KELOMPOK I : 1. ACHMAD FADLY AKBARI 2. ANDRIANI LESTRI DALIPANG 3. YORRY ROMMY LESAWENGEN 4. ARDIANTOMO PARANTEAN 5. VEMY SIBALA 6. DANIEL SARI PATOTTONGAN PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Agenda reformasi dalam tubuh birokrasi di indonesia ditujukan bukan lagi
sekedar untuk membangun institusi birokrasi yang profesional secara manjerial, namun bagaimana birokrasi tersebut mampu merepresentasikan konfigurasi sosial yang ada untuk menjamin keterwakilan masing-masing komunitas sosial yang telah mengakar kuat di dalam tubuh birokrasi. Pendeteksian penyakit birokrasi atau yang sering disbut patologi dalam dunia medis, sebaiknya juga dilakukan kepada birokrasi di indonesia. Hal ini dimaksudkan agar penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh birokrasi di indonesia tidak menular ke yang lainnya sebagai upaya preventif bahkan lebih dari itu bisa disembuhkan secara total meskipun membutuhkan waktu yang lama. Upaya meminimalisir penyakit birokrasi diharapkan dapat membawa perubahan terhadap pelayanan publik yang prima. Secara makro atau nasional, persoalan birokrasi di indonesia lebih didominasi kurangnya pemisahan yang jelas antara kepentingan politik dan administrasi. Masih sering dijumpai birokrat yang terlibat secara aktif dalam kegiatan politik dan juga adanya politisi yang selalu mendominasi proses-proses birokrasi sehingga kebijakan yang diambil dalam birokrasi merupakan kebijakan politik dari orang – orang yang memiliki kepentingan tertentu. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu patologi birokrasi ? 2. Apa latar belakang munculnya patologi birokrasi ? 3. Apa saja jenis-jenis patologi birokrasi ? 4. Bagaimana solusi untuk patologi birokrasi ? PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PATOLOGI BIROKRASI Pengertian Patologi Konsep Patologi berasal dari ilmu kedokteran, yang mengkaji mengenai penyakit yang melekat pada korgan manusia sehingga menyebabkan tidak berfungsinya organ tersebut. Secara etimologi memiliki arti ilmu tentang penyakit yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh. Pengertian Birokrasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Birikrasi didefenisikan sebagai : Sitem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya. Defenisi Birokrasi menurut beberapa ahli : 1) Hegel dan Karl Marx Hegel berpendapat birokrasi adalah medium yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan kepentingan partikular dengan kepentingan general. Sementara Karl Marx berpendapat bahwa birokrasi merupakan instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial laninnya, dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut. 2) Ismani Dengan mengutip pendapat dari Mouzelis, Ismani (2001) mengemukakan bahwa birokrasi dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan efisiensi yang setinggi-tingginya. Dari pandangan demikian tidak sedikitpun alasan untuk menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien. Pengertian Patologi Birokrasi Istilah patologi birokrasi dipahami sebagai kajian didalam ilmu administrasi publik untuk memahami berbagai penyakit yang melekat di dalam suatu birokrasi yang menyebabkan birokrasi mengalami disfungsional (Caiden, 1991 : 127). Patologi birokrasi digunakan untuk menjelaskan berbagai praktek penyimpangan didalam birokrasi seperti paternalisme, pembengkakan anggaran, prosedur yang berlebihan, fragmentasi birokrasi dan pembengkakan birokrasi. Menurut Risman K.Umar (2002), Patologi birokrasi adalah penyakit atau bentuk perilaku birokrasi yang menyimpang dari nilai-nilai etis, aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku dalam birokrasi. Menurut Talizuiduhu Ndraha, Mftsh Thoha, Peter M. Blau, David Obsorne, JW Schoorl, Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif atau penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani publik, melaksanakn tugas, dan menjalankan program pembangunan. B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PATOLOGI BIROKRASI Salah satu faktor penyebab timbulnya patologi birokrasi yang paling dominan adalah disebabkan rendahnya akhlak/moralitas aparatur. Rendahnya akhlak/moralitas aparatur menunjukkan rendahnya atau tidak dipergunakannya norma-norma etika sebagai acuan dalam berpikir, bertindak dan berperilaku dalam pelaksanaan tugas pekerjaan di bidangnya. Moralitas merupakansuatu dorongan dari/untuk melakukan suatu sistem atau etika, sehingga semakin tinggi kadar moralitas seseorang semakin kuat pola dorogan melaksanakan nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari, demikian pula sebaliknya kadar moralitas yang rendah, maka dorongan penerapan nilai-nilai etika semakin rendah pula. C. JENIS-JENIS PATOLOGI BIROKRASI Jenis patologi birokrasi yang lazim digunakan dalam wacana akademis di lingkungan administrasi publik untuk menjelaskan berbagai praktek penyimpangan dalam birokrasi antara lain : 1. Birokrasi Paternalistis, yaitu atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan dihormati, diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai bawahan tidak memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan atasan. Seakan-akan nyawa mereka ada dalam genggaman atasan/penguasa sehingga segala sesuatunya dilakukan untuk atasan, istilah trend-nya asalkan bapak senang (ABS). 2. Prosedur Yang Berlebihan, yaitu penyakit birokrasi yang akan mengakibatkan pelayanan menjadi berbelit-belit dan kurang menguntungkan bagi masyarakat ketika dalam keadaan mendesak. 3. Pembengkakan Birokrasi, yaitu dengan menambah jumlah struktur pada birokrasi dengan alasan untuk meringankan beban kerja dan lain-lain yang sebenarnya struktur tersebut tidak terlalu diperlukan keberadaannya. Akibatnya banyak dana APBN/APBD yang dikeluarkan oleh pemerintah yang secara tidak langsung dapat merugikan Negara. Sehingga anggaran menjadi kurang tepat sasaran. 4. Pembengkakan Anggaran, terdapat beberapa alasan mengapa hal ini sering terjadi yaitu: semakin besar anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan semakin besar pula peluang untuk memark-up anggaran, tidak adanya kejelasan antara biaya dan pendapatan dalam birokrasi publik, terdapatnya tradisi memotong anggaran yang diajukan pada proses perencanaan anggaran sehingga memunculkan inisiatif pada orang yang mengajukan anggaran untuk melebih-lebihkan anggaran, dan kecenderungan birokrasi mengalokasikan anggaran atas dasar input. Pembengkakan anggaran akan semakin meluas ketika kekuatan civil society lemah dalam mengontrol pemerintah 5. Fragmentasi Birokrasi, yaitu pengkotak-kotakan birokrasi kedalam sejumlah satuan yang masing- masing memiliki peran tertentu, pembentukan satuan-satuan birokrasi baru yang dibuat oleh pemerintah lebih sering tidak didasarkan pada suatu kebutuhan untuk merespon permasalahan publik yang semakin kompleks tetapi lebih kepada motif tertentu, sehingga fragmentasi juga menimbulkan masalah manajemen pemerintahan khususnya koordinasi antar lembaga/instansi karena tingginya egosektoral oleh masing-masing lembaga/instansi tersebut. D. SOLUSI UNTUK PATOLOGI BIROKRASI Adapun solusi yang ditawarkan untuk mengatasi patologi birokrasi antara lain adalah : 1. Perlu adanya reformasi administrasi yang global. 2. Pembentukan kekuatan hukum dan per-Undang-Undangan yang jelas. 3. Menciptakan sistem akuntabilitas dan transparansi. 4. Menegakkan Good Governance. PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Patologi birokrasi adalah penyakit dalam birokrasi negara yang muncul akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik yang menyangkut politis, ekonomis, sosial budaya dan teknologi. 2. Jenis-jenis patologi birokrasi (Dwiyanto 2011 : 97) antara lain : Birokrasi Paternalistis, Prosedur yang berlebihan, Pembengkakan birokrasi, Pembengkakan anggaran, dan Fragmentasi birokrasi . 3. Penyebab timbulnya patologi birokrasi : Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para birokrat. Patologi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana birokrasi. Patologi yang timbul karena tindakan para birokrat yang melanggar norma hokum dan peraturan perundang-undangan. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat disfungsional. Patologi yang merupakan akibat situasi dalam berbagai analisa dalam lingkungan pemerintahan. B. SARAN 1. Patologi birokrasi harus diobati dengan Aturan, System dan komitmen pengelolaan yang berorientasi "melayani, bukan dilayani", "mendorong, bukan menghambat", "mempermudah, bukan mempersulit", "sederhana, bukan berbelit-belit", "terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang". Pemerintah harus merubah paradigma lamanya dari yang dilayani menjadi pelayanan dan pengabdi masyarakat. 2. Penguatan kelembagaan untuk meningkatkan pengelolaan kualitas pelayanan pubik ini ditujukan pada pelayanan publik dengan model satu pintu dan pelayanan yang berbasis pada pelayanan administrasi dokumen. 3. Peningkatan kualitas pelayanan publik diwujudkan melalui terbentuknya komitmen moral yang tinggi dari seluruh aparatur daerah dan dukungan stakeholders lainnya. 4. Selain kepemimpinan dan tim yang tangguh, peningkatan pelayanan publik juga dipengaruhi oleh aspek kejelasan dan kepastian proses pelayanan seperti prosedur (mekanisme), biaya, hasil yang diperoleh dan waktu. 5. Sumber daya yang ada merupakan daya dukung yang signifikan demi lancarnya pelayanan yang berkualitas. SDM atau karyawan yang terampil, memiliki wawasan serta sisi kemanusiaan yang kuat misalnya empati adalah faktor utama dari sumber daya yang harus dimiliki terlebih dahulu.