Anda di halaman 1dari 18

TUGAS HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL

- Adi Papa Samto Hermanto Hotong


1802010546

- Aljufri Ahmad
1802010009
ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM
PERDATA INTERNASIONAL
(Perkara No: 3215 K/ PDT/2001)

Perkara perdata mengenai perbuatan melawan hukum dengan


nomor perkara No: 3215 K/ PDT/2001 yang diunduh dari direktori
putusan Mahkamah Agung . Perkara ini adalah perkara antara
mantan Presiden Indonesia H.M. Soeharto Warga Negara Indonesia
bertempat tinggal di Jalan Cendana No. 8 Jakarta Pusat. melawan
TIME INC. ASIA Badan Hukum yang berkedudukan di 34/K Citicorp
Center, 18 Whitfield Rd. Causeway Bay, Hong Kong
FAKTA DALAM KASUS

Isu kunci dalam kasus ini adalah pertanggungjawaban perdata


dalam hal perbuatan melawan hukum dimana H.M. Soeharto
yang adalah Penggugat mendalilkan bahwa TIME. INC ASIA
yang selanjutnya disebut Tergugat telah melakukan tindakan
penghinaan dengan melakukan pemberitaan tentang Penggugat
pada majalah TIME edisi Asia tanggal 24 Mei 1999. Akibat dari
pemberitaan yang dilakukan oleh Tergugat maka penggugat
merasa telah dirugikan karena merasa nama baiknya sebagai
mantan Presiden Republik Indonesia maka penggugat
melakukan gugatan perdata yaitu perbuatan melawan hukum
berdasarkan pasal Pasal 1365 KUH Perdata
Sumber permasalahan dalam kasus ini adalah pada 24 Mei
1999 majalah Time edisi Asia volume 153 Nomor 20,
menurunkan laporan utama mengenai kekayaan keluarga
Soeharto, dengan judul sampul ”Suharto Inc.: How Indonesia’s
Longtime Boss Built Family Fortune”. Karena pemberitaan soal
kekayaan keluarga Soeharto, keluarga Soeharto mengirim
somasi kepada majalah Time sebanyak dua kali. Inti surat
peringatan itu, kuasa hukum Soeharto menilai pemberitaan
dan pernyataan Time bersifat tendensius, insinuatif, dan
provokatif Karena somasi tidak ditanggapi, kuasa hukum
Soeharto mengadukan Time Asia, secara perdata, berdasar
Pasal 1365 KUH Perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
pada 2 Juli 1999. Dalam gugatannya, pengacara Soeharto
mengugat Time Asia telah melakukan perbuatan melawan
hukum sebagaimana diatur pasal 1365 KUH Perdata
PERUMUSAN MASALAH
Dalam menganalisis kasus di atas ada beberapa masalah yang
harus di jawab yaitu:
1. Hakim/forum yang menghadapi persoalan berupa sekumpulan
fakta hukum yang mengandung unsur asing, harus menentukan
apakah perkara tersebut mengandung persoalan HPI beserta
segala konsekuensinya (titik taut primer)
2. Penentuam ada/tidaknya kompetensi/wewenang yuridiksional
forum untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara
yang bersangkutan
3. Menentukan sistem hukum intern negara apa yang harus
diberlakukan untuk menyelesaikan perkara/menjawab persoalan
hukum yang mengandung unsur asing itu
4. Menyelesaikan perkara dengan menggunakan/memberlakukan
kaidah-kaidah hukum intern dari lex causae
PENYELESAIAN
Dari berbagai definisi mengenai Hukum
Perdata Internasional (HPI) dapat
disimpulkan bahwa Hukum Internasional
dan HPI sama-sama mengatur hubungan
atau masalah yang melintasi batas negara
(ada unsur asingnya). Maka dalam melihat
di mana adanya unsur asing, kita harus
melihat adanya titik pertalian
III.1 Titik-titik Pertalian
(Titik Taut)
Titik-titik pertalian terbagi atas Titik Pertalian
Primer (TPP) dan Titik Pertalian Sekunder
(TPS). Definisi TPP adalah “hal-hal dan
keadaankeadaan yang menyebabkan berlakunya
sesuatu stelsel hukum”. TPP adalah hal-hal dan
keadaan-keadaan yang melahirkan atau
menciptakan hubungan HPI, karena terdapatnya
TPP ini lahirlah hubungan-hubungan HPI.
Apabila tidak ada TPP maka hubungan hukum
bersangkutan tidak merupakan hubungan HPI
melainkan hubungan intern belaka.
Hubungan Dengan Kasus
Soeharto Vs Majalah TIME
Dalam hubungannya dengan kasus ini, kami melihat adanya
titik taut primer
1.Kewarganegaran.
Dalam hal permasalah ini dikarenakan kasus antara orang dan badan
hukum maka TPP kewarganegaraan di kaitkan dengan orang dimana
penggugat yaitu H.M. Soeharto adalah warga Negara Indonesia. dan
penggugat terikat pada hukum nasional Indonesia
2. Domisili
Penggugat selain memiliki kewarganegaraan indonesia juga memiliki
domisili tinggal di wilayah Indonesia yaitu di Jalan Cendana No. 8
Jakarta Pusat.
3.Tempat kedudukan badan hukum
Tergugat dalam hal ini TIME INC. ASIA merupakan badah hukum,
dimana badan hukum yang dimaksud memiliki tempat kedudukan
dimana TIME INC ASIA memiliki kedudukan di 34/K Citicorp Center, 18
Whitfield Rd. Causeway Bay, Hong Kong. dimana jika melihat teori
badan hukum maka seharusnya TIME INC ASIA mempergunakan
hukum nasional Hong Kong
Kualifikasi

Kualifikasi adalah menata sekumpulan fakta yang terjadi dalam


suatu permasalahan hukum sehingga dapat di temukan dasar
yuridis untuk menyelesaikannya. Dalam kasus ini penggugat
menggugat ke pengadilan di Indonesia maka hukum yang di
gunakan adalah hukum nya hakim dalam hal ini hukum
nasional Indonesia maka kualifikasi atas fakta yang ada
menggunakan pengaturan yuridis hukum nasional Indonesia.
Perbuatan melawan hukum yang di lakukan
Majalah Time
1 Fakta
Majalah Time telah memuat tulisan dan gambar tentang Penggugat
dalam "Time" Magazine terbitan Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999 Vol. 153 No.
20, mulai halaman 16 sampai dengan halaman 28, khususnya halaman
sampul, halaman 16, 17 dan 19, bahwa pada sampul depan "Time" Magazine
dimuat "SUHARTO INC. How Indonesia's longtime boss built a family fortune"
(Perusahaan SUHARTO "Bagaimana pimpinan Indonesia sekian lama
membangun kekayaan keluarga") namun dalam kenyataannya menurut
hukum tidak ada dan tidak benar apa yang disebut sebagai Suharto Inc.
Lalu bahwa pada halaman 16 dan 17 terdapat gambar
H.M.Soeharto sedang memeluk gambar rumah mewah. Gambar tersebut
menimbulkan kesan seakanakan Penggugat sebagai seorang yang serakah
padahal rumah itu bukan milik penggugat. Karenanya merupakan penghinaan
dan pencemaran nama baik dan atau perbuatan melawan hukum. Pada
halaman 16 juga memuat kata-kata “terdapat laporan-laporan bahwa
uang dalam jumlah yang sangat besar yang terkait dengan Indonesia
telah dialihkan dari sebuah bank di Swiss ke bank lain di Austria, yang
saat ini di anggap sebagai surga uang aman bagi deposito-deposito
rahasia”.
Tinjauan Yuridis Perbuatan melawan
hukum

Perbuatan melanggar hukum adalah salah satu jenis


kualifikasi gugatan dalam hukum perdata berdasarkan
Rangkuman Jurisprudensi Mahkamah Agung RI tentang
hukum perdata, secara materil PMH diatur dalam pasal
1365 Kitab Undang undang perdata
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian tersebut”
Perbuatan melawan hukum dapat di buktikan dengan
menganalisis kasus menggunakan Unsur-unsur perbuatan
melanggar hukum yakni:
1. Adanya suatu perbuatan dan perbuatan itu
melawan hukum, yaitu Suatu perbuatan melawan
hukum diawali oleh perbuatan si pelakunya. Umumnya
diterima anggapan bahwa dengan perbuatan di sini
dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (secara aktif) maupun
tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), dalam hal kasus
ini bahwa karena pihak majalah time dalam hal ini tidak
dapat membuktikan kebenaran tulisan dan gambar yang
mengandung penghinaan dan pencemaran nama baik
terhadap Penggugat, maka terbukti Tergugat telah
melakukan perbuatan melawan hukum seperti termaktub
pada Pasal 1365 KUHPerdata sehingga merugikan
Penggugat.
2. Adanya Kerugian kerena perbuatan melawan hukum.
1) Kerugian materiil, dimana kerugian materiil dapat terdiri dari
kerugian yang nyata-nyata diderita dan keuntungan yang seharunya
diperoleh. Jadi pada umumnya diterima bahwa si pembuat perbuatan
melawan hukum harus mengganti kerugian tidak hanya untuk kerugian
yang nyata-nyata diderita, juga keuntungan yang seharusnya diperoleh.
2) Kerugian idiil, dimana perbuatan melawan hukum pun dapat
menimbulkan kerugian yang bersifat idiil seperti ketakutan, sakit dan
kehilangan kesenangan hidup, hilangnya kehormatan dan nama baik
Dalam kasus ini penggugat merasa di rugikan atas perbuatan
tergugat karena gambar dan tulisan dalam majalah yang dibuat
tergugat telah tersiar secara luas dan telah melampaui batas
kepatutan, ketelitian dan sikap hati-hati, sehingga sebagai perbuatan
melawan hukum yang mengakibatkan kerugian berupa mencemarkan
nama baik dan kehormatan Penggugat sebagai Jenderal Besar TNI
(Purnawirawan) dan mantan Presiden RI
3. Harus ada kesalahan:

Harus ada kesalahan. Syarat kesalahan ini dapat diukur secara


objektif dan subyektif

 Objektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa dalam keadaan


seperti itu manusia yang normal dapat menduga kemungkinan
akan timbulnya akibat dan kemungkinan ini akan mencegah
manusia yang baik untuk berbuat atau tidak berbuat.
 Subyektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa apakah si pembuat
berdasarkan keahlian yang ia miliki dapat menduga akan
akibat dari perbuatannya.
4. Adanya hubungan causal antara perbuatan dan
kerugian. Untuk memecahkan hubungan causal antara
perbuatan melawan hukum dengan kerugian, terdapat dua
teori yaitu :
 Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang atau
badan hukum yang melakukan perbuatan melawan hukum
selalu bertanggung jawab jika perbuatannya menimbulkan
kerugian (yang dianggap sebagai sebab dari pada suatu
perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus ada untuk
timbulnya akibat).

 Adequate veroorzaking, dimana menurut teori ini si pembuat


hanya bertanggung jawab untuk kerugian yang selayaknya
dapat diharapkan sebagai akibat dari pada perbuatan
melawan hukum. Terdapat hubungan causal jika kerugian
menurut aturan pengalaman secara layak merupakan akibat
yang dapat diharapkan akan timbul dari perbuatan melawan
hukum
Unsur-unsur perbuatan melawan hukum tersebut
berlaku kumulatif, artinya harus terpenuhi seluruhnya.
Apabila unsur-unsur di atas tidak terpenuhi seluruhnya,
maka suatu perbuatan tidak dapat dikatakan sebagai
perbuatan melawan hukum sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Perbuatan melawan
hukum dianggap terjadi dengan melihat adanya perbuatan
dari pelaku yang diperkirakan memang melanggar
undang-undang, bertentangan dengan hak orang lain,
beretentangan dengan kewajiban hukum pelaku,
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum,
atau bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat
baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, namun
demikian suatu perbuatan yang dianggap sebagai
perbuatan melawan hukum ini tetap harus dapat
dipertanggungjawabkan apakah mengandung unsur
kesalahan atau tidak.
Hasil Kualifikasi & Kesimpulan

Setelah dianalisis menggunakan system kualifikasi yang berdasarkan


fakta fakta dalam permasalahan yang ada antara mantan Presiden
Indonesia H.M. Soeharto melawan TIME INC. ASIA. maka telah jelas
bahwa majalah TIME telah melakukan perbuatan melawan hukum
berdasarkan unsure yang di isyaratkan pasal 1365 kitab undang
undang hukum perdata Indonesia dan karenannya tergugat di hukum
untuk meminta maaf kepada Penggugat atas pemuatan tulisan dan
gambar tentang Penggugat dalam Time Magazine terbitan Edisi Asia
tanggal 24 Mei 1999 Vo. 153 No. 20 tersebut melalui media cetak : -
Surat Kabar Kompas, Surat Kabar Suara Pemba- ruan, Surat Kabar
Media Indonesia, Surat Kabar Republika, Surat Kabar Suara Karya ; -
Time Magazine Edisi Asia, Eropa, Atlanta (Amerika Serikat), Majalah
Tempo, Majalah Forum Keadilan, Majalah Gatra, Majalah Gamma,
Majalah Sinar ; dalam 3 kali penerbitan berturut-turut ; 4.
Menghukum membayar ganti rugi (kerugian immateriil) kepada
Penggugat sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu trilyun rupiah)
Dari hasil analisis kualifikasi yang di sebutkan tadi, kita dapat
simpulkan bahwa dalam kasus HPI ini memiliki titik taut
Sekunder TPS berupa domisili dan kewargaraan pengguggat yang
mengakibatkan di gunakannya hukum nasional Indonesia untuk
menangani perkara gugatan ini. sehingga gugatan di lakukan di
wilayah Indonesia dengan system peradilan Indonesia serta
menggunakan hukum yang berlaku di wilayah indonesia.

Ada pun pengakuan hukum asing dalam hal ini hukum nasional
Hong kong ( tempat kedudukan TIME INC sebagai badan hukum
) tidak dipergunakan/ di berlakukan oleh hakim Indonesia karena
alasan, 1. Melihat masalah PMH telah di atur dalam hukum
Indonesia di dalam KUH Perdata sehingga tidak terjadinya
kekosongan hukum , 2. Gugatan di layangkan oleh WNI yang
berdomisili di Indonesia kepada pengadilan di Indonesia, sehingga
Indonesia lebih dominan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Amar putusan pada tingat kasasi perkara Nomor : 3215
K/PDT/2001 Mahkamah Agung republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai