Anda di halaman 1dari 105

KONSENSUS

TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA


di Indonesia
Oleh
Dewi Sumaryani Soemarko

Divisi Kedokteran Okupasi , Dept Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI


Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI
Occupational and Enviromental Health Research Center

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


1
Curriculum Vitae
Nama : Dr. dr. Dewi Sumaryani Soemarko, MS, SpOk

Institusi : - Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI


- Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI
- Divisi Kedokteran Okupasi , Departemen Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- Occupational and Environmental Health Research Center IMERI- FKUI

Pendidikan : * Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia – 1987


* Program Studi Ked Kerja, Pascasarjana FK Universitas Indonesia – 1997
* Brevet Pakar Kedokteran Keluarga- IDI 1994
* Brevet Spesialis Kedokteran Okupasi – Kolegium Ked. Okupasi Indonesia , 2003
* Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI - 2010

Organisasi : * IDI – anggota


* ICOH (International Commission on Occupational Health) – member since 2011
* PERDOKI (Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia) – Sekretaris PP Perdoki (2003-2013)
* Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia – Ketua Komisi Pendidikan (2010-2013)
Ketua Umum (2013- Juli 2019)

Praktisi : 1. Occupational Health Clinic Prodia – Menara Palma ( 2009- saat ini)
2. Klinik Dokter Keluarga FKUI Kayu Putih

2
Prepared by Dewi S Soemarko (APINDO Cibitung, 29 Juli 2019)
OUTLINE

• Pendahuluan: Latar Belakang


• Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan
• Dasar Hukum
• Pembagian Kategori Penyakit Akibat Kerja
• Alur Penentuan Kategori A1,A2, B dan C
• Rujuk dan Rujuk Balik Dugaan PAK
• Kesimpulan

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 3


Introduction

Indonesian Population’s Data


(Statistical Biro Indonesia, Febuari 2017)

INDONESIAN Manpower (15 – 64 ys) :


POPULATION 131.55 millions
242.465.638

EMPLOYEE  124.54 millions UNEMPLOYMENT 7,01 Juta


• FORMAL  72.67 millions (58.35%) (5.33%)
• INFORMAL  51.87 millions (41.65%)

• Men  69 jutaan • Men  4 jutaan


• Women  43 jutaan • WOMEN  3 jutaan

Sumber: Dit Kesja - Kemenkes RI 4


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Latar Belakang: ….
Keluarga dan Pekerja:
Bahagia / Beban/ Masalah / Bencana ????

Sumber gambar: Kementerian Kesehatan 2017

5
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Pendahuluan....
• Data Institute for Health Metrics and Evaluation 2017 : PAK (a.l: LBP,
Muskuloskeletal) berkontribusi terhadap Disasbilitas di Indonesia 
PAK dan PTM meningkat  peningkatan kecacatan , komplikasi ,
kematian usia 30-70 tahun  peningkatan biaya kesehatan  beban
ekonomi meningkat  produktivitas turun
• Gap Pelayanan PAK  ketidakseimbangan pemanfaatan antara Badan
Penyelenggara Jaminan sosial

• Perpres No. 82 tahun 2018 : Jaminan Kesehatan mengamanahkan


kendali mutu dan kendali biaya pada penyelenggaraan program
Jaminan Kesehatan.

• Kementerian Kesehatan fasilitasi Organisasi Profesi susun Konsensus


Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di Indonesia  acuan dokter
mendiagnosis PAK dan meningkatkan upaya kesehatan kerja bagi
pekerja
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018 6
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
MENGAPA HARUS TAHU tentang PAK ?

DASAR HUKUM

Kesehatan Kerja dan


Penyakit akibat kerja

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


7
Peraturan Presiden no 7
tahun 2019 tentang
Penyakit akibat Kerja

Permenkes no 47 tahun 2016


tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Permenkeu no 141 tahun 2018, tentang Koordinasi
antar Penyelenggara Jaminan dalam Pemberian Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 8
manfaat Pelayanan KEsehatan
Dasar Hukum
• UU no 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran
• UU no 36 tahun 2004, tentang Tenaga Kesehatan
• UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Uu no 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja • Keputusan .Presiden no 22 tahun 1993,
• UU No 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit tentang Penyakit akibat Kerja
• UU no 40 tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional • Peraturan Presiden no 7 tahun 2019
• UU no 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan tentang Penyakit akibat Kerja
• UU no 24 tahun 2011, tentang Badan Penyelenggara jaminan • Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 02, tahun
Sosial 1980, tentang Pemeriksaan Kesehatan tenaga
• Peraturan Pemerintah no 50 tahun 2012 tentang SMK3 kerja, dalam Penyelengaraan Kesehatan Kerja
• Peraturan Pemerintah no 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan • Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.01 tahun
1976, tentang Wajib Latihan Hiperkes bagi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Dokter Perusahaan
• Peraturan Pemerintah no 70 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan • Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pegawai 01/MEN/81, tentang Kewajiban Melapor P.A.K
Aparatur Sipil Negara • Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 03 tahun
• Peraturan Pemerintah no 12 tahun 2013, tentang Jaminan 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
Kesehatan
• Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2016 tentang Fasilitas • Keputusan Menteri Kesehatan No 432/2007
Pelayanan Kesehatan Tentang pedoman manajemen kesehatan dan
• Peraturan menteri Kesehatan no 01 tahun 2012 tentang sistem keselamatan kerja (k3) di rumah sakit
rujukan pelayanan kesehatan perorangan • Keputusan Menteri Tenaga Kerja no: 333
• Perka BKN no 25 tahun 2016, tentang Pedoman Penetapan tahun 1989, tentang Diagnosis dan Pelaporan
kecelakaan kerja, PAK dan kriteria tewas untuk ASN Penyakit Akibat Kerja
• Peraturan menteri Kesehatan no 56 tahun 2016, tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja
• Permenkeu no 141 tahun 2018, tentang Koordinasi antar
Penyelenggara Jaminan dalam Pemberian manfaat Pelayanan
Kesehatan

• DRAFT PERATURAN PEMERINTAH tentang KESEHATAN KERJA


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)9
MENGAPA HARUS TAHU ?

LATAR BELAKANG

Konsensus Tatalaksana
Penyakit akibat kerja

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


10
Pekerja:
• risiko pekerjaan dan lingkungan kerja  dapat terkena Penyakit Akibat Kerja
• Risiko kena penyakit umum

BPS 2018: 50% penduduk  pekerja


ILO: setiap tahun ditemukan 2,34 juta orang meninggal terkait pekerjaan (penyakit,
kecelakaan)  2,02 juta kasus meninggal terkait Penyakit Akibat Kerja.
WHO:
bahaya di tempat kerja  penyebab / kontribusi kematian dini jutaan orang di dunia
 mengakibatkan penyakit , kecacatan ratusan orang setiap tahun
Dari 2,2 juta kematian/tahun, 800.000 disebabkan faktor risiko di tempat kerja,(kimia
karsinogenik, partikulat di udara, risiko ergonomik, penyakit infeksi HIV/AIDS dan TBC.

2017, kasus PAK (BPJS Ketenagakerjaan) = 107 kasus .


Minim identifikasi Penyakit Akibat Kerja : menyebabkan tempat kerja kurang mendapatkan
“feed back”  upaya pencegahan dan pengendalian hazard di lingkungan kerja.

Selama berjalan SJSN sejak tahun 2015 ketidakseimbangan pemanfaatan jaminan


pelayanan kesehatan antar berbagai badan penyelenggara
PAK seharusnya ditanggung penjamin bidang Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan, PT.
TASPEN, PT. ASABRI) Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 11
APA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

KONSENSUS TATALAKSANA
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 12


PENGERTIAN
1.FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk
keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.

2. FKTRL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan)


adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan yang bersifat spesialistik atau
subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat
inap di ruang perawatan khusus.

3. Organisasi Profesi
adalah Ikatan Dokter Indonesia yang menjadi induk dari organisasi profesi dan meliputi
Perhimpunan Spesialis, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia dan Perhimpunan Keseminatan
Kesehatan Kerja.

4. Kompetensi
adalah kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 13


Struktur Kepemimpinan di Tingkat Pusat

MUSYAWARAH PIMPINAN PUSAT


(Ketua PB IDI adalah Pimpinan Musyawarah Pimpinan Pusat)

PB IDI MKEK MKKI MPPK


Eksekutif Organisasi:
bertindak untuk dan atas
nama organisasi
Coordinating Body:
Mengkoordinasikan Kegiatan Internal Organisasi dalam Bidang Masing-Masing

Perhimp Dokter Pel Primer


IDI Wilayah Kolegium Dokter
(PDPP):

Indonesia (dokter umum) PDUI

IDI Cabang
MKEK Perhimpunan Seminat (PDSm) :
Kolegium Kedokteran antara lain
Wilayah Okupasi Indonesia
- IDKI  anggota
(dokter spesialis)
GP, SpM,SpTHT,SpKK, SpKL, SpOk)

Dewan Etik
Perhimpunan
PDSp: antara lain PERDOKI 14
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)  anggota: SpOk
PENGERTIAN……

5. Kompetensi
adalah kompetensi dokter terkait Penyakit Akibat Kerja yang diperoleh
melalui pendidikan formal atau pelatihan yang terstandar.

6. Penyakit aKibat Kerja


adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan
kerja.

7. Diagnosis Klinis
adalah penentuan jenis penyakit oleh dokter berdasarkan tanda dan gejala
serta pemeriksaan fisik dan laboratorium dengan menggunakan metode,
alat dan pemeriksaan penunjang lainnya.

8. Diagnosis Okupasi
adalah penegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan melalui
pendekatan 7 langkah diagnosa.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 15


PENGERTIAN …….

9. Tatalaksana Penyakit akibat Kerja


adalah Rangkaian pelayanan kesehatan yang komprehensif
pada pekerja yang terdiagnosis Penyakit Akibat Kerja, meliputi:
preventif, promotive, kuratif dan rehabilitasi

10. Konsensus
Adalah kesepakatan atau kemufakatan Bersama yang dicapai
melalui kebulatan suara

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 16


RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Konsensus:
1. Penapisan
2. Prinsip 7 langkah Diagnosis Penyakit Akibat KerjaKategori
penetapan Diagnosis Pak
3. Daftar Penyakit Akibat Kerja berdasarkan kategori
penetapan
4. Tatalaksana PAK
5. Rujuk dan Rujuk Balik
6. Preventif Penyakit Akibat Kerja

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 17


TUJUAN

• Ada kesepakatan Organisasi Profesi tentang


Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di Indonesia

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 18


APA ?

ASPEK MEDIKOLEGAL DAN ETIK DALAM


PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 19


• Sehat dan bekerja merupakan hak azasi manusia,

• Pekerja, Pemberi kerja dan Pemerintah memiliki peran dan tanggung


jawab untuk mewujudkan tempat kerja yang sehat dan terbebas dari
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

• Regulasi di Indonesia telah mewajibkan pemberi kerja dan pekerja untuk


mengikuti program jaminan kesehatan nasional dan jaminan kecelakaan
kerja. Fasilitas pelayanan kesehatan dan pemberi kerja wajib untuk
melaporkan Penyakit Akibat Kerja, sebagai salah satu upaya perlindungan
terhadap kesehatan pekerja. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja memiliki
aspek legal dimana pemberi kerja/pimpinantempatkerja juga mempunyai
tanggung jawabterhadap pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja.
Berdasarkan regulasi yang ada pekerja berhak mendapat upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap Penyakit Akibat Kerja serta
memiliki kepesertaan jaminan kecelakaan kerja.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 20


Pelayanan kesehatan pekerja:
• Dokter memiliki hak dan kewajiban melakukan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja .
• Diagnosis Penyakit Akibat Kerja memiliki konsekuensi aspek legal
 kewajiban pihak pemberi kerja
 pekerja berhak memperolah manfaat (pelayanan kesehatan dan
manfaat santunan bila terdapat kecacatan).

• Dokter sebagai professional:


• pengetahuan,ketrampilan khusus sertatanggung jawab dan tugas spesifik
dalam memberikan pelayanan terhadap kesehatan pasien.
• Dokter terikat sumpah profesi dan kode etik dalam organisasi profesinya.
• Dokter harus bekerja berdasarkan kompetensi dan kewenangannya
• menjalankan kode etik profesi kedokteran UU Praktik Kedokteran, UU
Tenaga Kesehatan serta standar kompetensi .

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 21


APA ?

KONSENSUS TATALAKSANA PENYAKIT


AKIBAT KERJA

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 22


Isi Konsensus
1. Penapisan
2. Tujuh Langkah Diagnosis Okupasi untuk penentuan
Penyakit akibat Kerja
3. Kategori Penetapan Diagnosis PAK: A1, A2, B dan C
4. Daftar Penyakit Akibat Kerja sesuai dengan Kategori
penetapan
5. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja: Tatalaksana medis,
Tatalaksana Okupasi
6. Rujuk dan rujuk balik
7. Lain-lain

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 23


PENAPISAN
• Setiap dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan di FKTP dan FKRTL pada pasien
yang bekerja harus mempertimbangkan
adanya pengaruh pekerjaan dan lingkungan
kerja sebagai penyebab terjadinya penyakit.

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 24


7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
Langkah 1:
(untuk menentukan ada atau tidak Diagnosis PAK)
Konsensus Perdoki 2011 Diagnosis Klinis

Langkah 7: Tentukan
Diagnosis PAK /
Langkah 2:
Diperberat Pekerjaan
/Bukan PAK / tambah Pajanan di lingkungan
Data kerja

Langkah 6: Langkah 3:
Adakah faktor lain di Adakah hubungan antara
luar pekerjaan pajanan dengan
Diagnosis Klinis

Langkah 5:
Langkah 4:
Adakah faktor-faktor
individu yang Apakah pajanan yang
berperan dialami cukup besar

25
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
PEMBAGIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


26
Peraturan Presiden no 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja


Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Feb 2019)
27
PerPres no 7 tahun 2019

