kelainan, Oedem pipi kiri 8 jam/ IV
(+) fluktuasi (+),  Inj : Ketorolac 30mg/ 8
submandibular oedem jam/ IV/ amp
(+),tidak teraba fluktuasi.  Inj : Ranitidin 50 mg/ 8
Coll: >>KBG (-), jam/ IV/ amp
Tho: Simetris, retraksi (-),  Inf Metronidazole 500
P: Ves +/+, rh-/-, whee -/- mg/8 jam
C: S1-S2 tunggal, reg, m(-), g(-)  Betadine mouthwash 3x 1
Abd: datar, supel, BU (+) n  Diit bubur saring
Eks: AH, CRT <2”, edema (-)/(-)
4 TH C O F F E E Perawatan Hari II : Tanggal 11 Juni 2019
Perawatan Hari III : Tanggal 12 Juni 2019
S O A P
Post Insisi dan Evakuasi KU : TSS, CM Abses masticator (S) post
abses hari 1 TTV : insisi dan evakuasi abses  IVFD RL 20 tpm
TD : 110/70 mmHg, N : 70x/m, masticator Rawat luka H1  Inj : Ceftriaxone 1 gr/
Keluar nanah sedikit. Pipi RR : 20x/m, t : 36,2o 12jam/ IV/ vial

4 TH C O F F E E

kiri bengkak (+) Nyeri (+) Kep: CA -/-, SI -/-, hidung tidak Inj : Dexametasone 5 mg/ 8
nyeri pada gigi (-) ada kelainan, Oedem pipi kiri (+) jam/ IV
Luka insisi baik, saat evakuasi  Inj : Ketorolac 30mg/ 8 jam/
pus sedikit. submandibular IV/ amp
oedem (+),Trismus ±2 jari.  Inj : Ranitidin 50 mg/ 8 jam/
Coll: >>KBG (-), IV/ amp
Tho: Simetris, retraksi (-),  Inf Metronidazole 500 mg/8
P: Ves +/+, rh-/-, whee -/- jam
C: S1-S2 tunggal, reg, m(-), g(-)  Betadine mouthwash 3x 1
Abd: datar, supel, BU (+) n  Diit bubur biasa
Eks: AH, CRT <2”, edema (-)/(-)
4 TH C O F F E E Perawatan Hari III : Tanggal 12 Juni 2019
Perawatan Hari IV : Tanggal 13 Juni 2019
S O A P
Post Insisi dan Evakuasi KU : TSS, CM Abses masticator (S)
abses hari 2 TTV : post insisi dan evakuasi  IVFD RL 20 tpm
TD : 110/80 mmHg, N : 81x/m, abses masticator rawat luka  Inj : Ceftriaxone 1 gr/ 12jam/
Nyeri pipi kiri (+) Bengkak RR : 20x/m, t : 36,1o H2 IV/ vial

4 TH C O F F E E

pipi kiri (+) berkurang nyeri Kep: CA -/-, SI -/-, hidung tidak Inj : Dexametasone 5 mg/ 8
pada gigi (-) ada kelainan, Oedem pipi kiri (+) jam/ IV
Luka insisi bersih, saat evakuasi  Inj : Ketorolac 30mg/ 8 jam/
pus 1 cc. Trismus (-).Gerahan IV/ amp
bawah berlubang (+)  Inj : Ranitidin 50 mg/ 8 jam/
Coll: >>KBG (-), IV/ amp
Tho: Simetris, retraksi (-),  Inf Metronidazole 500 mg/8
P: Ves +/+, rh-/-, whee -/- jam
C: S1-S2 tunggal, reg, m(-), g(-)  Betadine mouthwash 3x 1
Abd: datar, supel, BU (+) n  Diit bubur biasa
Eks: AH, CRT <2”, edema (-)/(-)
4 TH C O F F E E Perawatan Hari IV : Tanggal 13 Juni 2019
Perawatan Hari V : Tanggal 14 Juni 2019

S O A P
Post Insisi dan Evakuasi KU : TSS, CM Abses masticator (S)
abses hari 3 TTV : post insisi dan evakuasi  IVFD RL 20 tpm  Aff
TD : 110/60 mmHg, N : 81x/m, abses masticator rawat luka  Metronidazole 500 mg/8
Nyeri pipi kiri (-) Bengkak RR : 20x/m, t : 36,1o H3 jam
4 TH C O F F E E

pipi kiri (-) nyeri pada gigi (- Kep: CA -/-, SI -/-, hidung tidak  Metilpredinosolon tab 4mg
) ada kelainan, Oedem pipi kiri (-) 3x1
Luka insisi baik, pus (-). Trismus  Asam Mefenamat tab
(-).Gerahan bawah berlubang (+), 500mg 3x1
karies dentis (+)  Boleh Rawat Jalan
Coll: >>KBG (-),
Tho: Simetris, retraksi (-),
P: Ves +/+, rh-/-, whee -/-
C: S1-S2 tunggal, reg, m(-), g(-)
Abd: datar, supel, BU (+) n
Eks: AH, CRT <2”, edema (-)/(-)
4 TH C O F F E E Perawatan Hari V : Tanggal 14 Juni 2019
Pembahasan Kasus……

ANAMNESIS
TEORI KASUS
• Abses leher dalam merupakan akumulasi • bengkak pada leher sebelah kiri sejak ±4 hari
4 TH C O F F E E

nanah (pus) di dalam ruang potensial SMRS


• akibat penjalaran dari berbagai sumber • gigi geraham sebelah kiri berlubang sejak ±5
infeksi, seperti gigi tahun ini
• infeksi odontogen dapat menyebar melalui • mencoba untuk mencabut gigi yang sakit
jaringan ikat (perikontinuitatum), sendiri dengan menggunakan tang
pembuluh darah (hematogenous), dan • Pada pasien ini terjadi penjalaran infeksi secara
pembuluh limfe (limfogenous). perikontinuitatum karena adanya celah atau
ruang diantara jaringan yang berpotensi
sebagai tempat berkumpulnya pus.
Pembahasan Kasus……

GEJALA KLINIS
TEORI KASUS
• gejala klinis sama dengan gejala infeksi • bengkak pada leher sebelah kiri sejak ±4 hari
4 TH C O F F E E

pada umumnya yaitu, nyeri, demam, SMRS


pembengkakan dan gangguan fungsi. • tidak dapat membuka mulutnya sehingga sulit
makan
• panas dingin, badan terasa meriang
• Sakit kepala sebelah kiri
Pembahasan Kasus……

PEMERIKSAAN FISIK
TEORI KASUS
• nyeri, pembengkakan dan gangguan fungsi. • trismus sebesar ±1 jari,
4 TH C O F F E E

• Terdapat trismus sehingga pasien kesulitan • oedem pada pipi sebelah kiri,
membuka mulutnya. • fluktuasi (+), dan nyeri (+).
• Trismus yang terjadi bisa disebabkan oleh • Didapatkan gigi molar II Pasien berlubang.
iritasi m, masetter dan tendon
m.pterygoideus internus.
Pembahasan Kasus……

PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEORI KASUS
• Beberapa jenis bakteri yang menginfeksi • leukosit 16,30x103 mg/dl
4 TH C O F F E E

menjadi penyebab abses leher dalam.


Dibagi menjadi golongan bakteri aerob dan
anaerob.
Pembahasan Kasus……

PENATALAKSANAAN
TEORI KASUS
• Beberapa jenis bakteri yang menginfeksi menjadi • Ceftriaxone 1gr, Metronidazole 500mg,
penyebab abses leher dalam. Dibagi menjadi Ketorolac 30mg, Dexametasone 5mg,
4 TH C O F F E E

golongan bakteri aerob dan anaerob. Ranitidine 50mg, dan Betadine mouthwash.
• Oleh karena itu pasien diberikan tatalaksana • Secara empiris, kombinasi Ceftriaxone dan
medika mentosa dengan pemberian antibiotic Metronidazole
parenteral segera. • Diberikan pemberian analgetik dan
• Pemberian antibiotic parenteral sebaiknya antiinflamasi untuk meringankan gejala yang
diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur terjadi pada pasien.
pus
• Antibiotik kombinasi (mencakup kuman aerob dan
anaerob, gram positif dan negative) adalah pilihan
terbaik mengingat kuman menyebabnya adalah
campuran dari berbagai kuman.
Pembahasan Kasus……

