Anda di halaman 1dari 17

Oleh Kelompok 1 :

DEVINISI
Diabetes melitus
penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi
yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja
insulin, sehingga terjadi abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
Patofisologi

Hiperglikemia terjadi akibat kerusakan sel β-pankreas   pengeluaran


glukosa oleh hati (karena proses-proses yang menghasilkan glukosa yaitu
glikogenolisis & glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena insulin
tidak ada)
Ketika kadar glukosa darah  sampai jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi
kapasitassel-sel tubulus melakukan reabsorbsiglukosa akan timbul di urin
(glukosurimenimbulkan efek osmotik yang menarik air
bersamanyadiuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).
Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh  dehidrasidapat
menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah 
secara mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki,
dapat menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun /
dapat menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi
yang tidak kuat.
Gejala khas lain pada diabetes melitus adalah rasa haus
berlebihan yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh
untuk mengatasi dehidrasi akibat poliuria.
Kriteria diagnosis diabetes melitus
1. Gejala klasik Dm + glukosa plasma ≥ 200mg/DL (11.1
mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu.
3. Gejala klasik DM + Glukosa plasma ≥ 126mg/DL (7,0
mmol/L) Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/ DL(11.1
mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram
glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
Pemeriksaan Laboratorium DM

1.TTGO
2.GULA DARAH PUASA
3.PEMERIKSAAN HbA1C
1. Tes toleransi glukosa oral/TTGO
dilakukan pada kasus hiperglikemia yang:
 tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau
 glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau
bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya.
dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes
gestasional)  Skrining diabetes hamil sebaiknya dilakukan pada umur
kehamilan antara 26-32 minggu.
 Pada mereka dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining
lebih awal.
Lanjutan...
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.
Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
⇨ Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
⇨ Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya
dengan limun.
⇨ Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah
untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel
urinenya secara terpisah.
• Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan permen,
merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat. Minum air
putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.

Nilai Rujukan
 Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
 ½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
 1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
 1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
 2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
Interpretasi
a. Toleransi glukosa normal
Setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah meningkat dan
mencapai puncaknya pada waktu 1 jam, kemudian turun ke kadar 2 jam
yang besarnya di bawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L). Tidak ada glukosuria.
Gambaran yang diberikan di sini adalah untuk darah vena. Jika
digunakan darah kapiler, kadar puasa lebih tinggi 5.4 mg/dl (0.3
mmol/L), kadar puncak lebih tinggi 19.8 – 30.6 mg/dl (1.1 – 1.7
mmol/L), dan kadar 2 jam lebih tinggi 10.8 – 19.8 mg/dl (0.6 – 1.1
mmol/L). Untuk plasma vena kadar ini lebih tinggi sekitar 18 mg/dl (1
mmol/L).
b. Toleransi glukosa melemah
kurva glukosa darah terlihat meningkat dan memanjang.
Pada diabetes mellitus, kadar glukosa darah di atas 126 mg/dl (7.0 mmol/L);
jika tak begitu meningkat, diabetes bisa didiagnosis bila kadar antara dan
kadar 2 jam di atas 180 mg/dl (10 mmol/L).
Toleransi glukosa melemah ringan (tak sebanyak diabetes) jika kadar glukosa
puasa dibawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L), kadar antara di bawah 180 mg/dl (10
mmol/L), dan kadar 2 jam antara 126-180 mg/dl (7.0-10.0 mmol/L). Terdapat
glukosuria, walaupun tak selalu ada dalam sampel puasa.
Pada diabetes gestasional, glukosa puasa normal, glukosa 1 jam 165 mg/dl
(9.2 mmol/L), dan glukosa 2 jam 145 mg/dl (8.0 mmol/L).
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil
laboratorium

Penggunaan obat-obatan tertentu


Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring,
obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa
darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi.
Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
2. GULA DARAH PUASA
• Tes glukosa darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah
seseorang setelah orang tersebut tidak makan selama 8 sampai 12 jam
(biasanya semalam).
• Tes ini digunakan untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes,
memantau pasien diabetes.
• Persiapannya  dengan puasa semalaman sekitar 10-12 jam. Pagi
sebelum makan pagi diambil sampel darah guna diperiksa kadar gula
darah puasa. Nilai normal = 70 – 110 mg/d .
3. PEMERIKSAAN HbA1C
 HbA1c dikenal juga sebagai hemoglobin terglikasi,
 digunakan untuk menggambarkan komponen stabil hemoglobin yang terbentuk dari
reaksi non enzimatik lambat.
 Jumlah HbA1c yang terbentuk dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata
konsentrasi glukosa darah. pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan konsentrasi
glukosa darah rata-rata selama 1-3 bulan.
 Perbedaan : Pemeriksaan glukosa darah hanya dapat mencerminkan konsentrasi
glukosa darah pada saat diperiksa saja. Pemeriksaan HbA1c dapat memberikan
gambaran rata-rata glukosa darah selama 1-3 bulan, dan juga pada pemeriksaan HbA1c
tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, olahraga ataupun obat yang dikonsumsi.
Kriteria Pengendalian DM Berdasarkan Nilai HbA1c
 Baik : Kadar HbA1c <6,5 %
 Sedang : Kadar HbA1c 6,5 % - 8 %
 Buruk : Kadar HbA1c >8 %
Manfaat pemeriksaan HbA1c
 Mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari yang lalu
(sesuai usia eritrosit).
 Menilai efek perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya, sehingga
tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka
pendek.
 Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah
terjadinya komplikasi diabetes.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai