Anda di halaman 1dari 38

UJIAN STASE ANESTESI

“GENERAL ANESTESI DENGAN


FACEMASK PADA OPERASI POST
LAPAROTOMI DRAINAGE”

DISUSUN OLEH:
I GEDE NANDA GIRI GOWINDA (42180270)

DOSEN PENGUJI:
DR. PANDIT SAROSA H, SP. AN (KAR)
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. S
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 57 tahun
• Tanggal Lahir : 13 Agustus 1962
• Alamat : Wonocatur, Banguntapan, Bantul
• No RM : 02-xx-xx-94
• Masuk RS : 01 Oktober 2019

2
ANAMNESIS

▪ Keluhan Utama: Perut terasa sangat kembung

▪ Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengeluhkan rasa kembung yang tak tertahankan
usai dilakukannya operasi “laparotomi eksplorasi suspek app” pada
tanggal 02 Oktober 2019 hingga tanggal 09 Oktober 2019. Pasien
sempat naik suhunya setelah dilakukan laparotomi namun sekarang
sudah mendingan.

3
ANAMNESIS
• DM (-), HT (+), penyakit jantung (-), merokok (-), alkohol
RPD (-), asma (-), riwayat operasi dan bius (-)

• HT (+), DM (-), penyakit jantung (-)


RPK

• Tidak ada
Riw. Alergi

4
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Kepala
Mata : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), jejas (-), massa (-), krepitasi (-)
Telinga : Keluar cairan jernih tidak berbau dari telinga kiri/telinga kanan
dbn, deformitas (-/-), tanda radang (-/-)
Mulut : Bibir lembab, pucat (-), lidah kotor (-)

▪ Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), jejas (-)

5
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Thorax
Paru
 Inspeksi : Gerakan dada simetris, retraksi interkosta(-), jejas (-)
 Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-), fremitus kanan kiri DBN,
ketinggalan gerak (-)
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler(+/+), ronki (-/-) , wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC 5 linea midclavicular
sinsistra
 Perkusi : Tidak ada kardiomegali
 Auskultasi: Suara jantung S1/S2 reguler, suara tambahan (-)

6
PEMERIKSAAN FISIK
▪ Abdomen
 Inspeksi : kenceng, distensi (+), jejas (-)
 Auskultasi : peristaltik usus (+)
 Perkusi : timpani semua regio
 Palpasi : nyeri tekan (+) RUQ, hepatosplenomegali (-)

▪ Ekstremitas
 Akral teraba hangat, capillary refill < 2 detik, edema (-/-).

7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11,5 gr/dl (L) 13.2-17.3 gr/dL
Leukosit 8.84 ribu/mmk 4.5-11.5 ribu/mmk

Hematokrit 34,6% (L) 40-54 %


Trombosit 250 ribu/mmk 150-450 ribu/mmk
Eritrosit 4.35 juta/mmk (L) 4.50-6.20 juta/mmk
Hitung Jenis
Eosinofil 6.9 % 2-4 %
Basofil 1,2 % 0-1 %
Segmen Neutrofil 63.6 % 50-70 %
Limfosit 22.0 % 18-42 %
Monosit 6,4 % 2-8 %
8
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Glukosa darah 137 mg/dL 70-140
sewaktu
Ureum 40.8 mg/dL 17.0-54.0
Creatinine 1.13 mg/dL 0.73-1.18

9
10
DIAGNOSIS BEDAH
▪ Pneumoperitoneum

11
DIAGNOSIS ANESTESI
▪ ASA II (Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada
keterbatasan fungsional)

12
OPERASI PEMASANGAN DRAINAGE PADA
PASIEN POST LAPAROTOMI
Dilaksanakan pada Rabu, 09 Oktober 2019
Dokter Operator : dr. Hendro W, Sp.BD
Dokter Anestesi : dr. Dijah P. S. M., Sp.An

13
ASSESMENT PRA ANESTESI DAN SEDASI
 Tingkat Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
 Tekanan Darah : 120/83mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,2˚ C
 Napas : 20 x/menit
 Skala nyeri : VAS 6
 Berat Badan : 80 kg Mallampati Score

14
KRITERIA SCORE
LOOK
• Facial trauma 0
• Large incisors 0
LEMON • Beard or moustache 1
SCORE • Large tongue 0

EVALUATE THE 3-3-2 RULES


• Interincisors gaps (≥ 3 fingers breadths) 0
• Hyomental distance (≥ 3 fingers breadths) 0
• Thyromental distance (≥ 2 fingers breadths) 0

Mallampati classification
Class 1 0
Obstruction to neck 0
Neck mobility 0
15 Total 1
ASSESMENT PRA ANESTESI DAN SEDASI
 Riwayat penyakit : Apendisitis

 Riwayat alergi :-

 Riwayat transfusi darah :-

 Riwayat merokok :-

 Riwayat konsumsi alcohol :-

 Status psikiatri : Cukup tenang

 Risiko pasien jatuh : Ringan

16
ASSESMENT PRA ANESTESI DAN SEDASI
 Status fisik : ASA II

 Diagnosa medis : Post Laparotomi Drainage

 Rencana anestesi : General Anestesi dengan Facemask

 Instruksi pra anestesi :


 Puasa 8 jam sebelum operasi
 Infus RL

17
Assessment Pra Anestesi
Koinduksi Induksi

• ASA II • Fentanyl 100 mcg • Propofol 100 mg

Preoksigenasi dengan face


Maintenance Hilangnya kesadaran
mask dan memasang OPA
Apneu
• Facemask terpasang
• O2 + N2O dihubungkan ke • Reflek bulu mata (-)
• Sevoflurane ventilator

Lain-Lain
As Traneksamat 500mg,
O2 murni tanpa gas Recovery
Tramadol 100mg, lain • Post Anaesthetic
Room Discharge Scoring
Ondansentrn 4mg System
Ketorolac 30 mg • Hingga pasien sadar
18 penuh
HEMODINAMIK DURANTE OPERASI
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
10:30 10:35 10:40 10:45 10:50 10:55 11:00
Sistolik 172 163 170 140 124 142 147
Diastolik 107 106 97 97 87 107 108
19
Nadi 101 102 103 98 75 73 82
POST ANESTHESIA DISCHARGE SCORING
SYSTEM (PADSS)
Kriteria/Jam 11.15

Hasil Skor

Frekuensi Nadi 86 x/menit 2


Tekanan Darah 130/75 mmHg 2
Aktivitas Butuh bantuan 1

Mual/Muntah Minimal/tanpa obat 2

Nyeri Sedang 2

Perdarahan Minimal/tidak ganti perban 2

Total PADSS 11
20
KLASIFIKASI AMERICAN SOCIETY OF
ANETHESIOLOGIST
KLASIFIKASI ASA DESKRIPSI
KELAS I Pasien normal, sehat fisik, dan mental
KELAS II Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada
keterbatasan fungsional
KELAS III Pasien datang dengan penyakit sistemik sedang hingga
berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi

KELAS IV Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam


hidup dan menyebabkan keterbatasan fungsi

KELAS V Pasien yang tidak dapat hidup/bertahan dalam 24 jam


dengan atau tanpa obat
21
FACEMASK

Alat bantu nafas yang ditempatkan di area


hidung hingga mulut
Indikasi Kontraindikasi
Pasien dengan elektif (puasa Pasien beresiko tinggi aspirasi
cukup) isi lambung
Jika ET gagal, emergency Sulit membuka/ektensi mulut

Operasi < 2 jam Pasien yang butuh ventilasi


mekanik dalam waktu yang
lama
22 Operasi tidak di jalan napas Operasi daerah mulut/jalan
TIPE FACEMASK

Open Facemask Closed Facemask

23
24
Jenis Anestesi:
 Umum:
TIVA
Inhalasi
ANESTESI
 Regional:
Spinal
Epidural
Hilangnya seluruh modalitas dari sensasi Peripheral Nerve Block
yang meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan,
suhu, posisi/propioseptif dengan atau tanpa
hilangnya kesadaran.
(Buku Kuliah Anestesi, 2016)
Trias Anestesi:
 Hipnotik/sedatif
 Analgesia
 Relaksasi otot

25
GENERAL ANESTESI

General anestesi (GA) adalah blokade nyeri Tujuan :


dari seluruh tubuh yang mengakibatkan  Menghilangkan nyeri
depresi saraf pusat yang reversibel dengan  Membuat tidak sadar
menggunakan obat-obatan secara intravena,  Menyebabkan amnesia yang bersifat
inhalasi, atau kombinasi keduanya. reversibel dan dapat diprediksi.

26
JENIS GENERAL ANESTESI

TIVA GA Intubasi ET

GA LMA
(Laringeal Mask GA Facemask
Airway)
27
PREMEDIKASI  Mengurangi sekresi
 Memperkuat efek hipnotik
 Mengurangi mual muntah pasca operasi
Merupakan pemberian obat-obatan
pada periode 1-2 jam sebelum  Menimbulkan amnesia
induksi anestesi.  Mengurangi cairan lambung
 Menghindari terjadinya vagal refleks
 Membatasi respon simpatoadrenal

28
• Golongan Analgetik Opioid
• Bekerja pada reseptor  µ,к,δ
• Dosis: 1-2 mcg/kgBB (dosis premedikasi)
• Sediaan: 100 mcg/2 ml

Fentanyl • Indikasi: Suplemen analgetik narkotika pada anestesi regional atau


general
• Kontraindikasi: Asma serangan akut, alkoholisme akut
• Efek Samping: Kekakuan otot, mual, muntah, menggigil pasca bedah

29 PREMEDIKASI
Suatu rangkaian proses transisi dari
sadar penuh sampai hilangnya
INDUKSI kesadaran sehingga memungkinkan
untuk dimulainya operasi.

 Induksi anestesi terdiri dari pemberian obat


anestesi hipnosis melalui intravena.
 Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak 30 –
60 detik dan cepat turun karena proses redistribusi
dari obat.
 Perubahan konsentrasi plasma secara cepat
mengakibatkan perubahan tingkat penekanan
susunan saraf pusat.

30
• Reseptor GABA A menjadi lebih peka terhadap neurotransmitter GABA
reseptor GABA diaktifkan  peningkatan konduksi ion chlorida
transmembran  hiperpolarisasi membran sel post sinaps dan inhibisi
fungsi neuron post sinaps  menekan aktivitas sistem saraf

• Propofol ↓ cerebral blood flow dan cerebral metabolic rate for oxygen
(CMRO2)  ↓ ICP dan intraocular pressure

Propovol • Propofol vasodilatasi arteri dan vena  ↓ preload dan afterload ↓ BP

• Propofol  respiratory depressant dan apneu setelah dosis induksi

INDUKSI
31
•Onset: 15-45 detik

•Durasi: 8-10 menit

•Dosis: 1-2,5 mg/kgBB (sleeping dose)

•Sediaan: 10 mg/ml

Propovol
•Indikasi: Induksi dan pemeliharaan anestesi umum, sedasi pada pasien yang memakai ventilator
dan mendapat perawatan intensif

•Kontraindikasi: Penyakit hepar, asidosis metabolik, pasien hipovolemik

•Efek Samping: Penurunan tekanan darah, nyeri di tempat suntikan

INDUKSI
32
MAINTENANCE

Zat yang digunakan:


Tujuan
O2
 Mempertahankan kedalaman
anestesi N2O
 Memberikan obat terus-menerus Gas lain: isoflurane/aeranne, sevoflurane
dalam dosis tertentu

33
•Bekerja pada aktivitas otak dengan menurunkan CMR (cerebral metabolism rate) dengan menurunkan kecepatan aliran darah pada otak

•Pemakaian anestesi inhalasi melalui inhalasi dari paru yang diteruskan ke seluruh jaringan melalui darah. Obat-obat anestesi inhalasi
digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi.
Anestesi
•Bersifat volatile (mudah menguap) dan gaseous (gas).
Inhalasi

•Sebagai muscle relaxant (non-depolarisasi)


•Masuk dan berikatan pada reseptor nikotinik di endplat motorik → menimbulkan blokade motorik → efek ini
melemahkan transmisi neuro muskulus dan menghilangkan kemampuan inhibitor asetilkolinesterase
•Dosis: 0,3-0,5 mg/kgBB
•Sediaan: 25 mg/2,5 ml
•Onset: 2-3 menit
Antracurium
•Durasi : 20 – 40 menit
(Tramus) •Efek samping: Hipotensi, bronkospasme
•Kontaindikasi: Pasien alergi terhadap tambahan benzyl alcohol

34 MAINTENANCE
•Analog dari asam aminocaproic bekerja sebagai synthetic inhibitor fibrinolytic yang secara kompetitif
menghambat aktivasi plasminogen, Menghambat fibrinolysis dengan menganti plasminogen dari fibrin
•Dosis: 10 mg/kgBB
•Sediaan: 500 mg/5ml
Asam •Kontraindikasi: Penyakit tromboembolik, gangguan ginjal berat

Tranexamat •Efek Samping: Mual, muntah, pusing pada injeksi intravena cepat

•Analog kodein sintentik yang merupakan agonis reseptor µ lemah


•Mengikat reseptor µ-opioid  reseptor opioid diaktifkan oleh peptide endogen dan eksogen ligand  pengikatan dengan
neuron dopaminergik  memodulasi hiperkarbia, hipoksemia, miosis, dan penurunan motilitas saluran cerna
•Dosis sedasi: 1 mg/kgBB
•Sediaan: 100mg/2ml
•Indikasi: nyeri sedang hingga berat
•Kontraindikasi: Epilepsi
Tramadol •Efek samping: Mual, muntah,pusing, mulut kering, sedasi, depresi pernapasan, konvulsi
•Antidotum: Naloxon 0,4 – 0,8 mg

35
•5-HT3 antagonist

•Menghambat mual dan muntah pada pusat muntah dan chemoreceptor trigger zone tetapi
sebagian besar menghambat di perifer pada extrinsic intestinal vagal dan afferen dari spinal

•Dosis: 0,1-0,2 mg/kgbb IV

•Sediaan: 4 mg/2ml

Ondancetron •Indikasi: Mual muntah

•Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap ondansetron

•Efek Samping: Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada epigastrium

36
DAFTAR PUSTAKA

Angkejaya, Ony Wibriyono. (2018). OPIOID. Vol 11. No 1. Ambon: Molucca Medica

Katzung. (2012). Basic and Clinical Pharmacology. 12th ed. San Fransisco: McGraw-Hill.

Latief, Suryadi, Dachlan.(2009). Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: FK UI

Morgan and Mikhail. (2013). Clinical Anesthesiology. 5th ed. San Fransisco: McGraw-Hill

Boyd Nicholas, et al. (2012). Clinical Overview Articles, Update in Anaesthesia, Using a Facemask
During Anesthesia. Derriford Hospital Plymouth, Devon, UK

37
Terima Kasih

38

Anda mungkin juga menyukai