PENATALAKSANAAN
TEORI KASUS
• Terbentuknya abses, maka evakuasi abses harus • dilakukan tindakan insisi dan evakuasi abses
dilakukan. pada tanggal 11 Juni 2019 didapatkan pus ±3cc
4 TH C O F F E E

• Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi • Kemudian langsung dilakukan insisi horizontal
lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisir abses sepanjang ±2 cm.
atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses • Saat ditekan, pus keluar dari molar II kiri
dalam dan luas. bawah.
• Insisi dibuat pada tempat yang paling • Monitoring keadaan umum, tanda – tanda
berfluktuasi, tergantung letak dan luas abses. vital, dan obstruksi jalan nafas
• mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan
nafas, pasien diberikan penjelasan mengenai
komplikasi yang mungkin terjadi apabila abses
tidak segera ditangani.
Pembahasan Kasus……

KASUS
• Pasien dilakukan perawatan untuk mengevakuasi pus dari absesnya setiap hari dengan
pemasangan drain serta pemberian antibiotic yang adekuat selama lima hari
• pada follow up selanjutnya didapatkan pengurangan keluhan pada pasien, dan pada saat
perawatan luka pengeluaran pus semakin berkurang
4 TH C O F F E E

• pada hari ke-3 perawatan luka sudah tidak didapatkan pus. Keluhan bengkak dan trismus
sudah tidak ada sehingga pasien diperbolehkan untuk rawat jalan dan kontrol ke poliklinik THT
apabila obat habis dan disarankan untuk konsultasikan ke bagian Bedah Mulut untuk
memberikan tatalaksana lebih lanjut terhadap faktor komorbid yang dimiliki pasien.
• Pasien diberikan obat pulang Cefadroxil Tab 500mg 2x1, Metronidazole Tab 500mg 3x1,
Metilprednisolon Tab 4mg 3x1, Asam Mefenamat Tab 500mg 3x1.

Prognosis pada pasien dengan abses mastikator baik, dan pasien diberikan
penjelasan tentang pentingnya oral hygiene dan cara menyikat gigi yang benar
agar tidak terjadi kasus yang sama dikemudian hari.
KESIMPULAN
• Telah dilaporkan seorang laki-laki berusia 38 tahun berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, didiagnosa dengan abses mastikator sinistra.
• Berdasarkan anamnesis pasien memiliki gejala klinis infeksi pada leher seperti nyeri menelan,
demam yang hilang timbul, pembengkakan pada leher bagian depan sebelah kiri sampai kebagian
leher depan sebelah kiri, yang disertai dengan tanda trismus berupa sulit membuka mulut dan
4 TH C O F F E E

sulit untuk makan.


• Pada saat dilakukan aspirasi didapatkan Pus ± 3cc. Pada penunjang didapatkan jumlah leukosit
yang meningkat yaitu 16,30x103 mg/dl.
• Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi menjadi 2 yaitu, terapi medikamentosa dan tindakan insisi
evakuasi abses.
• Terapi medikamentosa berupa pemberian antibiotik kombinasi (mencakup kuman aerob dan
anaerob, gram positif dan negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman menyebabnya adalah
campuran dari berbagai kuman, serta terapi simptomatik analgetik dan antiinflamasi.
• Tindakan insisi evakuasi abses dengan mengevakuasi pus serta dilakukan pemasangan drain
merupakan tindakan yang sesuai dengan penanganan pada abses leher dalam. Prognosis pada
pasien ini ad bonam, karena kecepatan diagnosa, ketepatan dan kecepatan penanganan yang
diberikan pada pasien ini.
4 TH C O F F E E

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai