Anda di halaman 1dari 5

NYERI NEUROPATI [Type the document

subtitle]

PADA LANSIA
KELOMPOK 1
NYERI NEUROPATI PADA LANSIA

1. Pendahuluan
Nyeri merupakan keluhan yang sangat sering dijumpai, dan dari
segi berlangsungnya nyeri dapat akut atau kronis. Pada umumnya
penanganan nyeri secara konvensional berdasarkan pada penyebab
penyakitnya. Nyeri neuropatik termasuk dalam penyakit yang
membutuhkan penanganan dalam waktu yang relative lama dengan biaya
yang besar. Selain itu nyeri neuropatik juga dapat mengganggu kualitas
hidup yang berhubungan dengan kesehatan secara keseluruhan.

2. Definisi Nyeri Neuropati


Berdasarkan IASP nyeri neuropatik dapat didefinisikan sebagai
rasa sakit yang disebabkan olel lesi atau penyakit pada system saraf
somatosensory. Penyakit yang termasuk pada nyeri neuropati antara lain :
radikulopati servikal dan lumbal, neuropati diabetic, cancer related
neuropathy, neuralgia pasca herpes, HIV-related painful polyneuropathy,
cedera medulla spinalis, central post stroke pain, neuralgia trigeminal,
complex regional pain syndromtipe 2, dll.

3. Epidemiologi
Prevalensi nyeri neuropati berkisar antara 7-10% pada populasi
umum di Negara maju.
4. Patofisiologi
Pada penelitian eksperimental terjadi perubahan yang signifikan
fungsi deteksi nyeri dan ambang nyeri pada lansia. Terjadi pula perubahan
pada serat saraf A delta yang berfungsi untuk menghantarkan transmisi
epikritik, nyeri yang terlokalisir dan berlangsung cepat, sedangkan serat
saraf C yang berfungsi untuk transmisi protopatik, nyeri yang sulit
dilokalisir dan berlangsung lambat relatif tidak begitu terganggu. Respon
otak terhadap stimuli nyeri juga melambat.16 Perubahan-perubahan ini
dapat menerangkan terjadinya kesulitan pada orang tua untuk
mendiskripsikan dan melokalisir nyeri. Berkurangnya kemampuan untuk
memodulasi nyeri dan inhibisi desenden menyebabkan tingginya
prevalensi dan beratnya nyeri pada lansia

5. Farmakoterapi
Terapi farmakologi merupakan lini pertama pada manajemen nyeri pada
lansia. Menurut AGS semua pasien lansia yang mengalami gangguan
fungsional atau kualitas hidupnya menurun sebagai akibat dari nyeri
persisten yang dideritanya merupakan kandidat untuk terapi farmakologi.
Untuk terapi farmakologi , obat-obatan yang paling banyak dipakai adalah
golongan analgesik non opioid, opioid dan adjuvan. Pada makalah ini
hanya dibahas terapi untuk NN yaitu analgesik adjuvan dengan fokus pada
Pregabalin.
Ringkasan dari rekomendasi AGS (2009) untuk terapi nyeri
neuropatik adalah sebagai berikut :
1. Semua pasien NN adalah kandidat untuk terapi analgesik adjuvan
(strong quality of
evidence, strong recommendation).
2. Pasien fibromialgia adalah kandidat untuk trial analgesik adjuvan
(moderate quality of
evidence, strong recommendation).
3. Pasien dengan nyeri refrakter tipe nyeri yang lain mungkin adalah
kandidat analgesic
adjuvant tertentu (misalnya : nyeri punggung, nyeri temporomandibular,
nyeri kepala
difus (low quality of evidence, weak recommendation).
4. Antidepresan trisiklik (amitriptilin, imipramin, doksepin) pemakaiannya
harus sangat
hati-hati karena tingginya risiko adverse effect seperti efek kolinergik dan
gangguan
kognitif (moderate quality of evidence, strong recommendation).
5. Obat bisa diberikan tunggal atau sering dikombinasi dengan obat lain
dan terapi non
farmakologi untuk meningkatkan efektivitasnya (moderate quality of
evidence, strong
recommendation).
6. Disarankan terapi dengan dosis serendah mungkin dan dinaikkan secara
perlahan-lahan sesuai dengan respon penderita dan ada atau tidaknya efek
samping (moderate quality of evidence, strong recommendation).
Terapi non Farmakologi
Berhubung dengan seringnya terjadi efek samping obat pada lansia maka
terapi
farmakologi pada lansia sering dikombinasi dengan terapi non-
farmakologi sehingga dapat
dihasilkan penurunan skala nyeri yang memadai dengan dosis obat yang
lebih kecil. Terapi non-farmakologi antara lain : program latihan, cognitive
behavior therapy dan edukasi.
6. Kesimpulan
Nyeri neuropatik pada lansia sering unrecognized dan
undertreated. Terapi farmakologi pada lansia sering menimbulkan efek
samping sehingga harus diberikan dengan hati-hati dengan prinsip start
low go slow. Pendekatan yang disarankan adalah multidisiplin dengan
mengacu pada guideline yang direkomendasikan oleh organisasi
internasional.

Anda mungkin juga menyukai