Anda di halaman 1dari 122

PEMERIKSAAN

LABORATORIUM PADA
PENYAKIT
UROGENITAL

1
GINJAL DAN
SALURAN KEMIH
BAGIAN BAWAH

Stephen JM cs, Patholphysiology of Disease ,


An introduction to cliniical medicine 2003

2
Membran glomerulus

3
PEMERIKSAAN URINE
pemeriksaan laboratorium
tertua

600 th SM ------- DM  urine manis


1827 ------- protein urine
1833 ------- glukosa dalam urine
1837 ------- pem. mikroskopis
1848 ------- Tes Fehling -- glukosa

4
TUJUAN PEMERIKSAAN URINE
(urinalisis)
 Informasi mengenai faal organ & metabolisme tubuh
 Membantu menegakkan diagnosis
 Mengikuti perjalanan penyakit & hasil pengobatan
 Tes penyaring pada peny ginjal dan saluran kemih,
penyakit hati, penyakit metabolik dan penyakit lain.

HASIL HARUS TELITI, TEPAT, CEPAT DAN DAPAT DIPERCAYA.

5
SAMPEL URINE

1. Urine sesaat : urine acak ( random )


2. Urine pagi : urine pertama di pagi
hari 
Paling baik untuk urinalisis :
- volume dan osmolaritas seragam
- lebih kental
- pH rendah
3. Urine segar ( < 1 jam dari penampungan )
4. Urine Post Prandial : 2 jam setelah makan
5. Urine 24 jam :
06.00 06.00

dibuang ditampung

6
URINE  disimpan
> 1 jam : terjadi perubahan sel / susunan kimia.
 Tidak steril: timbul bakteri
 ureum  CO2 + NH3

pH urine : basa

CaSo4  , MgSo4  ,
Sedimen (torak) : rusak
Ureum 
 Glukosuria : kadar glukosa   hasil negatif
palsu !
 Bilirubin (terikat)

hidrolisis oksidasi

as. Glukuronat biliverdin
+ (hijau)
bilirubin (bebas)
7
 Urobilinogen  Urobilin
 - urine harus segar/baru
- lemari es (tempat tertutup)
- pengawet  tidak dianjurkan

Pemeriksaan kuantitatif urine 24


jam :
- pengawet  tergantung bahan yang
diperiksa.

8
Pemeriksaan Urine:
A. Pemeriksaan Fisik : 1. Jumlah
2. Bau
3. Buih
4. Warna
5. Kejernihan
6. Berat jenis.
B. Pemeriksaan Kimia : 1. pH
2. Protein
3. Glukosa
4. Badan keton
5. Bilirubin
6. Urobilinogen / Urobilin
C. Pemeriksaan Mikroskopis : 1. Sel darah, sel
epitel.
2. Torak
3. Kristal
9
A. Pemeriksaan Fisik :
1. Jumlah Urine : Normal : 1200-1500
ml/24jam
 Variasi tergantung
- Luas permukaan tubuh
- Asupan cairan
- Kelembaban udara / penguapan.

2. Bau :- Normal  baru : tidak keras


- Patologis
3. Buih :- Normal  putih
- Mudah berbuih  protein
- Kuning  - pigmen empedu
(bilirubin)
fenildiasoaminopirimidin
10
4. Warna :
 Normal  kuning muda
( urokhrom )
 Abnormal  non patologis
 patologis
Cara pemeriksaan :
 Prinsip : tebal lapisan cairan 7 – 10 cm
dengan cahaya tembus.
 Isi tabung reaksi ¾ nya (lihat dengan
cara
miring) dipengaruhi diuresis

5. Kejernihan / kekeruhan
Normal : Jernih

11
Warna :
Perubahan non-patologis disebabkan bahan atau obat-
obatan yang dimakan, misalnya :
- Merah : Phenol-phthalein, Rifampisin,
merkurokhrom, piridium, vit B12 dll
- Kuning : karoten, santonin, atebrin, riboflavin
- Hijau : akriflavin
- Biru/hijau : metilen biru, tembaga sulfat.

Perubahan yang patologis :


- Kuning coklat (seperti teh) : bilirubin
- Merah coklat : urobilin, porpirin
- Merah dengan kabut coklat : darah dan pigmen
darah
- Coklat hitam : melanin
- Hitam : asam homogentisik
(alkaptonuria)
Terlihat setelah ditambah basa.
12
Kekeruhan dapat disebabkan :
- Fosfat amorf : warnanya putih dan akan
hilang bila diberi asam.
- Urat amorf : kuning coklat, terdapat
pada urine yang asam dan menghilang
bila dipanaskan.
- Darah : merah sampai coklat

- Nanah: seperti susu, tetapi menjadi


jernih setelah disaring
- Kuman: biasanya tetap keruh setelah
disaring.

13
6. Berat Jenis
- Urometer
- Refraktometer
- Carik celup

Urometer (urinometer)
 dasar : hukum Archimedes
Refraktometer :
 dasar : indeks refraksi
Carik celup :
 dasar : adanya kation

14
Pemeriksaan Kimia
- pH
- Protein
- Glukosa
- Keton bodies
- Bilirubin
- Urobilinogen
- Urobilin

15
B. Pemeriksaan Kimiawi :
I. Derajat keasaman pH
Normal : 4,8 - 7,5
Pemeriksaan :
- kertas lakmus

- kertas nitrazin / indikator


universil
- Carik celup

- pH-meter

16
PROTEINURIA
 Istilah untuk menyatakan adanya
albumin atau globulin dlm urine
5 types of proteinuria (mg protein/24 jam)
1. Microalbuminuria: 30 – 150 mg
2. Mild : 150 – 500 mg
3. Moderate : 500 – 1000 mg
4. Heavy : 1000 – 3000 mg
5. Nephrotic range : > 3000 mg
Macam2 pemeriksaan
proteinuria
 Percobaan rebus & kimiawi --
Kualitatif /Semikuantitatif (skala)
 Protein Esbach  Kuantitatif :
protein loss / 24 jam
 Protein Bence Jones: protein khusus
yg mengendap pada suhu 40o-60o C.
PROTEIN : percobaan rebus

 Protein dalam suasana asam (pada titik


isoelektrik) bila dipanaskan  mengendap
 semikuantitatif
Hasil :
(-) : tetap jernih
(+) : kekeruhan minimal
( 0,01 - 0,05 g/dl ).
 huruf cetak terbaca
(+ +) : Kekeruhan nyata
ada butir-butir halus
(0,05 - 0,2 g/dl
 Garis tebal terbaca
(+ + +) : gumpalan-gumpalan yang nyata
( 0,2 - 0,5 g/dl )
(+ + + +) : gumpalan-gumpalan besar atau
telah membeku ( > 0,5 g/dl )
Protein Bence – Jones :
 BM kecil ( < albumin )
 Monoklonal Ig  light chain
 Mengendap pada suhu 40 o – 60oC.
( Pemeriksaan kualitatif )
 Cara :
  4 – 10 ml urine  saring/sentrifus
 di tambah bufer  pH  4,9 – 5,1
Water bath endapan w.b mendidih (3’)
15’
( 40-60oC)
 hilang/endapan berkurang
 Bence Jones protein (+)
Catatan :
- Bila endapan >>  (albumin/globulin) 
saring
 filtrat didinginkan
wb  to 40-60oCwb keruh 
mendidih  larut  Bence Jones protein (+)
21
Pemeriksaan Kuantitatif :
Alat : Albuminometer
dari Esbach
Prinsip : + As. Pikrat

Protein 
Syarat :
- urine jernih (24 jam)
- bereaksi asam
- tidak boleh pekat

* Catatan :
Protein rebus : ++
 pemeriksaan Esbach
22
III. Tes Glukosa Urine
Reaksi Reduksi
Fehling
Benedict Semi-kuantitatif
Clinitest

Reaksi Enzimatik
Carik celup - Semi-
kuantitatif
- Kuantitatif

23
IV. KETON BODIES

Katabolisme lemak abnormal


O
||
CH3-C-CH2-COOH
Asam Aseto asetat

CO2 NADH + H+
Spontan
NAD+
Enzim
O OH
|| ||
CH3-C-CH3 CH3-CH-CH2-COOH
Aseton (D-)- -Asam Hidroksi Butirat
24
KETONE BODIES
Aceto acetic acid
Acetone
 OH butyric acid

TES
Rothera
Acetest table
Reagent strip
(carik celup)

25
V. BILIRUBIN
Normal dalam urine :  0,02 mg/dl 
kadar bilirubin terkonjugasi dalam
darah normal  tak terdeteksi.
 CARA HARRISON
Prinsip :
Bilirubin mereduksi FeCl3 menjadi
senyawa warna hijau ( sebelumnya
Bilirubin dalam urine diendapkan dengan
larutan BaCl2 ).

26
VI. UROBILIN :
TES SCHLESINGER
Prinsip :
Urobilin bereaksi dengan Zink
Acetat dalam larutan amoniak
membentuk garam Zink yang
memberikan flouresensi hijau.

27
Catatan :
 Urine harus baru
 Yang mengganggu percobaan :
a.Bilirubin  diendapkan dulu.
b.Urine berflouresensi  dapat
disebabkan oleh :
- Vitamin Bcompleks ( Riboflavin )

- Eosin, Eritrosit

- Merkurokhrom, Akriflavin.

28
ANALISIS URINE DG CARIK CELUP/CARIK
UJI
Carik Uji :
Merupakan secarik plastik  sebelah sisi
dilekati dengan 1-10 lapis kertas isap/bahan
penyerap lain yang mengandung reagen
spesifik terhadap zat yang akan diperiksa.

Prinsip :bila dalam urine mengandung zat yang


diperiksa  perubahan warna.
Intensitas Warna dapat diukur secara :
1. Visual
2. Fotometer refleksi ( Reflactan photometer )

29
Urinalisis dengan reagen
strip

30
31
CARA PEMERIKSAAN
 SOP

1 2 3
CELUP TIRISKAN BACA
 Perhatikan area kompensasi 32
32
Cara
kerja :

Visual ( gambar 3 )
Celup Seka Baca
Fotometer Refleksi

Kegunaan carik uji antara lain :


1. Pemeriksaan rutin
2. Memantau pengobatan
3. Memantau sendiri
4. Tes penyaring
33
Parameter yang diperiksa :
1. Berat Jenis
2. pH
3. Lekosit
4. Nitrit
5. Protein VIT C
6. glukosa
7. Badan Keton
8. Urobilinogen
9. Bilirubin
10.Darah ( Eritrosit / hemoglobin ).

34
Laporan Hasil
Urinalisis

35
PERLU DIPERHATIKAN
untuk pemeriksaan urine dengan reagen strip
agar hasilnya dapat dipercaya

1. PENAMPUNGAN URINE ---- penampung bersih kering


sekali pakai
label tahan air

macam cara penampungan : urine acak ( spontaneus )


urine pertama pagi

urine 24 jam
urine porsi tengah
urine dari punksi kandung
seni
37
2. WAKTU PEMERIKSAAN

pemeriksaan urine dengan carik celup harus dilakukan


paling lambat 2 jam sesudah penampungan

menunda pemeriksaan akan menyebabkan :


1. sel darah putih dan sel darah merah  lisis
2. pertumbuhan bakteri
3. pemecahan glukosa oleh bakteri
4. peningkatan pH  karena pemecahan urea
menjadi amonia
5. oksidasi bilirubin dan urobilinogen
( terutama jika terkena sinar matahari )
38
-bila akan menunda pemeriksaan lebih dari 2
jam
tempatkan urine dalam lemari es (± 40C)

-pada waktu dilakukan pemeriksaan,


suhu urine harus dikembalikan ke suhu kamar

39
3. URINE HARUS DICAMPUR BAIK-BAIK

4. TABUNG TEST STRIP HARUS


SEGERA DITUTUP KEMBALI

5. JANGAN LUPA MENEMPELKAN LABEL NAMA

40
HAL-HAL YANG PERLU DIHINDARI

1. Pencemaran sisa-sisa bahan pencuci tabung atau


desinfektan
( dapat menyebabkan hasil positif palsu untuk darah,
protein,
glukosa )
2. Pembekuan urine ( dapat menyebabkan sel darah putih dan
darah merah lisis  tidak dapat digunakan untuk pem. mikroskopis )
3. Sentrifugasi sebelum analisis dengan carik-celup
4. Terpapar sinar matahari

41
Cara pemeriksaan
1. Tempatkan urine ke dalam penampung bersih, kering, dan
( sebaikya steril , sekali pakai )
2. Celupkan test trip kedalam urine tidak lebih dari 1 detik
3. waktu mengangkat goreskan pinggir strip kesisi tabung
untuk membuang sisa urine
4. Sesudah 60 detik ( 60-120 untuk sel darah putih ) --------
baca hasilnya dengan cara membandingkan dengan
warna standar
Keterangan :
warna yang terjadi dipinggir strip atau warna yang timbul sesudah lebih dari 2 menit
hasilnya tidak boleh digunakan

42
PENGARUH ASAM ASKORBAT ( VIT. C )
PADA CARIK-CELUP URINE
Adanya asam askorbat dalam urine → menghambat
reaksi oksidasi pada tes darah dan glukosa → negatif palsu
untuk hematuria dan glukosuria
Penambahan iodat pada carik-celup dapat mencegah
terjadinya
negatif palsu pada pemeriksaan darah dan glukosa

Keterangan :
Adanya tambahan area untuk Vit.C pada carik-celup ------
hanya menunjukkan adanya vit. C dalam urine ------ hasil pemeriksaan
kena pengaruh vit. C dan tidak dapat digunakan
43
Prinsip Reaksi :
1. Berat Jenis
 Mengambarkan konsentrasi ion
dalam urine
 Kation, proton (  kompleks )
+ Bromothymol Blue  biru
hijau /biru  kuning
 Tidak dapat mengidentifikasi bahan
yang non-ionik (urea, glukosa,
kreatinin).

44
Pemeriksaan Berat Jenis Urine:
 Utk menilai kemampuan ginjal dalam

memekatkan dan mengencerkan urine


 - Indikator dini defek fungsi tubulus
 - Dipengaruhi oleh asupan cairan,
produksi
keringat, pemakaian diuretik
 - Orang sehat: 1,005-1,035
 - Dg asupan air normal: BJ Urine 1,015-
1,022

45
2. pH :
Indikator : - Metil merah
- Bromtimol biru
Jingga  hijau  biru : pH =
5–9

3. Lekosit :
Indoxyl ester + granulocyte
esterase

Indoxyl + garam
diazonium  warna ungu
- Ungu terang = urine normal
- Ungu tua = patologis.
46
4. Nitrit : Tes Griess’s
Sufanilamidamin + NO2 garam
diazonium
( ggs. aromatik ) (bufer asam)
3hidroksi-1,2,3,4
tetrohidro-7,8 bezoquinolin
(merah)

5. Darah :
Hemoglobin
+ organik
hidroperoxid
Mioglobin (2,5
dimetil– 2,5 dihidroperosiheksan)
Biru hijau  hijau
Bedakan Hemoglobin dengan 47
6. Protein
Tetra Bromfenol Biru
PH = 3  kuning
+
protein 
hijau – biru
( tergantung  protein )

48
TES PROTEIN URINE
HASIL CARIK UJI PEMANASAN SULFOSA

Positif Albumin Albumin Albumin


5-10mg/dl 5-10 mg/dl 0,25 mg/dl
Globulin Globulin
Bance-Jones Bance-
Jones
Positif Disinfeksi Fosfat Sulfonamid
Palsu Urat Penicilin
Tolbutamid Klor of orm
Negatif Urine encer Urine alkalis
Palsu

49
7. Glukosa  cara : Enzimatik
7.1. glukosa Oksidase
- glukosa + O2  Asam glukonat + H2O2
GOD
Peroksidase
- H2O2 + Kromogen a). O-toluidin  O-toluidin + H2O
(red = m.m) (oks = biru)

hijau muda  tartrazin (kuning)
biru
Peroksidase
b). Kompleks  kompleks + H2O
Iodine Iodine
( Oks = coklat )
7.2. Hexokinase  ( lebih spesifik )

50
TES GLUKOSA URINE
Hasil Reduksi CuSO4 Glukose Oksidase

Fehling Carik celup


Benedict
Clinitest (tablet)
Positif glukosa, galaktosa Glukose
Laktose, fruktose
Maltose, Pentose
Positif Reduktor kuat; H2O2
Palsu (vit C, homogentisik hipoklorit
Antibiotik Tetrasiklin,
Kontras X Ray dll)
Negatif Bakteri >> Bakteri >>
Palsu Reduktor kuat

51
8. Keton : Reaksi Nitroprusid
Prinsip : tes Rothera
Hasil : warna ungu
( intesitas warna ≈ konsentrasi
keton )
* D.  - asam hidroksi butirat : ( - )

9. Urobilinogen
Urobilinogen +
methoxybenzendiazonium
fluoroborat
Suasana
asam
Zat warna merah Azo
52
Spesifik : untuk urobilinogen
tidak dipengaruhi : porphobilinogen,
indikan, PAS, sulfonamid, Sulfonil urea.

