Anda di halaman 1dari 11

SIKLUS KARBON

INDRIANI D1051191011
IRDA DWI UTARI D1051181013
SAUQIYAH AULIA D1051181023
FITRIA SHOLATA D1051181029
ARTHIKA YUDITA D1051181053
NABILAH NUR SYIFA D1051181059
RAHMAD AGUNG WIJAYA D1051181065
NADIA NADHIROH D1051181073
KARBON
KARBON MERUPAKAN UNSUR NON LOGAM
ALAMI YANG MELIMPAH. KARBON ADALAH UNSUR
YANG PALING BERLIMPAH KE EMPAT DI ALAM SEMESTA
DAN MEMAINKAN PERAN PENTING DALAM KESEHATAN
DAN STABILITAS PLANET MELALUI SIKLUS KARBON.
KARBON ATAU ZAT ARANG MERUPAKAN UNSUR
KIMIA YANG MEMPUNYAI SIMBOL “C” DAN NOMOR
ATOM 6 PADA TABEL PERIODIK. ISTILAH “KARBON”
BERASAL DARI BAHASA LATIN CARBO, YANG BERARTI
BATU BARA.
SIKLUS KARBON MEMPERLIHATKAN BAHWA KARBON BISA TERDAPAT SEBAGAI
GAS CO2 PENYUSUN UDARA, YANG KONSENTRASINYA SANGAT KECIL TETAPI
SANGAT MENENTUKAN KARBON SECARA GLOBAL. SEBAGIAN DARI KARBON
TERLARUT DALAM AIR PERMUKAAN, DAN SUMBER AIR SEBAGAI MOLEKUL CO2.
SEJUMLAH KARBON TERDAPAT DALAM MINERAL – MINERAL DALAM BENTUK
KALSIUM DAN MAGNESIUM KARBONAT. FRAKSI KARBON LAINNYA TERDAPAT
SEBAGAI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM YANG DALAM JUMLAH LEBIH BANYAK
SEBAGAI BATU BARA.
Jumlah karbon di bumi berkaitan dengan 3 penyimpanan yaitu
atsmosfer, tanah, dan lautan. Kecepatan pelepasan karbon tergantung
pada kondisi lingkungan seperti kelembaban tanah, temperatur, dan
presipasi.
Siklus karbon adalah aliran karbon melalui bagian sistem di bumi baik
melalui tumbuhan, hewan, dan manusia yang terjadi secara alami yang
melibatkan aspek bio (kehidupan), geo (bumi) dan kimia dalam proses
perputaran siklus.
Pengikatan karbon dari atmosfer
1. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk
mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen
ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan
dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.

2. Permukaan laut di daerah kutub memiliki temperatur yang lebih rendah


yang memungkinkan CO2 lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut
tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air
di permukaan yang lebih berat ke lapisan air yang lebih dalam.
3. Di lapisan air dekat permukaan (uper ocean), pada daerah dengan
produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang
mengandung karbon dan beberapa organisme juga membentuk
cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses
ini akan menyebabkan aliran karbon ke lapisan air yang lebih dalam.

4. Pelapukan batuan silikat. Ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke


laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat.
Pengembalian karbon ke atmosfer:
1. Melalui pernapasan (respirasi) pada tumbuhan dan hewan. Hal ini merupakan
reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau
molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.

2. Melalui pembusukan hewan dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri
mengurai senyawa karbon pada hewan dan tumbuhan yang mati dan mengubah
karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika
tidak tersedia oksigen.

3. Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang


terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap).
Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri
perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah
tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan
penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
4. Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium
oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang
akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.

5. Di permukaan laut yang lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke
atmosfer.

6. Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas
tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang
hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat. Kedua proses kimia ini yang saling
berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak
berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang
kurang dari 100.000 tahun.
Gas karbon berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi), pembakaran atau pembakaran hutan,
aktivitas gunung api.
Organisme produsen memanfaatkan CO2 di udara untuk melakukan sintesis senyawa
organik, baik melalui fotosintesis maupun kemosintesis. Senyawa organik hasil fotosintesis
dimanfaatkan oleh organisme heterotrof (hewan, manusia) sebagai sumbe energi.
Melalui respirasi senyawa organik tersebut dibakar, CO2 hasil pembakaran dibebaskan
lagi ke udara.

Selain sebagai sumber energi, senyawa organik tersebut sebagian disimpan dalam
tubuh organisme. Jika organisme mati, senyawa karbon akan diuraikan dan
diendapkan menjadi batuan karbonat dan kapur.

Jika tersimpan dalam perut bumi dalam jangka waktu yang sangat lama, senyawa
karbon sisa organisme mati dapat menghasilkan bahan bakar fosil (minyak bumi).
Akhirnya oleh kegiatan manusia bahan bakar fosil tersebut kembali membebaskan
CO2 ke udara.
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: ANDI
Afdal, 2007. SIKLUS KARBON DAN KARBON DIOKSIDA DI
ATMOSFER DAN SAMUDERA. Vol XXXII (2). Oseana.
Putrawan, Imade. 2014. Konsep-konsep Dasar Ekologi dalam
Berbagai Aktivitas Lingkungan. Bandung: Alfabeta, cv.
Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai