Anda di halaman 1dari 12

Referat

Shopping Addiction

Pembimbing :
dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ

Disusun oleh :
Elsa Karina Sari Arif Rukun, S.Ked (21804101027)

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyusun referat yang berjudul “Shopping
Addiction”. Penulis berharap agar makalah ini dapat dimanfaatkan dan dipahami
baik oleh penulis maupun pembaca serta dapat memberikan dampak positif dalam
memberikan pelayan terbaik dalam kesehatan. Segala kritikan dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk pengembangan ilmu kedokteran yang
dibahas dalam makalah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, khususnya kepada dosen
pembimbing, dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ yang telah memberikan waktu, tenaga
dan ilmu kepada penulis, serta teman sejawat yang telah mendukung penyusunan
referat ini.

Banyuwangi , 21 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Addiction ............................................................................................................................ 2

2.2 Shopping Addiction ............................................................................................................ 4

2.3 Tingkatan Shopping Addiction ........................................................................................... 4

2.4 Etiologi Shopping Addiction .............................................................................................. 5

2.5 Siklus Shopping Addiction ................................................................................................. 5

2.6 Tipe Shooping Addiction .................................................................................................... 5

2.7 Motivasi Shopping Addiction ............................................................................................. 6

2.8 Aspek yang mempengaruhi ................................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Shopping Addiction (Compulsive Buying) merupakan suatu perilaku yang


banyak ditemui di kalangan masyarakat Indonesia. Perilaku ini banyak yang
masih mempertanyakan termasuk dalam suatu gangguan atau perilaku wajar.

Perilaku ini biasanya disebut dengan oniomania, yaitu membeli


sesuatu secara berlebihan. Banyak terjadi khususnya perempuan di Indonesia
yang dilatarbelakangi salah satunya ingin dikagumi ataupun terlihat kaya.

Ramai di media sosial menceritakan kehidupan selebritis yang terkesan


berlebihan dalam berbelanja, bahkan cara berpenampilan terkesan berlebihan.
Hal ini membuat bnyak spekulasi yang mengarah ke hal negatif. Fenomena
tersebut membuat penulis tertarik untuk membahas perilaku tersebut masuk
dalam gangguan jiwa atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah


 Mengetahui definisi shopping addiction hingga aspek yang
mempengaruhi.
 Mengetahui tingkatan dan tipe shopping addiction.
1.3 Tujuan
Untuk memahami konsep dari shopping addiction

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Addiction
2.1.1 Definisi
Addiction merupakan pola perilaku yang dapat meningkatkan resiko
penyakit dan masalah personal serta sosial. Perilaku adiktif biasanya
dialamai secara subjektif sebagai “loss of control” dimana sudah ada
usaha untuk menghentikan tetapi perilaku terus muncul (Hamanda, 2008).
Terdapat tiga persepsi tentang adiktif, yaitu perilaku tidak bermoral,
sebagai penyakit, dan perilaku maladaptif. Perilaku tidak bermoral yang
dimaksudkan yaitu suatu bentuk penolakan untuk menerima kode etik atau
moral (Hamanda, 2008).
Persepsi adiktif sebagai penyakit mempertahankan pernyataan akibat
alcoholic dan para pecandu adalah korban dari suatu penyakit. Sedangkan,
adiktif sebagai perilaku maladaptif diliat dari anggapan bahwa adiktif
bukan suatu dosa atau penyakit melainkan suatu masalah perilaku yang
dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, sosial, dan kognitif.
Beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa addiction
merupakan suatu perilaku kecanduan yang sangat merugikan pagi para
pelaku karena memicu berbagai resiko buruk untuk diri sendiri dan
keluarga.
2.1.2 Ciri-ciri
Menurut Diclemente, terdapat beberapa ciri-ciri perilaku adiktif yaitu
pola perilaku yang tidak terkontrol, ketidak mampuan untuk menghentika
perilaku, keinginan untuk meminimalisir perilaku, frekuensi perilaku
meningkat karena muncul rasa tidak puas, terdapat konsekuensi akibat dari
perilaku, terjadi self destructive terus menerus, perilaku digunakan sebagai
strategi coping, dan perubahan mood.
2.1.3 Sudut pandang Adiktif
 Affect defense
Adiktif sebagai affect defense dilihat dari perspektif psikoanalisa
yang berkaitan dengan kepribadian, kecemasan, dan mekanisme
pertahanan.

5
1) Kepribadian
Menurut Thombs, perilaku manusia terbentuk dari
tiga subsistem yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan
sumber asli dari sebuah kepribadian dan banyak terdiri dari
dorongan insting yang bekerja melalui adanya tingkat
ketegangan yang tinggi sehingga menimbulkan reaksi untuk
mengurangi ketegangan secepatnya kembali ke tingkat
rendah yang nyaman. Tujuan dari Id adalah menghindari
rasa sakit dan meningkatkan kesenangan.
Ego digunakan untuk memenuhi kebutuhan dengan
dunia luar sebagi bentuk mempertahankan hidup seperti
mencari makan dan tempat tinggal. Ego digunakan untuk
membedakan kebutuhan yang subjektif dari pikiran dan
sumber yang tersedia. Tujuan dari ego yaitu menahan
pleasure principle sampai dengan waktu yang tepat,
sehingga bisa disebut ego merupakan perantara Id dengan
kenyataan dunia luar.
Superego, yaitu komponen moral dari kepribadian
yang muncul dari pembelajaran akan moral dan
kepercayaan sosial.
2) Kecemasan
Kecemasan memegang peranan penting dalam teori
psikoanalisa yang bertujuan memberi peringatan kepada
individu bahwa akan adanya bahaya. Kecemasan bisa
menjadi sinyal untuk ego melakukan tugasnya untuk
menguirangi ancaman. Apabila ego tidak dapat menghadapi
kecemasan dengan cara rasional, maka timbulah
mekanisme pertahanan yang muncul pada tingkat ketidak
sadaran (Thombs, 2006).
 Addiction to feelings
Beberapa macam emosi positif yang dikehendaki oleh individu
yaitu ketenangan, kesenangan, fantasi. Setiap individu akan
melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan emosi positif

6
dan menghilangkan ketidaknyamanan dan kecemasan yang
dialami.

2.2 Shopping Addiction


Shopaholic merupakan sebutan bagi seseorang yang mengalami shopping
addiction. Menurut Edwards, shopping addiction adalah perilaku berbel;anja
abnormal dimana konsumen yang bermasalah memiliki kekuatan yang kuat, tidak
terkontrol, kronis dan keinginan berulang berbelanja untuk menghilangkan stres
dan kecemasan. Menurut Rook, individu yang kehilangan control impuls berulang
untuk menghilangkan stres dan kecemasan sehingga muncul rasa lega seperti
proses addiction.
Beberapat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa shopping addiction
adalah suatu bentuk perilaku individu yang abnormal dalam hal berbelanja yang
tidak terkontrol dan berulang untuk menghilangkan stress dan kecemasan
sehingga mendapatkan rasa lega.
2.3 Tingkatan Shopping Addiction
Beberapa klasifikasi shopping addiction menurut tingkat kompulsivitas dalam
berbelanja, yaitu :
2.3.1 Non-compulsive Level
Konsumen dengan tingkat non-compulsive atau normal yang diartikan
sebagai belanja hanya kebutuhan yang diperlukan.
2.3.2 Recreational level
Konsumen dengan tingkat belanja sesekali waktu untuk
menghilangkan stres atau merayakan suatu hal.
2.3.3 Low (borderline) level
Konsumen dengan tingkat berbelanja diantara recreational dan
compulsive.
2.3.4 Medium (compulsive) level
Konsumen dengan tingkat berbelanja sebgaian besar untuk
menghilangkan kecemasan.
2.3.5 High (addicted) level
Sama dengan compulsive, namun dalam tingkat ini disertai berbelanja
dengan ekstrim dam membuat gangguan yang serius dalam kehidupan
sehari-hari

7
2.4 Etiologi Shopping Addiction
Beberapa hal yang sering menjadi penyebab shopping addiction sebagaian
besar terjadi di lingkungan seperti pekerjaan, keluarga, pasangan, dan pajak.
Menurut O’Connor, pengaruh sosial sangat mempengaruhi psikologis dan sikap
berbelanja individu untuk menjadi shopaholic.
Belanja merupakan gejala dan emosi merupakan pemicu. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa beberapa shopaholic memiliki kepercayaan yang rendah,
tingkat berkhayal yang tinggi dan tingkat depresi, kecemasan serta obsesi yang
tinggi.
2.5 Siklus Shopping Addiction
Menurut Edward, terdapat siklus yang menjadi shopping addiction disebut
spending cycle.

Ketika tidak ada yang bermula dari


menunjang untuk perasaan kosong
berbelanja atau dalam diri seseorang,
tagihan muncul, akan self esteem rendah,
kembali merasa dan perasaan
incompleteness incompleteness

individu berbelanja Lingkungan sekitar


untuk mendapatkan memberikan sinyal
perasaan sukses, apablia memiliki
membagi ceritanya, sesuatu emnjadi
dan lingkungan akan sesatu yang penting,
kagum pada dirinya berharga, dan sekitar.

Inti penyebab shopping addiction adalah self esteem yang rendah dan perasaan
incompleteness. Aktivitas berbelanja itu diartikan sebagai perasaan bahagia, dan
kekuatan yang secara langsung memuaskan perasaan individu. Efek setelahnya,
seperti rasa bersalah akan mendorong mengulangi perilaku yang sama untuk
mendapatkan emosi sesaat saat berbelanja.
2.6 Tipe Shopping Addiction
 Flashy : belanja barang paling mempesona untuk mengesankan orang lain
 Bargain hunters : belanja barang yang tidak dibutuhkan hanya karena
barang tersebut dijual (tawar-menawar).

8
 Compulsion-shopping addict : membeli barang karena tidak merasa puas
akan barang yang sudah dibeli.
 Trophy hunters : rajin berbelanja barang yang sempurna dan terbaik.
 Collectors : berbelanja barang dengan beberapa versi dalam satu macam.
 Bulimic Shopper : berbelanja kemudian dikembalikan
2.7 Motivasi Shopping Addiction
Motif berbelanja yang didasari oleh sudut pandang hedonis atau segala sesuatu
yang dipandang dari segi materi dapat mendorong indivisu untuk menjadi
shopping addiction. Berikut motivasi berbelanja hedonis.
2.7.1 Adventure Shopping
Berbelanja untuk petualangan, membangkitkan semangat, dan menjadi
diri sendiri.
2.7.2 Social Shopping
Berbelanja dengan teman atau keluarga, berbelanja untuk bergaul,
berbelanja dengan orang lain untuk mengeratkan ikatan persahabatan.
2.7.3 Gratification Shopping
Berbelanja untuk mengindari stres, memanjakan diri, dan berbelanja
sesuai mood.
2.7.4 Idea Shopping
Berbelanja untuk mengikuti trend dan untuk melihat produk terbaru.
2.7.5 Role Shopping
Berbelanja dengan tujuan agar orang lain bahagia, dan mencari hadiah.
2.7.6 Value Shopping
Berbelanja ketika ada diskon, dan tawar menawar harga.

2.8 Aspek yang mempengaruhi

 Kognitif : berkaitan dengan adanya kekurangan atau tidak adanya rencana


dan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan untuk membeli.
 Afektif : berkaitan dengan kesenangan dan ketertarikan untuk membeli,
dorongan untuk membeli, tidak dapat meninggalkan barang yg akan dibeli,
dan timbul penyesalan setelah membeli barang.

9
BAB III

PENUTUP

Seseorang dengan Shopping Addiction termasuk dalam gangguan psikitari


yang dapat dilihat dari diagnosis multiaksial yang memenuhi kriteria untuk
gangguan axis I, terutama gangguan mood, gangguan kecemasan, dan gangguan
makan serta gangguan kontrol impuls juga bisa terjadi.

Selain itu, gangguan axis II juga dapat terjadi seperti obsessive-


compulsive, dan cemas menghindar. Karakter narsistik juga mempengaruhi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Edwards, A. Elizabeth. (1993). Develompent of A New Scale for

Measuring Compulsive Buying Behavior. Financial Counseling and Planning, 4.

Michigan: Michigan University Dept.

Hyojkin,K, George,M.Z, Mevin,R.C. (2003). Diagnostic Screener for

compulsive Buying. Application to the USA and South Korea: Journal of

Consumer Affairs.

Intili, Daniela. (2005). Reporter Berita dan Psikolog. MAPS.

Ishadi SK. (1999). Disebut Sebagai Pertemuan 2C Yakni “Computer dan

Communication.

Koran, M. Lorrin; Faber, J. Ronald; Aboujaoude, Elias; Large, D. Michael;

Serpe, T. Richard.(2006). Estimated Prevalence of Compulsive Buying Behavior

in The United States. USA: The American Journal of Psychiatry.

Lee, M. K. O. & Turban, E. (2001). A Trust Model for Consumer Internet

Shopping. International Journal of Electronic Commerce.

Levy, M & Weitz, B.A. (2007). Retailing Management. 6th edition.

Chicago: Irwin Mc Graw Hill.

Meak, Theresia. (2010). Pemanfaatan Internet Mahasiswa S1 Fakultas

Kedokteran Gigi. Surabaya : Universitas Airlangga

O’Connor,K. (2005). Addicted to Shopping and Other Issues Women

Have With Money. Oregon: Harvest House Publishers.

11
Pavlou, P. A. (2003). Consumer Acceptance of Electronic Commerce-

Integrating Trust and Risk With The Technology Acceptance Model. International

Journal of Electronic Commerce.

Sonja G. K. & Ewald A. K. (2003). Empirical Research In Online Trust: A

Review And Critical Assessment. International Journal of Human-Computer

Studies.

Sunggiardi,S,Michael. (2010). Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan

ICT Untuk Mendukung Pengembangan Masyarakat Global. Jakarta: Tim Ahli

Pustekkom Depdiknas.

Suyanto, Bagong & Sutinah (2011). Metode Penelitian Sosial, Berbagai

Alternatif Pendekatan ed Revisi. Jakarta: Kencana Prenada.

Thombs,D,L. (2006). Introduction to Addictive Behavior 3rd ed. London:

The Guilford Press.

12

Anda mungkin juga menyukai