MI. 7. Pengelolaan Logistik p2tb
MI. 7. Pengelolaan Logistik p2tb
Tuberkulosis
PELATIHAN TB DOTS
BAGI PETUGAS DOKTER DAN PETUGAS KESEHATAN
DI HARRIS HOTEL
23-27 APRIL 2018
1
Deskripsi Singkat
2
Deskripsi Singkat
4
Deskripsi Singkat
5
Deskripsi Singkat
6
Tujuan Pembelajaran
7
Tujuan Pembelajaran
8
Tujuan Pembelajaran
10
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
A. Konsep Logistik P2TB E. Distribusi Logistik P2TB
A.1. Pengertian Logistik E.1. Prinsip Distribusi Logistik
A.2. Jenis-Jenis Logistik E.2. Perencanaan Distribusi Logistik
B. Perencanaan Logistik P2TB E.3. Pelaksanaan Distribusi Logistik
B.1. Perencanaan Logistik OAT
B.2. Perencanaan Logistik Non OAT F. Penggunaan Logistik P2TB
C. Pengadaan Logistik P2TB F.1. Penggunaan Logistik
C.1. Pengadaan Logistik F.2. Evaluasi Penggunaan Pemantauan
ketersediaan)
C.2. Permintaan Logistik
• D. Penerimaan Dan G. Manajemen Pendukung Pengelolaan Logistik P2TB
• D.1. Penyimpanan Logistik P2TB
• D.2. Penerimaan Logistik
• D.3. Penyimpanan Logistik
11
Metode Pembelajaran
12
Bahan dan Metode Pembelajaran
• Modul Logistik
• Papan Flipchart
• Kertas Flipchart
• Spidol
• Pedoman penugasan
• Pedoman observasi lapangan
13
Bahan dan Metode Pembelajaran
• Curah Pendapat
• Tugas baca
• Diskusi Materi,
• Latihan soal
• Simulasi perencanaan logistik P2TB
• Observasi Lapangan
14
Uraian Materi
15
Konsep Logistik P2TB
Pengertian Logistik
Logistik Program Pengendalian Tuberkulosis (P2TB) adalah seluruh jenis logistik yang
digunakan dalam Program Pengendalian TB, baik obat maupun non obat.
1. PERENCANAAN
DUKUNGAN MANAJEMEN:
5. PENGGUNAAN - Organisasi 2. PENGADAAN
- Dana
- Sistem informasi
- SDM
- Jaga Mutu
Jenis Logistik
18
Konsep Logistik P2TB
Jenis Logistik
Logistik OAT yang digunakan dalam P2TB adalah Obat TB, yaitu:
1. OAT Kategori 1
2. OAT Kategori 2
3. OAT Kategori Anak
Konsep Logistik P2TB
Jenis Logistik
Jenis Logistik
21
Konsep Logistik P2TB
Logistik non OAT yang digunakan dalam P2TB untuk TB yang tidak
resistan dibagi dalam dua kelompok, yaitu barang habis pakai dan tidak
habis pakai.
22
Konsep Logistik P2TB
23
Konsep Logistik P2TB
Cartridge GeneXpert
Respirator N95 bedah
Respirator N95 N95 tipe 1860,1860S dan 1870
Formulir Pencatatan dan Pelaporan TB MDR, yaitu: TB.01 s/d TB.13
MDR
Barang cetakan lainnya seperti: buku petunjuk teknis, leaflet, brosur,
poster, lembar balik, stiker, dan lain-lain
25
Konsep Logistik P2TB
Safety cabinet
Lemari penyimpanan OAT
Alat GeneXpert
Komputer
Fit test
26
Perencanaan Logistik P2TB
28
Perencanaan Logistik P2TB
Perhitungan Perencanaan Logistik P2TB
31
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Langkah – langkah :
33
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Menghitung sisa stok yang masih dapat dipakai dengan ketentuan sebagai berikut :
Kat 1 : 9 bulan dari ED
OAT yang mempunyai masa kadaluarsa tinggal 9 bulan atau kurang, dari bulan perencanaan, maka OAT tersebut
tidak dimasukkan sebagai stock.
Kat 2 : 12 bulan dari ED
OAT yang mempunyai masa kadaluarsa tinggal 12 bulan atau kurang, dari bulan perencanaan, maka OAT tersebut
tidak dimasukkan sebagai stock.
Kat Anak : 9 bulan dari ED
OAT yang mempunyai masa kadaluarsa tinggal 9 bulan atau kurang, dari bulan perencanaan, maka OAT tersebut
tidak dimasukkan sebagai stock.
Misal :
Bulan pada saat melakukan perencanaan yaitu Juni Tahun 2014
Ada OAT Kat I dengan bulan kadaluarsa Okt tahun 2014 sebanyak 20 paket
Ada OAT Kat I dengan bulan kadaluarsa Des tahun 2015 sebanyak 10 paket
Maka jumlah OAT yang dihitung sebagai stock adalah sebanyak 10 paket, karena OAT yang 20 paket mempunyai masa pakai kurang dari 9 bulan.
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
• Menghitung target atau sasaran pasien yang akan diobati pada periode tertentu.
Lihat hasil cakupan tahun lalu dari TB. 07 ditambah perkiraan peningkatan kasus.
• Menghitung perkiraan komsumsi/kebutuhan OAT setiap bulan
• Menghitung buffer stock sebesar 10% dan Kombipak (2-5%)
• Menghitung kurun waktu/periode perencanaan dan pengadaan
• Periode perencanaan dihitung mulai dari saat dilakukan kegiatan perencanaan
sampai obat tersebut dapat digunakan, biasanya pada akhir bulan kalender yaitu
Desember.
• Misal: Perencanaan untuk kebutuhan tahun 2016 dilaksanakan pada bulan Jan
2015 oleh Kabupaten/Kota dan OAT diperkirakan akan diterima di
Kab/Kota/Provinsi pada bulan Mei tahun 2016, maka periode perencanaan 35
tersebut 24 bulan (Jan 2015-Des 2016)
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Contoh Proses Perencanaan dan Pengadaan Untuk Penggunaan OAT Tahun 2016
36
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Keterangan :
Kb = Konsumsi/Kebutuhan OAT perbulan (dalam satuan paket)
Pp = Periode perencanaan dan pengadaan (dalam satuan bulan)
Ss= Stok sekarang yg masih dapat digunakan (dalam satuan paket)
Sp = Stok dalam pesanan yang sudah pasti (dalam satuan paket)
Bs = Bufer stok (dalam satuan paket) = …..% x {(Kb x Pp)– (Ss+Sp)}
37
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
38
39
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Cara Pengisian Stock OAT
• Kolom Stok OAT yg tersedia di IFK : di isi sesuai dengan stok yang tersedia di IFK sesuai
dengan kategori
• Kolom Stok OAT yang masih dapat dipakai : di isi sesuai dengan stock yang masih dapat
dipakai (kat.1 : 9 bulan dari ED, Kat.2 : 12 bulan dari ED, Kat Anak : 9 bulan dari ED)
Cara Pengisian Cakupan dan Sasaran Pasien TB
• Cakupan Tahun Lalu : di isi sesuai dengan data penduduk tahun lalu dan hasil cakupan
yang dicapai tahun lalu.
• Sasaran Tahun Perencanaan : di isi sesuai dengan data tahun perencanaan dan Target
yang akan di capai, angka ini berdasarkan target yang ditentukan oleh Penanggungjawab
Program TB sesuai dengan perhitungan dan kemampuan masing-masing Kabupaten/Kota
40
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Pertama
Cara Menghitung Kebutuhan OAT.
• Kebutuhan 1 tahun, Kat 1 : di isi dengan Kolom a : di isi sesuai dengan kebutuhan OAT 1 bulan
menjumlahkan sasaran penderita baru BTA (+) Kolom b : di isi periode perencanaan untuk setiap jenis
OAT (satuan bulan)
ditambah BTA Neg Ro (+) ditambah ekstra Paru
Kolom c : di isi sesuai dengan stock OAT yang masih
pada target tahun perencanaan. bisa dipakai.
• Kebutuhan 1 tahun, Kat 2 : di isi dengan Kolom d : di isi sesuai dengan jumlah OAT yang akan
menjumlahkan sasaran penderita Kambuh, diterima (Pusat, Provinsi maupun APBD II)
Defaulter, Gagal pada target t Kolom e : di isi dengan cara menghitung kolom (axb)-
(c+d)
• Kebutuhan Kat Anak: di isi dengan sasaran pasien Kolom f : di isi dengan (10 s/d 20) % bufer stock
anak pada tahun perencanaan Kolom g : di isi dengan mengkalikan kolom e dan f
Kolom h : di isi dengan menjumlahkan kolom e dan g
• Kebutuhan OAT triwulan untuk setiap jenis OAT
dibagi 4, sedangkan untuk kebutuhan OAT setiap
jenis obat dibagi 12.
41
Setelah melakukan perhitungan perencanaan kebutuhan OAT seperti
pada template yang telah disediakan, maka langkah selanjutnya adalah
menginformasikan perencanaan kebutuhan OAT tersebut ke Dinas
Kesehatan Provinsi menggunakan form seperti dibawah ini.
42
Contoh Kasus Perhitungan Perencanaan OAT
Pada bulan Januari tahun 2015, Dinas Kesehatan Kab Majalengka akan melakukan perencanaan
kebutuhan OAT, obat yang direncanakan tersebut akan digunakan untuk mengobati pasien pada
tahun 2016. Data stok yang tersedia di Instalasi Farmasi Kabupaten sebagai berikut :
• Kategori 1 : 127 paket KDT ed April 2015, 50 paket KDT ed Oct 2016, 4 paket Kombipak ed Agt 2016.
• Kategori 2 : 5 paket KDT ed Des 2016, 3 paket Kombipak ed Agt 2015.
• Kategori Anak : 30 paket KDT ed Okt 2015, 26 paket KDT ED Jul 2015.
Buatlah perencanaan kebutuhan OAT tersebut apabila pengadaan dari Dinas Kesehatan Kab
Majalengka untuk Kategori 1 sebesar 20 paket, Kategori 2 sebesar : 2 paket
43
Jawab
44
Jawab
45
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Kedua
48
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Kedua
49
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Kedua
50
Berikut ini contoh perhitungan kebutuhan obat :
Tentukan jumlah pasien baru yang akan diobati misalnya 100 pasien,
lalu tentukan jumlah proporsi paduan obat yang akan digunakan.
Setelah itu jumlah pasien per paduan obat akan diketahui.
51
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Kedua
52
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan OAT Lini Kedua
53
Perencanaan Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Perencanaan PP INH
Perhitungan PP INH untuk ODHA berdasarkan dari jumlah ODHA yang ada di suatu wilayah. Dari jumlah ODHA yang
mendapatkan PP INH adalah 80%. INH tersebut diberikan selama 6 bulan dengan dosis 300 mg per hari. Sedangkan
untuk vitamin B6 diberikan selama 6 bulan dengan dosis 25 mg per hari atau 50 mg setiap 2 hari sekali.
Contoh perhitungan:
• Jumlah pasien ODHA di Kabupaten X adalah 50 orang.
• Perkiraan jumlah pasien ODHA yang membutuhkan INH dan vitamin B6 sebesar 50 orang x 80% = 40 orang.
• Jumlah tablet INH yang dibutuhkan sebesar 6 bulan x 30 hari x 1 tablet x 40 orang = 7.200 tablet INH
• Jumlah tablet vitamin B6 yang dibutuhkan sebesar 6 bulan x 30 hari x 1 tablet x 40 orang = 7.200 tablet vitamin B6.
Catatan:
• 1 tablet vitamin B6 produksi dalam negeri sebesar 10 mg per tablet.
• 1 tablet vitamin B6 produksi luar negeri sebesar 50 mg per tablet.
56
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB Non OAT
• Sputum pot = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42 buah.
• Kaca sediaan = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42 buah.
• Reagensia = jumlah pasien TB BTA (+) yang akan ditemukan x (42 / 33 slide) x 1 paket
• Kertas pembersih lensa mikroskop untuk setiap laboratorium yang melakukan pewarnaan dan pemeriksaan
sediaan.
• Bahan-bahan lain, misalnya Sodium Hipoklorid 5-10%, xylol dan lain-lain.
• Formulir pencatatan dan pelaporan:
• Sejak diberlakukan sistem pencatatan dengan SITT maka formulir pencatatan yang masih digunakan dalam
program TB adalah
57
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB Non OAT
• TB.01 = jumlah pasien TB yang akan diobati.
• TB.02 = sama dengan TB.01
• TB.03 Sarana Pelayanan Kesehatan = 1 buku untuk 1 tahun
• TB.03 = tiap Kabupaten/Kota dengan pasien 500 per tahun mendapat 2 buku berisi 25 lembar @ 10 baris.
• TB.04 = tiap laboratorium yang melakukan pembacaan sediaan (PRM, PPM, RS, BKPM/BBKPM/BP4, dll) paling kurang
mendapat 1 buku berisi 100 lembar @ 10 baris.
• TB.05 = jumlah pasien BTA (+) yang akan diobati x 14 lembar.
• TB.06 = tiap Sarana Pelayanan Kesehatan paling kurang mendapat 1 buku berisi 50 lembar @ 10 baris.
• TB.09 = secukupnya.
• TB.10 = sama dengan TB.09
• TB.12 = jumlah lab. Yang melakukan pembacaan sediaan x 4 triwulan x 2 rangkap x 5 lembar @ 20 baris.
• TB.13 = sama dengan TB.07
• Rekap TB.12 Kabupaten/Kota = jumlah Kabupaten/Kota x 4 triwulan x 2 rangkap
• Rekap TB.12 Provinsi = jumlah Provinsi x 4 triwulan x 2 rangkap
58
Perencanaan Logistik Non Obat Anti
5 Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Perencanaan kebutuhan pot dahak untuk satu tahun dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. RS
Rujukan TB ROharus memastikan bahwa pot dahak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pengumpulan
dahak.