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan Tim PERDOKI 28


(Feb 2019)
PerPres no 7 tahun 2019

Prepared by Dewi S Soemarko (Layanan


Primer, FEbuari 2019) 29
PerPres no 7 tahun 2019

Prepared by Dewi S Soemarko (Layanan


Primer, FEbuari 2019) 30
PerPres no 7 tahun 2019

Prepared by Dewi S Soemarko (Layanan


Primer, FEbuari 2019) 31
PerPres no 7 tahun 2019

Prepared by Dewi S Soemarko (Layanan


Primer, FEbuari 2019) 32
PerPres no 7 tahun 2019

Prepared by Dewi S Soemarko (Layanan


Primer, FEbuari 2019) 33
KATEGORI
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


34
Konsensus Tatalaksana PAK
• Berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat kesulitan dalam mendiagnosis
Penyakit Akibat Kerja serta ketersediaan fasilitas dan sumber daya di
layanan kesehatan, maka proses diagnosis Penyakit Akibat Kerja dibagi
menjadi 3 kategori :

A. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu


A1. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu
yang dapat ditegakkan di FKTP
A2. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan tertentu
yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2)

B. Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B)

C. Penyakit Akibat Kerja yang Kompleks (C)

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 35


A1. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis
Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP

Kriteria :
● Diagnosis klinis dapat ditegakkan di FKTP.
● Penyakit yang memiliki penyebab yang jelas dan spesifik.
● Memiliki hubungan waktu antara pajanan dan timbulnya penyakit yang jelas.
● Besar pajanan dapat diakui/diterima secara umum.
● Pengaruh faktor individu dan faktor lain diluar tempat kerja dapat disingkirkan
dengan sederhana.
● Untuk penentuan diagnosa Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan
Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1) dilakukan oleh dokter yang memiliki
kompetensi diagnosis Penyakit Akibat Kerja di FKTP
● Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat
ditegakkan di FKTP (A1) dan kriterianya, tercantum dalam lampiran.
● Penyakit Akibat Kerja di luar yang tercantum dalam lampiran Penyakit Akibat Kerja
yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1)
dan kriterianya, masuk dalam kategori Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B)
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 36
• Dalam hal dokter yang memiliki kompetensi dalam diagnosis
Penyakit Akibat Kerja atas dasar pertimbangan medis yang kuat
berdasarkan pendekatan 7 (tujuh) langkah diagnosa dan dapat
disertai data dukung yang lengkap seperti hasil pemeriksaan
kesehatan pra kerja, data lingkungan kerja, data riwayat penyakit
dan lain lain, maka dokter tersebut dapat menetapkan Penyakit
Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat
ditegakkan di FKTP.

● Termasuk dalam kelompok Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada


Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP adalah
gangguan atau penyakit yang disebabkan langsung oleh kecelakaan
kerja.

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 37


Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada
Jenis Pekerjaan tertentu yang dapat
ditegakkan di FKRTL (A2)
Kriteria :
● Diagnosis klinis membutuhkan fasilitas pemeriksaan penunjang atau dokter
spesialis terkait di FKRTL.
● Penyakit yang memiliki penyebab yang jelas dan spesifik.
● Memiliki hubungan waktu antara pajanan dan timbulnya penyakit yang jelas.
● Besaran pajanan dapat diakui/diterima secara umum.
● Pengaruh faktor individu dan faktor lain diluar tempat kerja dapat disingkirkan
dengan sederhana.
● Untukpenentuan diagnosis Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis
Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2) dilakukan oleh dokter
spesialis yang memiliki kompetensi diagnosis Penyakit Akibat Kerja di FKRTL.
● Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat
ditegakkan di FKRTL (A2) dan kriterianya, tercantum dalam lampiran.
● Penyakit Akibat Kerja di luar yang tercantum dalam lampiran Penyakit Akibat
Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL
(A2) dan kriterianya, masuk dalam kategori Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B)

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 38


PAK konsensus Biologi
DIAGNOS PEKERJAAN KATAGORI
JENIS TANDA AGEN / LAMA FAKT FAKTOR
No. PENYAKI A ICD X PENETAPA
PATOGNOM PAJANAN PAJANAN OR LAIN DI
OKUPASI N
T ONIK INDIVI LUAR
(Permenke DIAGNOSA
AKIBAT DU PEKERJAA
s No.56)
KERJA N
(Perpres
no 7
/2019:
PAK)

1 Tuberkulosis TB Paru Tuberkul tidak ada Mycobacteri Tenaga kesehatan Minimal Tidak ada Tidak ada A1 dan
Akibat o sis um yang melayani 1 bulan kontak
Kerja Paru Tuberculosis pasien dengan A2
(A15.0) dari manusia TB Petugas penderita
yang terinfeksi laboratorium memeriksa TB di luar
spesimen pasien TB, tempat
Tenaga non kesehatan di kerja.
fasilitas kesehatan yang
kontak dengan
pasien/spesimen TB

4 Asma yang Asma Asma, Gejala Debu Pembuat roti, kue dan tidak Tidak Tidak ada A1 dan
disebabkan Akibat tidak timbul Tepung, makanan lain yang berpenga a alergen di
oleh Kerja ditentuka setelah Detergen mengandung tepung, r uh da riwayat luar A2
penyebab n (J45.9) terpajan bubuk yang pekerja perusahaan asma pekerjaan
sensitisasi dan mengandun g pembuat deterjen bubuk, atau yang dapat
atau zat berkuran enzym, Pekerja alergi menyebabk
iritan yang g apabila Serbuk sari, laundy, sebelumn an
dikenal menghin Debu Semen, Pedagang ya timbulnya
dalam dari bunga, asma
proses pajanan . Pekerja
pekerjaan
meubel,

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018


39
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
PAK konsensus Biologi (2)…
DIAGNOSA PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
OKUPASI TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
(Permenkes PATOGNOMO PAJANAN PAJANAN R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
No.56) NIK INDIVID
KERJA PEKERJAAN
U
(Perpres
no 7/2019:
PAK)

7 Penyakit Varicella Varicella tidak ada Virus Tenaga kesehatan minimal Tidak ada Tidak
yang Akibat zoster Varicella yang melayani 14 hari kontak
A1 dan
disebabk Kerja viru s zoster pasien varicella setelah dengan A2
an oleh dari kontak penderita
faktor manusia varicella di
biologi (B01) luar tempat
lain di
kerja.
tempat
kerja

18 Virus Hepatitis Hepatitis Pernah Virus Tenaga kesehatan kurang Tidak ada Tidak ada
Hepatitis B Akibat B Akut mengalami Hepatitis B yang merawat dari 6 riwayat riwayat
A2
kerja (B16) needle stick dari darah pasien , tenaga bulan Hepatitis transfusi
injury dari dan/ cairan laboratorium, B darah
pasien tubuh yang sebelumn
Hepatitis B terinfeksi ya
(Pemerik
saan
sebelumn
ya
negatif)

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 40


PAK konsensus Biologi (3) …
DIAGNOSA PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
OKUPASI TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
(Permenkes PATOGNOMO PAJANAN PAJANAN R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
No.56) NIK INDIVID
KERJA PEKERJAAN
U
(Perpres
no 7/2019:
PAK)
19 Virus Hepatitis Hepatiti Pernah Virus Tenaga kesehatan Kurang Tidak ada Tidak ada A2
Hepatitis C Akibat sC mengalami Hepatitis C yang merawat dari 6 riwayat riwayat
kerja Akut needle stick dari darah/ pasien , tenaga bulan Hepatitis transfusi
(B17.0) injury dari cairan tubuh laboratorium, C darah
pasien yang sebelumn
Hepatitis C
terinfeksi ya,
(Pemerik
saan
sebelumn
ya
negatif)

20 Kelainan Rhinitis Debu Segera Tidak ada Tidak ada


saluran Rhinitis Akut setelah riwayat pajanan A1
pernafasan (J00) Pekerja di pabrik semen, terpajan ldebu lain
dan alergi
atas yang pabrik textile, di luar
Rhinosinus pertambangan batubara, sebelumny
disebabkan itis Akibat a pekerjan.
pekerja di pabrik asbes,
oleh Kerja
sensitisasi
atau iritasi
zat yang
ada dalam
proses
pekerjaan

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 41
PAK konsensus Kimia
DIAGNOS PEKERJAAN KATAGO
JENIS TANDA AGEN / LAMA FAKT FAKTOR LAIN
No. PENYAKI A ICD X RI
PATOGNOM PAJANAN PAJANAN OR DI LUAR
OKUPASI PENETA
T ONIK PEKERJAAN
(Permenke INDIVI PAN
AKIBAT DU
s No.56) DIAGNO
KERJA SA
(Perpres
no
7/2019:
PAK)

2 Kanker Mesothelio Mesothel tidak ada Asbes Pekerja pada industri masa Tidak ada Tidak ada A2
yang ma Akibat io ma asbes, pekerja laten > 15 riwayat
diseba Kerja pleura konstruksi, pekerja tahun, menggunaka
bkan (C45.0) bengkel otomotif, durasi n atap asbes
oleh pajanan di luar
asbest tidak tempat kerja,
os Tidak tinggal
berpenga
di area
r uh
sekitar
industri
asbes
3 Pneumokon Asbestosi Pneumoc Pleural Asbes Pekerja pada industri masa Tidak ada Tidak ada A2
iosis yang s Akibat o niosis plaque asbes, pekerja laten > 15 riwayat
disebabkan Kerja karena konstruksi, pekerja tahun, menggunaka
oleh asbes bengkel aotomotif, durasi n atap asbes
asbestos dan serat pajanan di luar
mineral minimal tempat kerja,
lainnya / 15 tahun Tidak tinggal
Asbestos di area
is (J61) sekitar
industri
asbes
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

42
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
PAK konsensus Kimia (2) …..
DIAGN PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
OSA TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
OKUPA PATOGNOM PAJANAN PAJANA R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
SI ONIK N INDIVID
KERJA PEKERJAAN
(Perme U
(Perpres
nkes
PAK)
No.56)

5 Dermatttis Derm dermatitis Gejala Sabun / Pekerjaan yang Durasi Tidak ada tidak ada A1 dan A2
kontak iritan atitis kontak iritan berkurang Deterjen, menggunakan bahan tidak kontak
yang konta kelompok agen apabila Pelarut, Minyak pajanan yang bersifat berpen dengan
disebabkan k penyebab menghind dan pelumas, iritan. gar uh bahan iritan
oleh zat iritan iritan utama: Sabun / ari agen produk minyak Pekerja di yang
yang timbul akibat Deterjen, penyebab, bumi, lingkungan basah berada di
kerja Pelarut, Minyak morfologi (wet workers seperti luar tempat
dari aktivitas Asam,alkali,
dan pelumas, lesi sesuai nelayan, pembantu kerja
pekerjaan, Semen, garam
produk minyak dengan rumah tangga,
tidak bumi, pajanan logam, terak
penjual ikan, dll),
termasuk Asam,alka li, pada area dan kaca wol
Pekerja
dalam Semen, garam kontak, atau bahan
semen,
penyebab logam, terak iritan lainnya.
Penata
lain; dan dan kaca wol
rambut,
(L.24)
6 Dermatitis Derm Dermatitis Area Produk karet, Pekerja logam, - Tidak ada Tidak ada A2
kontak atitis kontak alergi kontak pewarna, penyadap karet, kontak
alergika dan konta kelompok agen sesuai perekat dan Pekerja kebun yang dengan
urtikaria yang k penyebab dengan agen bonding, menggunakan sarung bahan
disebabkan alergi utama: pajanan logam tangan karet, pajanan di
oleh faktor akibat antibiotik, , tidak Penyamak kulit, luar
penyebab kerja pengawet,
langsun pekerja pembuat tempat
alergi lain tanaman dan
g timbul sepatu , pekerja tekstil kerja
yang timbul pohon,
dari aktivitas antiseptik, setelah di bagian pewarnaan,
pekerjaan produk karet, kontak penata rambut,
yang tidak pewarna,
termasuk perekat dan
dalam agen bonding,
penyebab lain logam (L23) 43
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018
PAK konsensus Fisika
DIAGNOSA PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
OKUPASI TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
(Permenkes PATOGNOMO PAJANAN PAJANAN R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
No.56) NIK INDIVID
KERJA PEKERJAAN
U
(Perpres
PAK)

11 Penyakit Katarak Katara tidak ada Ultra Violet, Pengelas, Pekerjaan Minimal Tidak A1 dan A2
yang Juvenilis k Infrared, dengan paparan 6 bulan a
disebabka Akibat lainnya Microwave, radiasi pengion dari da riwayat
n oleh Kerja (H.26. Pengion Ra mesin x-ray, reaktor trauma
radiasi 8) diasi nuklir, pandai besi, mata
optik, blower kaca, sebelumn
meliputi penerbang dan pekerja
ya, Tidak
ultraviolet, di landasan pesawat.
a
radiasi
elektromag da riwayat
netik DM
(visible sebelumn
light), infra ya,
merah,
termasuk
laser
12 Penyakit Keratiti Photoker Gejala UV, infrared Welders, Pekerja Timbul < Tidak ada Tidak ada A1
yang s at itis timbul peleburan logam, Pekerja 24 jam
disebabka Exposu (H16.1) segera glass blower, Pekerja setelah
n oleh re setelah yang terpapar UV, laser terpapar
radiasiopti terpapar grade 3-4 (panjang
k, meliputi exposure gelombang 532 - 1064
ultraviolet, las
nm)
radiasi
elektroma
gnetik
(visible
light), infra
merah,
termasuk
laser 44
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018
PAK konsensus Fisika (2) …..
DIAGNOS PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
A TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
OKUPASI PATOGNOM PAJAN PAJANA R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
(Permenk ONIK AN N INDIVID
KERJA PEKERJAAN
es No.56) U
(Perpres
PAK)

13 Kerusakan Tuli Efek Sensoryn Bisi - Tidak Tidak ada A1 dan A2


pendengara sensori kebisingan eural ng ditemukan hobi
n yang neural pada telinga Pekerja drilling,
Hearing berl riwayat mendengar
disebabkan akibat bagian ebih Pekerja bengkel,
Loss. genetik kan musik
oleh bising di dalam Pengemudi alat berat,
Pemeriks pada keras,
kebisingan Pekerja kamar mesin kapal,
tempat (H83.3) aan telinga, menembak,
kerja Pekerja ruang mesin
audiomet riwayat dan lain lain
(Noise kompresor hiperbarik,
ri nada minum
Induced Teknisi pesawat,
Hearing murni Penerbang helikopter obat
Loss) didapatk Pekerja di landasan (ototoksik)
an tuli pesawat, tenaga kesehatan , infeksi
sensorin evakuasi medis udara telinga
eural Pandai besi, kronik),
pada Personil militer dan kepolisian trauma
frekuensi yang menggunakan senjata kepala,
antara api Pekerjaan lainnya yang trauma
3000 – terpapar bising tinggi. telinga
6000 Hz.

14 Penyakit Otitic Aero otitic Tidak ada Perub Penerbang, Awak kabin dan Bersifat Tidak ada Tidak ada A2
yang barotra barotraum a ahan atlet dirgantara, penyelam, akut
disebabkan uma (T70.0) tekana tenaga kesehatan segera
oleh udara akibat n pendamping ruang udara setelah
bertekanan kerja Hypobarik dan Hyperbarik terpaja
atau udara (TOHB), Pekerja di bawah nan
yang tanah (Compressed Air
didekompresi; Worker (CAW)), tenaga
kesehatan evakuasi medis
udara 45
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018
PAK konsensus Fisika (3) …..
DIAGN PEKERJAAN KATAGORI
JENIS FAKTOR
OSA TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
OKUPA PATOGNOM PAJANAN PAJANA R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
SI ONIK N INDIVID
KERJA PEKERJAAN
(Perme U
(Perpres
nkes
PAK)
No.56)

15 Penyakit Sinu Sinus Tidak ada Perubahan Penerbang, Awak Bersifat Tidak ada Tidak ada A2
yang s barotraum a tekanan kabin dan atlet akut
disebabka barot (T70.1) dirgantara, penyelam, segera
n oleh raum tenaga kesehatan setelah
udara a pendamping ruang terpaja
bertekana akiba udara Hypobarik dan nan
n atau t Hyperbarik (TOHB),
udara kerja Pekerja di bawah
yang tanah (Compressed
didekompr Air Worker (CAW)),
esi; tenaga kesehatan
evakuasi medis udara

16 Penyakit Barotra Efek dari Tidak ada Perubahan Penerbang, Awak Bersifat Tidak ada Tidak ada A2
yang uma tekanan udara tekanan kabin dan atlet akut
disebabka (Mata, dan tekanan dirgantara, penyelam, segera
n oleh Saluran air, tidak tenaga kesehatan setelah
udara Cerna spesifik pendamping ruang terpaja
bertekana (T70.9) udara Hypobarik dan nan
Salura
n atau Hyperbarik (TOHB),
n
udara Pekerja di bawah
Napas
yang tanah (Compressed
didekompr , Kulit, Air Worker (CAW),
esi Gigi) tenaga kesehatan
Akibat evakuasi medis udara
Kerja
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

46
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
PAK konsensus Fisika (4) …..

DIAGNOSA PEKERJAAN KATAGORI


JENIS FAKTOR
OKUPASI TANDA AGEN / LAMA FAKTO PENETAPAN
No. PENYAKIT ICD X LAIN DI
(Permenkes PATOGNOM PAJANAN PAJANA R DIAGNOSA
AKIBAT LUAR
No.56) ONIK N INDIVID
KERJA PEKERJAAN
U
(Perpres
PAK)

17 Penyakit Penyakit Caisson Tidak ada Perubahan Penerbang, Awak Bersifat Tidak ada Tidak ada A2
yang Dekompr disease/de tekanan kabin dan atlet akut
disebabka esi Akibat compressi dirgantara, penyelam, segera
n oleh Kerja on tenaga kesehatan setelah
udara (Caisson sickness pendamping ruang terpaja
bertekana Disease) (T70.3) udara Hypobarik dan nan
Hyperbarik (TOHB),
n atau
Pekerja di bawah
udara
tanah (Compressed
yang Air Worker (CAW)),
didekompr tenaga kesehatan
esi evakuasi medis udara

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

47
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
PAK Konsensus ergonomic (3)…
DIAGNOS PEKERJAAN KATAGORI
JENIS PENYAKIT TANDA AGEN / LAMA FAKT FAKTOR
No. AKIBAT KERJA A ICD X PENETAPA
PATOGNOMONI PAJANAN PAJANAN OR LAIN DI
OKUPASI N
(Perpres PAK) K INDIVI LUAR
(Permenke DIAGNOSA
DU PEKERJAA
s No.56)
N
21 Penyakit saluran Laryngitis Laryng Suara serak Penggunaa Penyanyi, Segera Tidak ada Tidak ada A1 dan
pernafasan lain di Akut Akibat itis setelah n pita suara presenter, setelah kontak
mana ada Kerja Akut penggunakan berlebihan pembaca berita, pengguna dengan A2
hubungan langsung (J04.0) suara guru, dosen, an suara penderita
antara paparan berlebihan pekerjaan lain berlebiha TB di luar
faktor risiko yang saat bekerja yang n tempat
muncul akibat menggunakan kerja.
aktivitas suara
pekerjaan dengan berlebihan.
penyakit yang
dialami oleh
pekerja yang
dibuktikan secara
ilmiah dengan
menggunakan
metode yang tepat

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 48


PAK konsensus Ergonomi
DIAGN PEKERJAAN KATAGORI
JENIS TANDA AGEN / LAMA FAKTO FAKTOR
No. PENYAKIT OSA ICD X PENETAPA
PATOGNOM PAJANAN PAJANA R LAIN DI
OKUP N
AKIBAT ONIK N INDIVID LUAR
ASI DIAGNOSA
KERJA U PEKERJAA
(Perme
(Perpres N
nkes
PAK)
No.56)

8 Carpal tunnel Carpal Carpal tidak ada Gerakan Dokter gigi, Pekerja dengan Minimal Tidak ada tidak ada A1 dan A2
syndrome Tunnel Tunnel berulang-ulang alat Jack Hammer, Pekerja 8 bulan obesitas, aktifitas lain
karena periode Syndrom Syndro (gerak repetitif), mengetik, Tukang potong tidak ada di luar
berkepanjangan Akibat m pekerjaan yang daging (butcher), pekerja kehamilan, pekerjaan
dengan gerak Kerja (G.56.0) melibatkan gergaji (sawmill), pekerja tidak ada yang dapat
repetitif yang getaran, Posisi perakitan (manufacture), riwayat menyebabka
ekstrim pada dislipidemia,
mengerahkan pekerja pelinting rokok n CTS seperti
pergelangan hipertensi,
tenaga, dengan tangan, pemain gerakan
tangan DM,
pekerjaan yang terutama musik drum dan pekerja Rheumathoid repetitif,
melibatkan kombinasi dari lainnya yang terpajan Arthritis dan pekerjaan
getaran, posisi risiko tersebut gerakan berulang (gerak tidak ada yang
ekstrim pada repetitif), getaran, posisi riwayat melibatkan
pergelangan ekstrim pada pergelangan cidera pada getaran,
tangan, tangan. pergelangan posisi ekstrim
tangan. pada
pergelangan
tangan.
9 Penyakit Nyeri Simple Keluhan Manual Perawat yang angkat angkut Bersifat Tidak ada Tidak ada A1
otot dan Pungg LBP terjadi handling, pasien, Pengendara alat akut riwayat aktivitas
kerangka ung (M54.5) segera whole body berat, Pekerja kuli panggul, segera trauma manual
lain Bawah setelah vibration penerbang helicopter, setelah tulang handling dan
Sederh angkat pramugari/pramugara, terpajana punggung whole body
ana angkut mekanik pesawat, Anak n sebelumnya vibration di
saat Buah Kapal bagian mesin. , tidak ada luar
Akibat
bekerja riwayat pekerjaan.
Kerja
RA/OA pada
tulang
punggung
sebelumnya
.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018 49
PAK Konsensus ergonomic (2)…

DIAGN PEKERJAAN KATAGORI


JENIS TANDA AGEN / LAMA FAKTO FAKTOR
No. PENYAKIT OSA ICD X PENETAPA
PATOGNOM PAJANAN PAJANA R LAIN DI
OKUP N
AKIBAT ONIK N INDIVID LUAR
ASI DIAGNOSA
KERJA U PEKERJAA
(Perme
(Perpres N
nkes
PAK)
No.56)

10 Penyakit HNP Kelainan Hasil Manual Perawat yang angkat angkut Bersifat Tidak ada Tidak ada A2
otot dan Akibat Lumbal rontgen Lesi handling, pasien, Pengendara alat akut riwayat aktivitas
kerangka Kerja dan di L3, L4, L5 whole body berat, Pekerja kuli panggul, segera trauma manual
lain Diskus Terjadi vibration penerbang helicopter, setelah tulang handling dan
Interverte segera pramugari/pramugara, terpajana punggung whole body
b ralis setelah mekanik pesawat, Anak n sebelumnya vibration di
lainnya posisi Buah Kapal bagian mesin. , tidak ada luar
dengan angkat riwayat pekerjaan.
radikulopa angkut saat RA/OA pada
ti tulang
bekerja
(M51.1) punggung
sebelumnya
.

Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 50


ALUR PENETAPAN KATEGORI

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


51
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 52


RUJUK DAN RUJUK BALIK

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


53
Sumber: Konsensus Tatalaksana PAK,2018
Catatan:
merah= alur kelompok A1
Hijau = alur kelompok A2 Prepared by Dewi S Soemarko (8 Des 2018) 54
Sumber: BPJS Kesehatan 2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 55


Clinical Path way for RETUN TO WORK PROGRAME
AFTER OCCUPATIONAL DISEASES DIAGNOSED
WORKER

ACCIDENT DISEASES

NO Occ. accident Occ. accident Occupational Diseases No Occupational Diseases

FIT TO WORK assessment

Fit to Work Fit To Work Temporary Un Fit UNFIT For this Job UNFIT For ALL The Jobs
With Note

RTW PROGRAM

Return Temporary Permanent


JOB REPLACEMENT 56
To the first job JOB REPLACEMENT

Courtesy by: Astri B Sulistomo, 2010


Same company Different company
Prepared by Dewi S Soemarko & Astrid B Sulistomo
RETURN
RETURNTO WORK EVALUATION
TO WORK (by: PERDOKI, 2008)
EVALUATION (by PERDOKI, 2008)
2 4
1 3

DESKRIPSI TUNTUTAN PEKERJAAN: KONDISI MEDIS PERTIMBANGAN


1. Kapasitas Fisik RISIKO untuk Pekerja 21 April 2018
PEKERJAAN SAAT INI
2. Mobilitas
3. Penginderaan
4. Keseimbangan
5. Ketrampilan Motorik PERTIMBANGAN
6. Kesiapan hadapi 5
TOLERANSI
Keadaan Darurat
(Medis – Pekerjaan)
7. Komunikasi
8. Aspek Mental
9. Aspek Organisasi
10. Aspek Lingkungan PENETAPAN STATUS KECACATAN:
Kerja 1. Impairement
11. Aspek Temporal (kerja 6
2. Disability
dan istirahat saat bekerja)
3. Handycap
12. Aspek Ergonomi

KEMUNGKINAN
MEMBAHAYAKAN:
STATUS KELAIKAN KERJA: 1. Diri Sendiri 7
1. Fit to work 2. Rekan Kerja
2. Fit to work with note 3. Lingkungan Kerja
8 3. Temporary un fit
4. Unfit untuk pekerjaan ini

Pekerja dapat kembali bekerja dalam keadaan:


– Fisik dan mental pulih
MEDICAL CERTIFICATE
– Fisik pulih – mental belum pulih Return To Work Evaluation
– Disabilitas fisik sementara
– Disabilitas permanen
* Pendanaan untuk Return to work Medical Evaluation sesuai dengan PERDOKI
57
Prepared by Dewi S Soemarko & Astrid B Sulistomo
Penutup

• Latar Belakang perlunya Konsensus Tatalaksana PAK:


deteksi PAK masih kurang, beban pembiayaan
• Pengertian, Ruang Lingkup dan Tujuan Konsensus
Tatalaksana PAK
• Dasar Hukum
• Kategori Penyakit Akibat Kerja: A1,A2,B dan C
• Alur Penentuan Kategori A1,A2, B dan C
• Rujuk dan Rujuk Balik Dugaan PAK

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 58


Referensi
• UU no 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran
• UU no 36 tahun 2004, tentang Tenaga Kesehatan
• UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Uu no 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
• UU No 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
• Peraturan Kepala BKN no 5 tahun 2016 tentang Pedoman Kriteria Penetapan Kecelakaan Kerja, cacat dan
Penyakit Akibat Kerja serta kriteria Penetapan tewas bagi pegawai aparatur sipil negara
• DS Soemarko dan A. Sulistomo. Diagnosis Okupasi sebagai penentu Penyakit Akibat Kerja. 2014
• Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012 – Perkonsil tahun 2013
• Peraturan Konsil Indonesia no 21/KKI/Kep/IX/2006 : Standar Kompetensi Dokter Spesialis
• Konsensus Tatalaksana Penyakit akibat Kerja di Indonesia, desember 2018
• Peraturan Presiden no 7 tahun 2019 tentang Penyakit akibat Kerja

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 59


TERIMA KASIH
atas perhatiannya…

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 60


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 61
SEKILAS INFO

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


62
PERDOKI
Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia

• Membina profesi dokter dalam bidang pelayanan kesehatan/kedokteran


kerja/kedokteran okupasi

• Sebagai organisasi profesi yang mempunyai Kolegium Kedokteran Okupasi


di IDI, dimana kolegium tsb berhak mengeluarkan Sertifikat Kompetensi
untuk dokter dalam bidang kesehatan / kedokteran kerja/kedokteran
okupasi (sesuai UU Praktek Kedokteran tahun 2004)

• Ada Kode Etik Dokter Indonesia dan Kode Etik Dokter Okupasi Indonesia

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 63


SUMBER DAYA MANUSIA

Kompetensi Dokter dan kewenangan


1. Dokter praktek umum + pelatihan hiperkes 
Dokter umum

2. Dokter praktek umum + Magister K3 


Dokter umum

3. Dokter praktek umum + Magister Ked Kerja 


Dokter umum dg kewenangan SpOk hanya berlaku
di tempat kerjanya

4. Dokter Spesialis Ked. Okupasi  SpOk


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 64
CABANG KEILMUAN DI KEDOKTERAN
(AIPI, 1997)

Interna, Anak, Bedah, Kebidanan,


Manajemen Statistik
Mata, THT, Anestesi, Neurologi, Kulit,
Radiologi, Psikiatri, Forensik, Gimul,
Ked. Olah raga Ked. Kelautan
Rehab medis, dll

KIMIA,FISIKA, BIOLOGI, Ked. Tropis Ked. Penerbangan


BIOKIMIA, FISIOLOGI, HISTOLOGI,
ANATOMI, PA, Klinpat, Farmakologi,
Parasitologi, Mikrobiologi
KED. KELUARGA KED. OKUPASI
MEDIK BEDAH

BIOMEDIK KLINIK KOMUNITAS

KEDOKTERAN
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 65
Kompetensi dalam bidang-bidang Ilmu Kedokteran

Dan lain-lainnya
Ked. Olahraga
Ked. Okupasi
Kebidanan

Farmako
Anestesi

Forensik
Psikiatri
Interna

KlinPat
Bedah

Neuro

Mikro
Mata
Anak

Paru
kulit

THT

PA
0
Dokter
20

40
Dokter
60 Spesialis
Inten
sifika
si 80

100
Dokter = SKDI 2012
Diversifikasi
Dokter Spesialis = Standar Kompetensi sesuai Kolegium masing-masing
120 66
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Semua kompetensi Level 4

Standar Kompetensi Dokter (d/h: Dokter Umum)


(Dokter di Pelayanan Primer) PerKonsil tahun 2012

Bidang Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas:


84. Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya
pencegahan dalam berbagai tingkat pelayanan
85. Mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan
86. Memperhatikan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas
87. Penilaian risiko masalah kesehatan
88. Memperlihatkan kemampuan penelitian berkaitan dengan lingkungan
89. .................
90. ................
91. Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja
92. Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien
93. Melakukan langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan penanganan
pertama di tempat kerja, serta melakukan pelaporan PAK

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 67


Apa itu Spesialis Kedokteran Okupasi ?

• Dokter Spesialis yang berkecimpung dalam bidang pelayanan


kesehatan kerja dan kedokteran okupasi

• Kompetensi utama:
1. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
2. Penentuan Fit to work
3. Penentuan Return to work
4. Penentuan Kecacatan Akibat Kerja
5. Melakukan Occupational Medicine Surveilance

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 68


STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN OKUPASI
Tahun 2014
No. Kompetensi
A Kompetensi Umum
1 Aspek medikolegal, etika, dan perundang-undangan dalam kedokteran okupasi
2 Komunikasi dalam bidang Kedokteran Okupasi
3 Keselamatan Pasien dalam Kedokteran Okupasi (Patient Safety)
4 Kerjasama Tim dalam bidang Kedokteran Okupasi

B Kompetensi Dasar (termasuk kompetensi utama dan kompetensi penunjang)


B.1. Kompetensi Utama
1 Mampu melakukan surveilens medis pada komunitas pekerja (Occupational
Medical Surveilance)
2 Mampu melakukan penatalaksanaan dan penanganan Penyakit akibat Kerja
secara komprehensif termasuk penentuan Diagnosis Okupasi
3 Mampu membuat penilaian laik kerja (Fit to work) pekerja
4 Mampu melakukan evaluasi dan mengembangkan program kembali kerja (Return
to work)
5 Mampu melakukan penilaian kecacatan dan perhitungan persentase kecacatan
akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 69
STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI
Tahun 2014

B Kompetensi Dasar (termasuk kompetensi utama dan kompetensi penunjang)


B.2. Kompetensi Penunjang
1 Mampu merancang dan melakukan pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja dan berkala
serta khusus pada pekerja dan komunitas pekerja sesuai dengan karakteristik pekerja, jenis
pekerjaan dan pajanannya
2 Mampu melakukan analisis dan menyimpulkan hasil pemeriksaan kesehatan kerja secara
individu dan kelompok serta membuat rekomendasi yang mampu laksana
3 Mampu merancang dan melaksanakan program promotif dan preventif dalam bidang
kedokteran okupasi dan kesehatan kerja
4 Mampu melakukan pendidikan dan komunikasi efektif dalam bidang kedokteran okupasi
5 Mampu mengembangkan dan mengelola program K3 dan kedokteran okupasi di tempat
kerja yang sesuai dengan tingkat risiko
6 Mampu mengidentifikasi faktor risiko dan bahaya potensial di tempat kerja maupun
lingkungan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan individu pekerja dan
komunitas (masyarakat dan komunitas sekitarnya )

7 Mampu melakukan identifikasi pajanan di tempat kerja dan penilaian serta pengendalian
pajanan di tempat kerja (manajemen risiko)
8 Mampu melakukan analisis tugas kerja di perusahaan (Job analysis pekerja).
9 Mampu mengimplementasi prinsip-prinsip toksikologi industri pada pekerja dan komunitas
yang terpajan.
10 Mampu mengaplikasikan aspek psikologi kerja dalam menunjang keputusan
penatalaksanaan masalah kesehatan kerja 70
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI
Tahun 2014

B Kompetensi Dasar (termasuk kompetensi utama dan kompetensi penunjang)

11 Mampu melakukan analisis dampak bahaya lingkungan kerja bagi pekerja dan
masyarakat sekitar
12 Mampu melakukan penelitian sesuai kaidah ilmiah dalam bidang kedokteran okupasi
13 Mampu menganalisis kebutuhan gizi komunitas pekerja
14 Mampu melakukan analisis dan pencegahan kecelakaan kerja secara komprehensif
15 Mampu melakukan dan atau menilai uji latih kapasitas paru dan kardivaskuler untuk
penentuan laik kerja (fit to work).
16 Melakukan dan atau menilai pemeriksaan untuk menilai pajanan, menunjang penegakkan
Diagnosis Okupasi /PAK dan evaluasi pajanan serta penentuan laik kerja, yaitu
pemeriksaan
- biomonitoring
- spirometri Okupasi
- audiometri Okupasi
- ILO RAdiografi
- Uji Latih Kapasitas Paru dan Kardiovaskuler
- Pemeriksaan lainnya yang sesuai (lakasidaya reaction time, Lantonine test,dll)
17 Mampu melakukan pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan kerja dan penyakit
darurat di tempat kerja

18 Mampu mengembangkan dan mengimplementasikan disaster plan yang sesuai dengan


tempat kerja
71
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
BUKU: Standar Kompetensi Dokter Pemberi Pelayanan Kesehatan Kerja
dan Kedokteran Okupasi , 2008

Kriteria Tahapan Kompetensi


Kompetensi klinis kedokteran okupasi dan kesehatan kerja dibagi atas tahapan :

Level kompetensi
1. Kenal gambaran klinis/ potensi masalah kesehatan kerja atau masalah
kesehatan kerja dan langsung merujuk

2. Membuat Diagnosis Okupasi (anamnesis, PF, Penunjang) , lalu merujuk

3A Idem 2 dengan penatalakasanaan Okupasi dan merujuk ke Spesialis


(bukan kasus gawat darurat)
3B Idem 3A, tetapi untuk kasus gawat darurat

4 Menangani semua masalah okupasi dan kesehatan kerjanya secara


tuntas,
dengan memberikan sertifikasi/expertise bila diperlukan
4A : saat lulus harus sudah mencapai kompetensi ini
4B : kompetensi yang dicapai setelah melakukan pelatihan
72
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Contoh
Ada 53 Penyakit yang berhubungan dengan Kerja di ICD 10-OH