Negatif palsu : - Urine disimpan lama


(sinar
matahari  teroksidasi)
- Formaldehid > 200 mg / dl
- Terapi hexametilen
tetramine (hexamin) dosis >>
- Pengawet : formalin
Positif palsu : - Obat derivat azo 
phenazopyridin

53
10. Bilirubin : Reaksi Diazotasi
Bilirubin + Diazonium
(coklat) asam
Azobilirubin
(merah ungu)
* Diazonium yang digunakan :
a. 2,6 dichlorophenyl diazonium
fluoroborat
b. Diazotized 2,4 – dichloro aniline.
Syarat :
Pemeriksaan harus segera !
 - Bilirubin dalam larutan tidak stabil.
- Dengan sinar matahari  bilirubin
dioksidasi  biliverdin
54
TES BILIRUBIN URINE

Reduksi Diazo Tes Fauchet

- Tablet FeCl3 / Asam


- Carik celup

Positif Chlorfromazin Aspirin


Palsu Urobilin
Urobilinogen
Negatif Ascorbid acid Oksidasi bili
Palsu Nitrit >>
Oksidasi Bili
(>4jam)

55
SEDIMEN URINE
PEMERIKSAAN MIKrOSKOPIS
sedimen urine

 Pemeriksaan urine yang banyak digunakan untuk


deteksi adanya peyakit ginjal dan saluran kemih
 Sedimen urine berisi bahan-bahan padat terdiri
dari :
- sel ( sel darah merah, sel darah putih, sel epitel )
- torak ( hasil presipitasi protein )
- kristal dan amorf
- bahan berbentuk lain ( eksogen / endogen)

57
PEMERIKSAAN
MIKOSKOPIS
sedimen urine
Konvensional : tidak standar
hasil tidak kuantitatif  ….. /lpk , ……/lpb
… ../lp 100X , …../lp
400X
Sistem terstandar : KOVA
UriSystem
Count-6 / Count- 10
hasil kuantitatif ----- elemen / ml
( atau elemen / μ l )

Flowcytometri : hasil kuantitatif ----- elemen/ml


( atau elemen / μ l )
58
STANDARDISASI SPESIMEN
FAKTOR – FAKTOR YANG HARUS DI STANDAR KAN :

1. Sebaiknya urine pertama pagi , porsi tengah ( pekat ) --- jumlah 25-50 ml
2. 10,12,atau 15 ml urine disentrifus ( 12 ml ---standar NCCLS )
3. Waktu sentrifugasi 5 menit
4. Kecepatan  400 g ( relative centrifugal force /RCF dari NCCLS )

RCF ( g ) = 11,18 X 10 – 6 X radius (cm) X rpm 2

5. Faktor kadar dari sedimen  tergantung jumlah urine dan jumlah sedimen
6. Volume sedimen yang diperiksa  tergantung vol. sedimen pada slide,
luas area pada gelas penutup, diameter lensa obyektif mikroskop, kadar
sedimen urine
7. Pelaporan hasil  jumlah elemen ( jumlah bahan berbentuk ) per ml atau
µL urine

59
SEDIMEN URINE

SAMPEL :
1. Urine dicampur baik / merata
2. Harus selalu segar
Jika tak dapat segera diperiksa 
Urine disimpan dlm refrigerator
Pengawet : Formalin, Toluen
3. Urine pagi
4. * Tempat / botol yang bersih
* Hindarkan kontaminasi dengan bahan-
bahan  sekret vagina  sebaiknya urine
porsi tengah

60
SEDIMEN URINE
Sel :  . Darah Merah
. Darah putih
. Epitel

Torak :  . Hyalin
(cast) . Cellular
. Granular
Mikro organisme  Bakteria, ragi, dll
Spermatozoa
Mucus
Kristal : 1. Berbentuk
. Ca-oxalat
. Asam urat
. Triple phosphat
2. Amorf
. Urat, Phosphat
61
HEMATURIA
SDM dalam urine (+)
Ada 3 macam bentuk :

1. Bola (Globular)

2. Sisa-sisa fragmen (ghost cells)

3.Tepi bergerigi (crenated)


D.D
Sel ragi  “Budding”

62
63
63
Sel ragi  “Budding”

64
SEL DARAH PUTIH

Bulat > SDM


Inti sel  bintik-bintik

65
66
66
D.D.
Sel Epitel
Umumnya tidak bulat (poligonal)
Dinding lebih jelas
Inti hanya satu

67
SEL EPITEL
A. Sel epitel tubulus ginjal
- Bentuk polyhidral
memanjang atau oval
- Sitoplasma bergranula
B. Sel epitel peralihan
berasal dari : - pelvis renalis
- ureter
- kandung seni
t.d : - Epitel bulat
* bentuk bulat, berinti satu
* sedikit > SDP
- Epitel torak / berekor
* 2 – 4x > SDP
* Bentuk poligonal atau
memanjang/berekor
68
C. Epitel bertatah
• Bentuk lebar, pipih

• Kadang-kadang tepi
terlipat
• Berasal dari :

- Urethra

- Vagina

69
70
TORAK
( SILINDER , CAST )

Torak terbentuk di tubulus distal dan di duktus


koligentes dengan bahan dasar
Tamm Horsfall muco protein
yang dibentuk oleh sel-sel tubulus
Torak terbentuk kerena :
1. aliran urine ↓
2. kadar protein urine ↑
3. pH urine ↓
4. osmolalitas urine ↑

71
PEMBENTUKAN TORAK
glomerulus tubulus distalis
tubulus proksimalis

duktus koligentes

muara nefron lain


tikungan Henle

SPE

torak
Tamm Harsfall mucoprotein
dibentuk oleh sel-sel tubulus

72
PEMBENTUKAN TORAK BESAR
( broad cast )

torak terbentuk di duktus


koligentes

SPE

torak besar
(broad cast)

73
PEMBENTUKAN TORAK KECIL
(narrow cast)
lumen tubulus mengalami
penyempitan

torak kecil
( narrow cast )

SPE

74
JENIS - JENIS TORAK

1. torak hialin
2. torak granular kasar (coarse granular
cast)
3. torak granular halus ( fine granular cast
)
4. torak sel darah merah
5. torak sel darah putih
6. torak selular ( sel epitel )
7. torak lilin ( waxy cast )
75
76
76
TORAK HYALIN
( HYALIN CAST )
Presipitasi Protein di dalam tubuli

Tamm-horsfall mucoprotein
Cylinder yang jernih
Dinding paralel dan ujung yang bersudut
( Squared ends )
Gambar :

77
TORAK EPITEL
( EPITHELIAL CAST )

T.D. sel tubuli yang terlepas

78
TORAK DARAH
( BLOOD CAST )
Ada 2 Macam :
1. Torak sel darah merah = cylinder erythrocyt
batas-batas SDM (+)

79
2. Torak darah
= blood cast
batas-batas SDM (-)  homogen  merah
muda

80
FATTY CAST
( TORAK LEMAK )
Torak yang berisi butir-butir lemak
Sangat membias cahaya

81
TORAK LEUKOSIT
Pada penderita radang ginjal
Pada penderita infeksi ginjal

82
83
CELLULAR CAST / TORAK SELULER

Disintegrasi dari sel-sel  batas-


batas menghilang
 granula-granula (+)
3 macam torak granular :
1. Torak granular yang besar
= coarsely granular cast
 granulanya besar / kasar

84
85
2. Torak granular yang halus
= finely granular cast
 granula lebih halus

86
3. Waxy cast
 granulanya homogen

87
Kristal pada Urine Asam

88
Kristal asam urat
 Kuning coklat
 Pipih berbentuk rombis atau rosette

Kristal Ca – Oxalat
Pada urine asam, netral atau agak alkalis
Berbentuk pyramid ganda / seperti amplop
Tak berwarna

89
Kristal Dalam Urine Alkalis

90
Ammonium-magnesium-phosphat
(triple phosphat)
Berbentuk prisma dengan sisi
miring seperti peti mati
Tak berwarna
Bisa pada urine netral

91
KRISTAL LAIN

92
1. Cystine :
Hexagonal, warna (-)
 batu dalam ginjal

2. Cholesterol  Gangguan
aliran limfe

3. Tyrosine
Pada
penyakit
hati
4. Leucine

93
Bentukan Lain
Spermatozoa

94
Bentukan Lain
Mikroorganisme :

95
Fungi :

Sel Ragi :

96
Trichomonas

97
Telur Cacing :

98
Nilai referens untuk sedimen
urine :
Konsentrasi 12 : 1 Pembesaran
( per lapang pandang )
Sel darah merah 0-2 400x
Sel darah putih 0-5 400x
Torak hialin 0-2 100x
Sel epitel ginjal + ( sedikit ) 400x
Sel epitel transisional + ( sedikit ) 400x
Sel epitel bertatah + ( sedikit ) 100x
Bakteri Negatif 400x
Kristal abnormal Tidak ada 100x

99
Laporan Hasil Sedimen Urine

 Eritrosit …………. /lp

 Lekosit …………. /lp


 Epitel …………. /lp
 Cast …………. /lp
 Kristal ………….
 Lain lain ………….

100
FUNGSI GINJAL

FILTRASI GLOMERULUS

LAJU FILTRASI GLOMERULUS


( GFR )

101
CARA MENGUKUR GFR
1. Klirens Kreatinin
nilai klirens kreatinin = GFR

2. Kadar NPN (nonprotein nitrogen) serum


peningkatan NPN ~ penurunan GFR

non protein nitrogen : kreatinin, urea, asam urat,


guanidin, cyanate, dan
middle molecule

102
Syarat-syarat bahan untuk klirens ginjal
sebagai pengukur laju filrasi glomerulus
( GFR )

1. di filtrasi bebas di glomerulus


2. tidak di-reabsorbsi ditubulus
3. tidak di-sekresi ditubulus
4. tidak di-metabolisme

Bahan yang memenuhi syarat diatas hanyalah :


INULIN suatu bahan eksogen
103
KREATININ
1. Berasal dari perubahan kreatin fosfat kreatinin 2.
Produksi 24 jam relatif konstan
3. Difiltrasi bebas di glomerulus
4. Tidak direabsorpsi di tubuli ginjal
5. Di sekresi di tubuli ginjal ( kadar di plasma ↑ sekresi ↑ )
6. Tidak mengalami metabolisme
7. Penentuan kreatinin di laboratorium mudah, tetapi tidak spesifik

Prinsip penentuan kreatinin ( reaksi Jaffe ) :


kreatinin + as.pikrat kreatinin pikrat
kreatinin pikrat ( wana merahsuasana
) basa fotometer
Reaksi ini dipengaruhi oleh noncreatinin chromogen ( protein,glukosa,as.urat,
dan keton)

Hasil penentuan kreatinin : 0,2 - 0,3 mg/dl lebih tinggi

104
PEMERIKSAAN KLIRENS KREATININ

1. Mengumpulkan urine selama 24 jam ( harus tepat )


2. Mengukur volume urine 24 jam untuk menentukan
volume (produksi) urine permenit
3. Mengambil contoh darah
untuk penentuan kreatinin serum
4. Mengukur tinggi dan berat badan untuk menentukan
luas permukaan tubuh ( nomogram Du Bois )
5. Menghitung klirens kreatinin dengan rumus

105
RUMUS KLIRENS KREATININ
nilai normal
Klirens kreatinin ♂ : 117± 20 ml/mn
UV 1,73 ml ♀ : 108 ± 20 ml/mn

P X lpt menit

U = kadar kreatinin urine (24 j) --------------------- mg/dl


P = kadar keatinin serum ---------------------------- mg/dl
V = volume ( produksi ) urine per menit ---------- ml/mn
lpt = luas permukaan tubuh ------------------------ m 2
1,73 = lpt standar dalam m2 ( BB = 70 kg TB = 1,7 m )

106
Cara mendapatkan
luas permukaan tubuh
dengan nomogram
Du Bois

Contoh :

Tinggi badan = 167 cm


Berat badan = 60 kg

Luas permukaan tubuh =

1,65 m 2

Dr.med. Puruhito
Dasar-dasar pemberian cairan dan elektrolit
pada kasus kasus bedah 107
KESALAHAN PENGUKURAN KLIRENS KREATININ

DAPAT DISEBABKAN OLEH :

1. Penampungan urine tidak tepat 24 jam

2. Produksi urine terlalu rendah ( < 2 ml/mn )

3. Melakukan latihan pada saat penampungan urine

108
cara lain menilai GFR

formula Cockroft – Gault :


( this equation was developed to predict CrCl, but has
been used to estimate GFR )

( 140 – age ) ( weight in kg )


CrCl = --------------------------------------- X 0.85 if
female
( S Cr ) X 72

109
cara lain menilai GFR
formula MDRD
( Modification of Diet in Renal Disease )

GFR ( ml/min/ 1.73 m 2 ) =


186 X ( Serum Creatinine) -1.154 X ( age ) -0.203
X ( 0.742 if female ) X ( 1.210 if African –
American )

110
111
TINGKATAN ( STAGING ) PENYAKIT GINJAL
KRONIS

1. Kerusakan ginjal minimal GFR ≥ 90 ml/mn/1,73 m 2

2. Kerusakan ginjal ringan GFR 60 - 89 ml/mn/1,73 m 2

3. Kerusakan ginjal sedang GFR 30 - 59 ml/mn/1,73 m 2

4. Kerusakan ginjal berat GFR 15 - 29 ml/mn/1,73 m 2

5. Gagal ginjal GFR < 15 ml/mn/1,73 m 2

112
PEMERIKSAAN KREATININ DAN UREA
SEBAGAI PENGUKUR FUNGSI GINJAL

FUNGSI GINJAL kreatinin


serum↑
urea serum↑
NPN lain↑

Nilai normal kreatinin serum : 0,6 - 1,3


mg/dl
urea serum : 20 - 30
mg/dl
( "BUN"
113 : 10 - 20
<> Penyakit ginjal tidak selalu
menyebabkan
gangguan fungsi ginjal

<> Gangguan fungsi ginjal dapat


disebabkan
oleh gangguan atau penyakit diluar
ginjal
( syok, gagal jantung, anemia berat, penyakit berat)

114
Cystatin C

Protein yang diproduksi oleh semua sel berinti


berat molekul : 13,3 kDa
di sekresikan kedalam darah dengan kecepatan
konstan
di filtrasi bebas di glomerulus dan di katabolisme
ditubulus proksimal
nilai rujukan dalam serum 0,55 – 0,99 mg/l

115
Cystatin C
Kadar cystatin C dalam serum tidak dipengaruhi
oleh :
umur
masa otot
jenis kelamin

Sebagai pengukur penurunan GFR ( fungsi ginjal ) kadar


cystatin C serum lebih sensitif dibanding
kadar kreatinin serum

116
Gangguan ginjal akut
( acute kidney injury )

Gangguan ginjal akut (dulu disebut gagal ginjal akut)


ditandai :

- penurunan fungsi ginjal secara mendadak (dalam


48 jam)
- peningkatan kreatinin serum ≥ 0,3 mg/dl ( mutlak )
- peningkatan kreatinin serum ≥ 50% atau 1,5 x
semula
- produksi urine < 0,5 ml per jam selama lebih dari
6 jam

117
biomarker baru
gangguan ginjal akut

Serum : cystatin-C
NGAL
( neutrophyl gelatinase-associated lipocalin )

Urine : KIM-1 ( kidney injury molecule -1 )


Urine NGAL
Urinary IL-18
Urine cystatin-C

118
Cystatin-C
(nilai rujukan, nilai normal)

Immunoassay-nephelometry

Serum Cystatin-C  men 0.56 – 0.98 mg/l


women 0.52 – 0.90
mg/l

Urine Cystatin-C  0 ( kosong )

119
NGAL
Human NGAL - 178 amino-acids/ 25 kDa
Expressed by neutrophils and other
epithelial cells including PCT (proximal convulated tubules)
Sensitivity and spesificity 75-85% , cut - off 150 ng/ml
Serum and Urine NGAL markedly elevated within 2 hrs

Reference value : 37-106 ng/ml (plasma EDTA)


0.7 – 9.8 ng/l or less than 20 ng/ml ( urine )
2 hours urine NGAL  Clinical sensitivity 79% %
( cut off = 105 mg/ml) Clinical specificity %92%

120
Terima kasih

121

Anda mungkin juga menyukai