Berdasarkan perkiraan berapa banyak pasien TB RO yang akan ditangani oleh suatu fasilitas kesehatan dalam
periode waktu tertentu, maka kita dapat menghitung berapa banyak pot dahak yang diperlukan.
Untuk menghitung kebutuhan pot dahak, terlebih dahulu tentukan target penemuan pasien TB RO.
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Berikut ini contoh perhitungan perencanaan Kebutuhan pot dahak.Perkiraan kebutuhan pot dahak
pada Rumah Sakit Rujukan TB RO yang akan menangani 1 pasien per bulan :
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Setelah dipastikan seseorang sebagai pasien TB RO, maka kebutuhan pot dahak
sampai dengan akhir pengobatan adalah:
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Harus diingat!!
Pot dahak yang dipesan per triwulan harus memperhatikan hal-hal berikut:
• Jumlah kebutuhan untuk skrining
• Ditambah jumlah yang diperlukan untuk follow up
• Ditambah buffer stock
• Dikurangi jumlah stok pot dahak yang masih tersisa pada akhir triwulan
62
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
64
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
67
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
68
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
69
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Register
70
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
Respirator N95
Seperti kita ketahui bahwa penyebaran TB dengan cara transmisi udara
yaitu masuknya nucleid yang dihirup oleh penderita. Untuk mencegah
penyebaran TB maka diperlukan pengendalian infeksi yang baik.
Pengendalian infeksi tersebut bisa dengan berbagai cara yaitu
menganalisis kondisi ruangan baik di tempat layanan fasyanken dan bisa
juga pencegahan dengan cara menggunakan alat perlindungan diri. Alat
perlindungan diri bagi petugas kesehatan, pasien dan orang yang
mempunyai resiko tertular tinggi bisa mengunakan respirator N95.
Respirator N95 yang digunakan dan direkomendasikan oleh WHO untuk
pencegahan TB yaitu respirator N95 . 71
Perencanaan Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis
Perhitungan perencanaan Logistik TB RO Non OAT
• Penggunaan respirator N95 untuk satu orang bisa dipakai untuk 3 hari.
• Petugas Faskes Satelit yang menggunakan respirator N95 sebanyak 2 orang.
• Petugas RS Rujukan/Sub Rujukan yang menggunakan respirator N95 12-20 orang.
• Jumlah Faskes yang ada di wilayah tertentu.
• Periode perencanaan kebutuhan respirator N95.
• Dana yang tersedia.
• Stok yang tersedia di Faskes.
• Lead time pemesanan respirator N95 sampai barang tersebut datang.
72
• Tipe respirator N95 dan ukuran respirator N95.
Pengadaan Logistik P2TB
Pengadaan Logistik
73
Pengadaan Logistik P2TB
Pengadaan Logistik
74
Pengadaan Logistik P2TB
Pengadaan Logistik
Sebagai contoh pengadaan OAT di Pusat. P2TB Nasional (Subdit TB) akan
mengajukan usulan kebutuhan OAT sesuai hasil perencanaan (usulan
propinsi) ke Ditjen. Binfar & Alkes Kemenkes RI. dilengkapi dengan daftar
alokasi per-propinsi + buffer pusat dan spesifikasi setiap OAT yang
diusulkan.
Demikian juga dengan pengadaan logistik Non OAT P2TB.
75
Pengadaan Logistik P2TB
Permintaan Logistik
Dalam hal pengadaan logistik P2TB ini, apabila tingkat pelaksana seperti: propinsi,
kab/kota maupun faskes yang tidak dapat melakukan pengadaan logistik P2TB dari
dana didaerahnya, maka pengadaan kebutuhan logistik P2TB ini dilakukan dengan
membuat usulan atau permintaan kebutuhan logistik P2TB ke tingkat diatasnya sesuai
dengan kebutuhan yang telah dibuat dalam perencanaan logistik P2TB di wilayahnya.
Khusus untuk Faskes permintaan dilakukan bersama-sama dengan permintaan Obat
PKD dengan menggunakan Lembar Permintaan dan Laporan Pemakaian Obat.
Sebagai contoh: apabila kab/kota tidak dapat melakukan pengadaan logistik P2TB,
maka kab/kota tersebut membuat usulan/permintaan kebutuhan logistik P2TB ke
Dinkes Propinsi, demikian juga dengan propinsi, maka akan membuat
usulan/permintaan ke Pusat.
76
Pengadaan Logistik P2TB
Permintaan Logistik
78
Pengadaan Logistik P2TB
Permintaan Logistik
79
Pengadaan Logistik P2TB
Permintaan Logistik
80
Penerimaan dan Penyimpanan Logistik P2TB
Penerimaan Logistik
Penerimaan logistik P2TB baik OAT maupun Non OAT sesuai kebijakan
pengelolaan logistik satu pintu (“One Gate Policy”) dari Kementerian
Kesehatanmaka kegiatan ini dilakukan oleh pengelola gudang/Instalasi
Farmasi bersama Panitia Penerima Barang yang ada di Instansi tersebut
dan berkoordinasi dengan pengelola program TB.
81
Penerimaan dan Penyimpanan Logistik P2TB
Penerimaan Logistik
Penyimpanan logistik P2TB baik OAT maupun Non OAT sesuai kebijakan
pengelolaan logistik satu pintu (“One Gate Policy”) dari Kementerian
Kesehatan maka kegiatan ini dilakukan oleh pengelola gudang/Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan yang bersangkutan.
Dalam peleksanaan penyimpanan logistik P2TB ini harus mengikuti
persyaratan cara penyimpanan yang baik, obat maupun non obat.
83
Penerimaan dan Penyimpanan Logistik P2TB
Penyimpanan Logistik
84
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Distribusi logistik P2TB baik OAT maupun Non OAT sesuai kebijakan
pengelolaan logistik satu pintu (“One Gate Policy”) dari Kementerian
Kesehatan.
Di level Pusat pendistribusian logistik didasarkan atas sumber
pengadaan logistik tersebut, dan khusus untuk OAT Lini 1,
pendistribusian dilaksanakan oleh Direktorat Obat Publik dan Alat
Kesehatan berdasarkan permintaan Provinsi.
Pendistribusian barang logistik harus mengacu kepada Good
Distribution Practice for Pharmaceutical Product (GDP). Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pendistribusian yaitu : 85
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
86
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Personel
Semua personel yang ditunjuk untuk melakukan pendistribusian barang harus
mendapatkan pelatihan dalam hal GDP. Manajer/PIC yang ditunjuk dalam
menjalanakan perusahaan harus mempunyai pengalaman yang mencukupi untuk
memastikan barang yang didistribusikan diterima dengan baik.
Jumlah personel yang dimiliki oleh perusahaan harus mencukupi dengan jumlah
barang dan aktivitas yang akan dilakukan. Peraturan yang berlaku dalam
pendistribusian barang harus diikuti sesuai dengan hukum yang berlaku. Jenis
pelatihan yang sudah diterima untuk seluruh karyawan harus di catat dan diupdate
setiap waktu.
87
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Manajemen Kualitas
Tersedianya infrastruktur atau alat untuk menjamin sistem kualitas manajemen
dapat dilaksanakan seperti, struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
tersedia. Adanya aktivitas yang terstruktur untuk bisa memastikan produk atau
pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan sesuai dengan persaratan
kualitas yang ditentukan. Semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan distribusi
harus mempunyai tanggungjawab dalam hal kualitas dan keamanan produk. Begitu
pula dengan semua aktivitas atau produk yang dilakukan harus dapat
didokumentasikan dan dilacak sehingga dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada
pengguna jasa maupun internal perusahaan. Prosedur operasi standar untuk
kegiatan administrasi dan teknis harus tersedia dan diimplementasikan dengan baik.
88
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
89
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Labeling
Semua barang yang akan di distribusikan harus mempunyai label, yang
berisikan informasi nama barang, jumlah dan bagaimana cara
penyimpanan. Bahasa yang digunakan untuk penulisan label
diusahakan menggunakan bahasa international atau bahasa nasional
yang dimengerti oleh orang pada umumnya.
90
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Pengiriman
Barang yang didistribusikan merupakan barang hak milik pengirim.
Apabila barang yang dikirim menggunakan jasa pihak ketiga maka
pengiriman barang harus diotorisasi dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pihak ketiga yang diberi tugas melakukan
pendistribusian harus memenuhi persayaratan yang diwajibakan sesuai
dengan barang yang didistribusikan.
91
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
93
Distribusi Logistik P2TB
Prinsip Distribusi Logistik
Dokumentasi
Prosedur operasi standar harus selalu di analisis dan diupdate
disesuaikan dengan situasi terkini. Semua dokumen yang sudah di
update harus ditandatangani oleh pihak yang berwenang. Semua
dokumentasi harus disusun secara sistematis dengan tujuan
mempermudah pencarian dokumen.Penyimpanan dokumen perlu
diperhatikan agar disimpan ditempat yang aman.
94
Distribusi Logistik P2TB
Perencanaan Distribusi Logistik
95
Distribusi Logistik P2TB
Pelaksanaan Distribusi Logistik
96
Distribusi Logistik P2TB
Pelaksanaan Distribusi Logistik
Mekanisme Distribusi
Mekanisme distribusi logistik disetiap Provinsi dan Kabupaten berbeda
beda, namun pada umumnya pendistribusian logistik bisa dilakukan
dengan cara pengambilan mandiri oleh unit yang melakukan
permintaan dan bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki barang. Selain
itu pengiriman bisa dilakukan oleh internal maupun pihak ketiga.
97
Distribusi Logistik P2TB
Pelaksanaan Distribusi Logistik
Realokasi
Barang logistic yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota serta
di UPK dapat di relokasi ke Provinsi / Kabupaten / Kota dan UPK lain yang
membutuhkan, dengan tidak mengabaikan tertib administrasi dan aturan
yang berlaku. Realokasi antar Provinsi difasilitasi oleh Pusat. Realokasi antar
Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi, dan UPK oleh Kabupaten/Kota.
Realokasi OAT dapat dilakukan apabila:
• Persediaan barang logistik berlebih,sedangkan daya serap lambat dan waktu kadaluarsa pendek
• Terjadi kelebihan OAT di suatu wilayah sedangkan di wilayah lain terjadi kekurangan
• Adanya situasi darurat dalam suatu wilayah
98
99
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
100
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT tidak resistan
101
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT tidak resistan
102
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT tidak resistan
103
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT tidak resistan
104
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT tidak resistan
Paduan OAT dalam kemasan Kombipak yang disediakan P2TB hanya 2 jenis,
yaitu:
• OAT KDT Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
• OAT KDT Kategori Anak (2HRZ/4HR
Yang digunakan apabila pada penggunaan OAT FDC Kategori 1 dan Kategori
Anak terjadi efek samping sehingga pemberian salah satu jenis OAT-nya harus
dihentikan.
Tabel untuk penentuan pemberian dosis obat-obat TB kepada pasien
berdasarkan berat badan ada di MI-2 Tatalaksana Pengobatan TB.
105
“Panduan Penyiapan Paket Perorangan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Kombinasi Dosis Tetap (KDT)” terlampir.
106
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT Resistan Obat
Sejak tahun 2010 Program Nasional Pengendalian TB telah melaksanakan pengobatan pada pasien
TB yang resistan obat. Obat Anti TB (OAT) yang digunakan paduan dari OAT Lini kedua ditambah OAT
Lini pertama yang masih sensitif.
Paduan standar OAT Resistan Obat yang digunakan P2TB adalah:
Km-Lfx-Eto-Cs-Z-(E) / Lfx-Eto-Cs-Z-(E)
Km : Kanamisin
Lfx : Levofloksasin
Eto : Etionamid
Cs: Sikloserin
Z : Pirazinamid
E : Etambutol
Paduan OAT Resistan Obat digunakan untuk mengobati pasien TB yang resistan obat TB lini pertama.
107
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT Resistan Obat
108
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT Resistan Obat
109
Penggunaan Logistik P2TB
Penggunaan OAT Resistan Obat
110
Penggunaan Non OAT
Penggunaan Mikroskop
Cahaya yang berasal dari sumber cahaya (cermin atau sinar lampu)
diteruskan ke diafragma, kondensor dan kaca sediaan yang
diperiksa.Cahaya dari lensa objektif diteruskan melalui tabung
mikroskop ke lensa okuler dan selanjutnya diterima oleh mata sehingga
objek terlihat.
113
Penggunaan Non OAT
Cara menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan dahak
Letakkan mikroskop di meja yang permukaannya datar, tidak licin dan dekat
sumber cahaya.
• Bila menggunakan sumber cahaya lampu :
• Atur tegangan lampu ke minimum.
• Nyalakan mikroskop memakai tombol ON.
• Sesuaikan dengan pelan-pelan sampai intensitas cahaya yang diinginkan tercapai.
• Letakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas meja sediaan.
• Putar lempeng objektif ke objektif 10 x.
• Atur dengan tombol pengatur fokus kasar dan pengatur fokus halus sampai
sediaan terlihat jelas.
114
Penggunaan Non OAT
Cara menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan dahak
• Sesuaikan jarak antar pupil sampai gambar kiri dan gambar kanan
menyatu dengan cara menggeser-geser kedua lensa okuler karena
setiap orang mempunyai jarak antar pupil yang berbeda-beda).
• Fokuskan gambar dengan mata kanan dengan cara melihat ke dalam
okuler kanan dan sesuaikan dengan tombol pengatur focus halus.
• Fokuskan gambar dengan mata kiri dengan cara melihat ke dalam
okuler kiri dan putar. cincin penyesuai diopter sampai didapatkan
gambar yang paling jelas, baik untuk mata kiri maupun mata kanan.
• Buka iris/diafragma sampai 70 – 80%, hingga lapangan pandang terang
dengan merata. 115
Penggunaan Non OAT
Cara menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan dahak
• Teteskan minyak imersi di atas sediaan (aplikator jangan menyentuh sediaan) dan putar
lensa objektif 100 x ke tempatnya sampai berbunyi “klik”.
• Fokuskan dengan menggunakan tombol pengatur fokus halus, bukan dengan pengatur
fokus kasar sampai didapatkan gambar yang paling jelas.
• Begitu sediaan selesai dibaca, putar objektif 100 x menjauhi kaca sediaan, tempatkan
objektif 10 x di atas sediaan, lalu sediaan diambil.
• Bila telah selesai, atur kembali pengatur intensitas cahaya ke minimum dan matikan
mikroskop dengan menekan tombol OFF.
• Setiap selesai menggunakan mikroskop, bersihkan dengan hati-hati minyak emersi dari
lensa objektif 100 x dengan menggunakan kertas lensa, kondensor diturunkan, lensa pada
posisi lensa objektif terpendek. Simpan mikroskop dalam kotak mikroskop/ lemari yang
dijaga kelembabannya dengan menempatkan lampu 5 watt yang selalu menyala
116
Penggunaan Non OAT
Penggunaan Xpert/Rapid Test
119
Manajemen Pendukung Pengelolaan Logisti P2TB
Organisasi
120
Manajemen Pendukung Pengelolaan Logisti P2TB
Sumber Daya Manusia
122
Manajemen Pendukung Pengelolaan Logisti P2TB
Sistem Informasi
Manual
• Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
digunakan di fasilitas kesehatan (Faskes) seperti Puskesmas.
• Laporan Penerimaan dan Penggunaan OAT (TB.13) yang digunakan di
tingkat kab/kota dan propinsi untuk melaporkan penerimaan dan
penggunaan OAT setiap triwulan.Contoh Formulir TB.13 Kab/Kota dan
Propinsi untuk laporan OAT dan Contoh Formulir TB.13 MDR Faskes
dan Propinsi untuk laporan OAT MDR dan Non OAT MDR terlampir.
123
Manajemen Pendukung Pengelolaan Logisti P2TB
Sistem Informasi
Elektronik
Saat ini P2TB telah memiliki sistim Pencatatan dan Pelaporan secara
elektronik yang berbasis web, yaitu :
• Sistim Informasi Terpadu TB (SITT) yang digunakan untuk mencatat
dan melaporkan penemuan dan pengobatan pasien TB yang tidak
resisten.
• E-TB Manager(E-TBM) yang digunakan untuk mencatat dan
melaporkan penemuan dan pengobatan pasien TB yang resisten obat.
124
JAGA MUTU
Pengawasan mutu didefinisikan sebagai suatu konsep yang mencakup segala aspek yang
secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu suatu produk. Dasar
pemikiran pengawasan mutu:
• Mutu harus dibentuk dalam setiap desain dan proses. Mutu tidak dapat diciptakan
melalui pemeriksaan.
• Inti pengendalian mutu terpadu yang sesungguhnya terletak pada kendali mutu dan
jaminan mutu.
• Pengawasan mutu yang dilaksanakan di bidang obat meliputi:
• Standardisasi produk dan sarana
• Pre-market : pemberian nomor ijin edar, sertifikasi CPOB
• Post-market : pemeriksaan setempat, sampling dan pengujian, monitoring efek samping
125
JAGA MUTU
Logistik terutama OAT yang diterima atau disimpan di gudang
perbekalan kesehatan secara rutin harus dilakukan uji mutu. Uji mutu
ini dapat dilakukan secara organoleptik dan laboratorium. Uji
organoleptik dilakukan untuk melihat perubahan fisik sediaan yang
terjadi akibat faktor fisika maupun kimia. Untuk logistik non OAT
dilakukan sesuai dengan jenis dan karakteristik.
126
JAGA MUTU
Tindak lanjut terhadap logistik yang terbukti rusak adalah :
• Dikumpulkan dan disimpan terpisah, pemisahannya berdasarkan produk yang
memiliki nomor bets atau kode produksi yang sama
• Buat Laporan ke atasan langsung yang isinya jumlah, jenis, nomor bets dan tanggal
kadaluarsa.
• Menginformasikan ke seluruh fasilitas kesehatan yang memiliki jenis produk dengan
nomor bets yang sama untuk tidak dipergunakan lagi
• Dihapuskan dan dimusnahkan sesuai aturan yang berlaku, dan ataudikembalikan sesuai
dengan kesepakatan yang berlaku (Kontrak)
Apabila dari hasil pengujian laboratorium, mutu sediaan obat yang diuji tidak
memenuhi persyaratan maka akan dilakukan Perintah Penarikan dari Peredaran
kepada industri farmasi oleh Badan POM.
127
MONITORING LOGISTIK
128
MONITORING LOGISTIK
Tujuan Monitoring
129
MONITORING LOGISTIK
Tujuan Monitoring
130
MONITORING LOGISTIK
Waktu pelaksanaan Monitoring
131
MONITORING LOGISTIK
Monitoring logistik dapat dilakukan terhadap :
• Jumlah ketersediaan logistik
• Ketersediaan dalam jumlah dapat membandingkan antara stock yang ada dengan kebutuhan , dan
akan didapat berapa lama stock yang ada dapat memenuhi kebutuhan.
• Hasil dari perbandingan ini dapat menggambarkan bahwa stock yang ada dapat memenuhi
kebutuhan atau kekurangan maupun kelebihan.
• Masa penggunaan atau batas pemakaian (Ex pire date). Ketersediaan logistik dilihat dari
masa pemakaian (ex pire date) hasilnya akan akan memberian gambaran sbb :
• Stock banyak tetapi yang bisa dipergunakan hanya sedikit atau sebagian.
• Stock banyak tetapi tingkat kebutuhan hanya sedikit.
• Mengidentifikasi masalah, dan rencana tindak lanjut :
• Jika stock ketersediaan logistik sedikit atau tidak mencukupi sampai waktu yang ditentukan, maka
permintaan kebutuhaan harus segera dilakukan.
• Jika Stock ketersedian berlebih, maka segera dilakukan relokasi.
132
EVALUASI MATERI
133
Latihan 1. Latihan Menghitung Kebutuhan OAT
• Pada tahun 2013 Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat
mempunyai jumlah penduduk sebesar 210.030 jiwa, angka
pertambahan penduduk pertahun 2%. Berdasarkan data dari TB 07
didapatkan jumlah pasien BTA pos 134 kasus, pasien BTA neg Ro Pos 86
kasus, pasien Extraparu 12 kasus, pasien yang kambuh 4 kasus dan anak
37 kasus.
• Pada tanggal 5 Januari 2014 akan menyusun rencana kebutuhan OAT,
stock akhir bulan Desember 2013 yang ada di IFK adalah sbb :
134
1. OAT FDC / KDT:
• Kat 1 = 160 paket dengan ED April 20115
• = 50 paket dengan ED Oktober 2014
• Kat 2 = 5 paket dengan ED Oktober 2014
• Kat Anak= 20 paket dengan ED Sept 2014
• = 16 paket dengan ED Juli 2014
2. OAT Kombipak :
• Kat 1 = 4 paket dengan ED Agustus 2014
• Kat Anak= 1 paket dengan ED Juli 2014
3. Rencana OAT yang akan diterima melalui pengadaan tahun 2014, yang pelaksanaannya biasanya
pada bulan Oktober adalah sbb:
OAT FDC / KDT :
• Kat 1 = 140 paket
• Kat 2 = 12 paket
• Anak = 24 paket
4. Pada tahun 2015 melalui APBD II di anggarkan untuk membeli OAT Kat 1 sebanyak 50 paket dan
Anak 20 paket 135
• Pada tahun 2014 penduduk Kabupaten Majalengka sebesar 214.226
jiwa dengan perkiraan peningkatan cakupan rata-rata 6%, dari semua
cakupan.
136
Latihan 2. Evaluasi akhir materi
137
2. Dalam perencanaan kebutuhan OAT perlu ditambahkan buffer
stock sebagai pengaman dan OAT Kombipak untuk mengantisipasi
terjadinya efek samping OAT KDT yang jumlahnya masing-masing:
a. Buffer stock sebanyak 10% di masing-masibng level dan OAT Kombipak
sebanyak 2-5 %.
b. Buffer stock sebanyak 30-50% dan OAT kombipak sebanyak 5-10%
c. Tergantung dengan ketersediaan anggaran
d. Buffer stock diperkirakan saja dan OAT Kombipak sesuai data tahun lalu
e. Sebanyaknya agar tidak terjadi kekurangan
138
3. Dalam perencanaan kebutuhan OAT, stock yang masih bisa dipergunakan
adalah:
a. Semua OAT yang belum kadaluarsa.
b. Kategori 1 minimal 6 bulan, kategori 2 minimal 9 bulan, sisipan minimal 1 bulan
dan Anak minimal 6 bulan.
c. Kategori 1 minimal 9 bulan, kategori 2 minimal 12 bulan, sisipan minimal 4 bulan
dan Anak minimal 9 bulan.
d. Kategori 1 minimal 9 bulan, kategori 2 minimal 12 bulan, sisipan minimal 9 bulan
dan Anak minimal 9 bulan.
e. Kategori 1 minimal 9 bulan, kategori 2 minimal 9 bulan, sisipan minimal 9 bulan
dan Anak minimal 9 bulan.
139
140
REFERENSI
1. Pedoman Nasional Program Pengendalian TB, 2014.
2. Strategi Nasional Pengendalian TB, 2015-2019.
3. RAN P2TB, 2015-2019
4. Renstra Pengelolaan Obat Publik
5. Petunjuk Teknis Pengelolaan Obat.
141
LAMPIRAN
142
143
144
145