Anda di halaman 1dari 11

Shopping

addict
(Compulsive
Buying)
Elsa Karina Sari
(21804101027)
Pembimbing :
Dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ
Latar Belakang
Shopping Addiction (Compulsive Buying)
merupakan suatu perilaku yang banyak ditemui
di kalangan masyarakat Indonesia. Perilaku ini
banyak yang masih mempertanyakan termasuk
dalam suatu gangguan atau perilaku wajar.
Perilaku ini biasanya disebut dengan
oniomania, yaitu membeli sesuatu secara
berlebihan. Banyak terjadi khususnya
perempuan di Indonesia yang dilatarbelakangi
salah satunya ingin dikagumi ataupun terlihat
kaya.
Definisi
 Menurut Edward (1993), suatu bentuk belanja
abnormal, dimana konsumen yang bermasalah
mempunyai kekuatan yang kuat, tidak terkontrol,
dan keinginan berulang untuk berbelanja yang
digunakan sebagai suatu cara menghilangkan stres
dan cemas.
 Menurut Rook (1993), para compulsive buyer
kehilangan kontrol impuls sehingga menjadi
berulang yang mana digunakan untuk
menghilangakan stres dan cemas yang menjadi
pendorong utama shopping addiction.
Shopping addiction adalah suatu bentuk
perilaku berbelanja yang abnormal dimana
konsumen yang bermasalah memiliki
kekuatan yang kuat, tidak terkontrol, serta
keinginan berulang berbelanja untuk
m,enghilangkan stress dan cemas, sehingga
menghasilkan rasa lega.
Tingkatan
Menurut Edwards (1993), beberapa tingkatan dalam
berbelanja :
1. Non-compulsive : hanya kebutuhan yang
diperlukan
2. Recreational spending : untuk menghilangkan stres
atau merayakan sesuatu
3. Low (Borderline) : antara recreational dan
compulsive (antara menghibur diri dan
menghamburkan uang)
4. Medium (compulsive) : untuk menghilangkan
cemas
5. High (Addicted) : untuk menghilangkan cemas
dengan belanja ekstrim
Etiologi
1. Lingkungan (pekerjaan, keluarga,
pasangan)  mempengaruhi psikologis
dan sikap berbelanja sesorang
2. Kepribadian (percaya diri kurang,
depresi, cemas, obsesi)
Siklus
• Harga diri yang rendah
Perasaan
kosong • Perasaan ketidaklengkapan

• Sinyal (memiliki sesuatu) penting, berharga,


lingkunga
n
dan disukai

• Sukses
Tujuan • Bercerita  kagum pada dirinya

• Tagihan  tidak ada dana  ketidaklengkapan


Hasil • Puas  perasaan bersalah  belanja lagi
Jenis Shopaholic
1. Flashy : belanja barang yang paling
mempesona untuk mengesankan orang
lain.
2. Bargain hunters : belanja barang yang tidak
dibutuhkan, hanya karena barang itu dijual
(tawar-menawar)
3. Compulsion-shopping addicts :
4. Trophy hunters : rajin belanja barang yang
sempurna dan terbaik
5. Collectors : belanja barang dengan
beebrapa versi dari satu macam
6. Bulimic shoppers : membeli lalu
dikembalikan
Motivasi Shopping
Addiction
1. Adventure : untuk petualangan,
membangkitkan semangat, percaya diri
2. Social : untuk menikmati kebersamaan dan
berinterkasi dengan orang lain
3. Gratification : perlakuan khusus bagi diri
sendiri (sesuai mood dan memanjakan diri)
4. Idea : untuk mengikuti tren dan inovasi
terbaru
5. Role : kesenangan belanja untuk orang lain,
mencari hadiah
6. Value : untuk mendapatkan harga khusus
Aspek yang
mempengaruhi:
Kognitif : berkaitan dengan adanya
kekurangan atau tidak adanya rencana
dan pertimbangan dalam membuat suatu
keputusan untuk membeli.
Afektif : berkaitan dengan kesenangan dan
ketertarikan untuk membeli, dorongan untuk
membeli, tidak dapat meninggalkan
barang yg akan dibeli, dan timbul
penyesalan setelah membeli barang.
Kesimpulan
Seseorang dengan Shopping Addiction
termasuk dalam gangguan psikitari yang dapat
dilihat dari diagnosis multiaksial yang memenuhi
kriteria untuk gangguan axis I, terutama
gangguan mood, gangguan kecemasan, dan
gangguan makan serta gangguan kontrol
impuls juga bisa terjadi.
Selain itu, gangguan axis II juga dapat
terjadi seperti obsessive-compulsive, dan cemas
menghindar. Karakter narsistik juga
mempengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai