Fyhfjgjhbk
Fyhfjgjhbk
Raudatul Agustina
G1A219032
Pembimbing :
dr. Apriyanto, Sp. BS
PENDAHULUAN
Semakin bertambah usia seseorang, akan terjadi penurunan
fungsi pada semua organ, salah satunya adalah pada daerah
lumbal.
Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah
penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap
masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan
karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30 %
bekerja disektor formal dan 70% disektor informal.
Pertumbuhan industri dan bertambahnya tenaga kerja tersebut
menimbulkan dampak positif dan negative. Salah satu
dampak negativnya adalah meningkatnya penyakit akibat
kerja (PAK).
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Kristen
Alamat : Lubuk Mandasah. Kec. Tengah Ilir,
Tebo
Pekerjaan : Petani
MRS : 12 Oktober 2019
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tulang belakang disertai
lemah pada seluruh tubuh.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri hebat pada tulang belakang
disertai lemah pada tubuh menjalar ke leher. Pasien sudah 2 tahun
lebih mengalami keluhan yang serupa tetapi sebelumnya pasien hanya
melakukan fisoterapi saja dan tidak ada perubahan sama sekali.
Pasien merasakan nyeri terus menerus selama 2 tahun terakhir ini
terutama pada area tulang belakang. Pasien merasakan keluhan
bertambah berat apabila pasien lama duduk dan berkurang apabila
pasien berbaring.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-)
Hidung
Bentuk : Normal Selaput lendir : normal
Septum : Deviasi (-) Penumbatan: (-)
Sekret : (-) Perdarahan: (-)
Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
Thorax
Bentuk : Simetris
Paru-paru
Inspeksi : Pernafasan simetris
Palpasi : Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi batas jantung
Kanan : ICS III Linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS V Linea midklavikularis sinistra
Atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, distensi abdomen (-),sikatrik (-),
massa (-), bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen
(-),nyeri lepas (-),defans muscular (-),hepar dan lien tidak
teraba, Rovsing sign (-), Psoas sign (-), obturator sign (-).
Perkusi : Timpani (+), nyeri ketuk (-) di seluruh
lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus normal
Genitalia Eksterna
Tidak dilakukan
Ekstremitas
Inspeksi (Look) : Deformitas (-), Bekas operasi (-),
edema (-)
Palpasi (Feel): Akral hangat, CRT <2 detik, nyeri
tekan (-)
Gerak (Move): 5 5
4 4
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa banding
Hernia Nukleus Pulposus
Tatalaksana
Laminectomy dan Stabilisasi
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Follow Up Pasien di Ruang
Perawatan
Tanggal Perkembangan
15/10/2019 S : Nyeri post op, ekstremitas bawah terasa lemah, dan pegal – pegal
(Post Op O: TD (110/80), N (88), RR (22), T (37,2), SpO2 (96%)
Laminectomy) A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
Bangsal P: IVFD RL 20 tpm, ceftriaxone, ketorolac 2x1 drip,
methylprednisolon 3x125, OMZ 3x1 IV.
16/10/2019 S: Nyeri post op, ekstremitas bawah terasa lemah, dan pegal – pegal
(Bangsal) O: TD (110/70), N (89), RR (21), T (36,9), SpO2 (95%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IFVD RL, Methylprednisolon
17/10/2019 S: Nyeri post op, ekstremitas bawah terasa lemah
(Bangsal) O: TD (130/80), N (80), RR (19), T (36,6), SpO2 (98%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IVFD RL 20 tpm, ceftriaxone, ketorolac 2x1 drip,
methylprednisolon 3x125, OMZ 2x1 IV, GV
18/10/2019 S: Nyeri sedikit pada jahitan post op
(Bangsal) O: TD (110/80), N (80), RR (20), T (36,7), SpO2 (92%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IFVD RL, latihan menggerakkan ekstremitas
19/10/2019 S: Nyeri sedikit pada jahitan post op
(Bangsal) O: TD (110/80), N (78), RR (21), T (36,9), SpO2 (91%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IVFD RL 20 tpm, Ceftriaxon, tramadol 2x1 drip, OMZ 1x1 IV
20/10/2019 S: Nyeri sedikit pada jahitan post op, BAB (-)
(Bangsal) O: TD (110/70), N (83), RR (18), T (37,0), SpO2 (95%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IFVD
21/10/2019 S: Demam (+), Nyeri post op, kaki pegal – pegal, BAB (-), perut terasa
(Bangsal) kembung, terasa panas pada luka bekas operasi.
O: TD (120/70), N (85), RR (19), T (36,8), SpO2 (93%)
A: Post Op Laminectomy ec Spondylosis Lumbal sacral L5 – S1
P: IFVD RL 20 tpm, ceftriaxon, PCT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Anatomi Vertebra
Vertebra terdiri dari 7 cervical, 12 thorakal, 5 lumbal,
dan tulang yang menyatu dengan vertebra sacral,
bersama dengan 5 tulang coccygeal. Dalam struktur
cervical, thorakal, dan lumbal sama, kecuali untuk atlas
dan axis vertebra cervical. Standar masing-masing
vertebra terdiri dari dua pedicles, dua lamina, empat
facet articular, dan proccesus spinous. Atlas terdiri dari
cincin tulang tanpa tubuh sedangkan axis memiliki
proccesus odontoid sekitar rotasi atlas.
Diskus intervertebra
Diskus intervertebral adalah cartilago dan struktur
Tipe tubuh
Patogenesis
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus
intervertebralis antara lain:
Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber
cenderung melonggar dan muncul retak pada
berbagai sisi.
Nucleus pulposus kehilangan cairan
Tinggi diskus berkurang
Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses
degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa
menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang terjadi tergantung pada lokasi yang terjadi
baik itu cervical, lumbal dan thoracal. Untuk spondylosis daerah lumbal
memberikan gambaran klinis sebagai berikut:
Onset
Nyeri
Referred pain
Parasthesia,
Spasme otot
Keterbatasan gerakan
Kelemahan otot
Gambaran radiografi, terdapat penyempitan pada jarak discus dan
beberapa lipping pada corpus vertebra.
Pemeriksaan Penunjang
X-ray, CT scan, dan MRI digunakan hanya pada
keadaan dengan komplikasi.
Foto X-ray polos dengan arah AP, lateral dan oblique
berguna untuk menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi,
menentukan bentuk foramina intervertebralis dan facet
joint, menunjukkan spondilosis, spondiloarthrosis,
retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis.
CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi
penekanan osseus dan pada saat yang sama juga
nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan
setebal 3 mm, ukuran dan bentuk canalis spinalis,
recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga
morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan
ligamentum clavum juga terlihat.
Terapi pembedahan
Diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan adanya gejala-gejala
permanen khususnya defisit motorik.
3 kelompok prosedur operasi yang dapat dilakukan :
Operasi dekompresi,