A.1. PENYAKIT INFEKSI PADA KOMUNITAS/INDIVIDU PEKERJA: ICD-10... (1)

Kompetensi 1 2 3A 3B 4
1 INFEKSI BAKTERI, VIRUS, JAMUR pada
pekerja sektor kesehatan, pertanian,
kehutanan dan tentara

OCCUPATIONAL MEDICAL SURVEILANCE DH MKK SpOk

-Diagnosis okupasi DH, MKK, SpOk


-tata laksana penyakit akibat kerja DH MKK, SpOk

Kelaikan Kerja DH MKK SpOk

Penilaian kembali kerja DH MKK SpOk


Penentuan kecacatan DH MKK SpOk

Ket: DH= Dokter dengan Pelatihan Hiperkes MKK= Magister dalam Kedokteran Kerja/Okupasi SpOk= Spesialis Kedokteran Okupasi

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 73


The difference between competency:
SpOk, MKK, GP hiperkes

Competency SpOk MKK GP with training Hiperkes

Different level competency for each level kompetensi


Competancy level 4 occupational diseases tiap penyakit berbeda

Must be special training by


Must be special training by Indonesian
Indonesian Occupational Medicine
Occupational Medicine College
College

Diagnosis Do the 7 steps of Occupational · make fit to work and sign the fit to
okupasi Diseases after taking the work certificate in many industry and
 to make Occupational
competency training workplace.
(53 PAK diseases Diagnose according to
(Dapat Melakukan tujuh langkah (Dapat Melakukan tujuh langkah
ICD 10- National and International i list
diagnosis okupasi setelah ikut diagnosis okupasi setelah ikut
OH) pelatihan kompetensi) pelatihan kompetensi)
 to make Occupational
diseases Diagnose according to
new agents.

Prepared
Sumber: Standar Kompetensi Dokter Pemberi by DewiKedokteran
Pelayanan S Soemarko (17 Febuari
Okupasi 2019) Kerja- 2014
dan Kesehatan 74
Competency SpOk MKK GP with training Hiperkes

Competancy Level 4 Competancy level 3A Competancy level 2

Different level competency Different level competency


for each occupational for each occupational
diseases diseases

· make fit to work and sign Can make the simple fit to
· make the fit to work for work for sedentary worker
the fit to work certificate
Fit to work worker in many industry and with in low risk
for worker in many
workplace.
industry and workplace.

· make fit to work and sign


· make fit to work in medical
the fit to work certificate for
check up health
worker in many industry and
provider based on the MCU
workplace for heallth
giudeline company (Melakukan
provider
penilaian kelaikan kerja di
(melakukan penilaian dan
provider pemeriksa kesehatan
menerbitkan sertifikat
pekerja sesuai panduan
kelaikan kerja di provider
kelaikan kerja yang sudah
pemeriksa kesehatan
disediakan oleh perusahaan).
pekerja).
· make fit to work
guideline for workplace
(menyusun dan
menentukan panduan
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
kelaikan kerja). 75
Sumber: Standar Kompetensi Dokter Pemberi Pelayanan Kedokteran Okupasi dan Kesehatan Kerja- 2014
Competency SpOk MKK GP with training Hiperkes
Level kompetensi 4 level kompetensi 3A
Must be took special training
from IndonesianOccupational
Medicine College
· Make evaluation and making
return to work certificate for
worker in many industry and
workplace · Melakukan penilaian kembali
Return to (Melakukan penilaian dan bekerja bagi pekerja dari
work menerbitkan sertifikat kembali berbagai sektor industri dan
bekerja bagi pekerja dari tempat kerja.
berbagai sektor industri dan
tempat kerja)

· Melakukan penilaian kembali


bekerja di provider pemeriksa
· Melakukan penilaian dan
kesehatan pekerja sesuai
menerbitkan sertifikat kembali
panduan kembali bekerja yang
bekerja di provider pemeriksa
sudah disediakan oleh
kesehatan pekerja.
perusahaan.

· Menyusun dan menentukan


panduan kembali bekerja.

Sumber: Standar Kompetensi Dokter Pemberi Pelayanan Kedokteran Okupasi dan Kesehatan Kerja- 2014
76
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Competency SpOk MKK GP with training Hiperkes
Competancy Level 4 Competancy level 3A
Must be special training by
Indonesian Occupational
Medicine College
· evaluation for disability in
Disability · evaluation for disability in the
the worker
(Penentuan worker ( Melakukan penilaian
(Melakukan penilaian
kecacatan) kecacatan pada pekerja)
kecacatan pada pekerja )

Sumber: Standar Kompetensi Dokter Pemberi Pelayanan Kedokteran Okupasi dan Kesehatan Kerja- 2014

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 77


Competency SpOk MKK GP with training Hiperkes

Competency Level 4 Competency level 3A Competency level 2

Must be took special training Must be took special training


from Indonesian Occupational from Indonesian Occupational
Medicine College Medicine College

· health risk assessment in · health risk assessment in the ·Hazards identification in the
Medical workplace ( Melakukan workplace workplace
surveillance penilaian risiko kesehatan di (Melakukan penilaian risiko ( Melakukan identifikasi bahaya
tempat kerja.) kesehatan di tempat kerja). potensial di tempat kerja).
· make the health priority for
· make the health risk · make the health priority for
surveilance
priority for surveilance surveilance
(Mengidentifikasi toksisitas
(Menetapkan prioritas risiko ( Menetapkan prioritas risiko
dan/atau target organ untuk
kesehatan yang akan kesehatan yang akan dilakukan
setiap potensi bahaya yang
dilakukan surveilans.) surveilans.)
ada).
· toxicity identification and
Toxicity identification and or
or target organ for the
target organ for the hazards ·Choose the test procedure
hazards (Mengidentifikasi
·(Mengidentifikasi toksisitas ( Memilih prosedur tes yang
toksisitas dan/atau target
dan/atau target organ untuk akan dilakukan).
organ untuk setiap potensi
setiap potensi bahaya yang ada.)
bahaya yang ada).
Sumber: Standar Kompetensi Dokter Pemberi Pelayanan Kedokteran Okupasi dan Kesehatan Kerja- 2014
78
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Siapa yang mendiagnosis PAK atau Bukan
PAK?
Peraturan Menteri Kesehatan RI no 56 tahun 2016:
Pasal 8 , ayat 1:
• Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama dilaksanakan oleh dokter dengan kompetensi tambahan terkait
penyakit akibat kerja yang diperoleh melalui pendidikan formal atau
pelatihan.
Pasal 9
• Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjutan dilaksanakan oleh dokter spesialis kedokteran okupasi.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 79


Prinsip
• Yang membuat Diagnosis Penyakit akibat Kerja:
Dokter atau Dokter Spesialis(SpOk) yang sesuai kompetennya ( UU
Praktik Kedokteran)
• Kompetensi ditentukan oleh Kolegium masing masing  STR :
Dokter atau Dokter Spesialis (SpOk)

• Kompetensi Dokter = SKDI 2012,


- bagi yang masuk FK 2012/2013 atau lulus 2017/2018  sesuai
- bagi yang pake kurikulum selain itu (KIPDI 3 atau KIPDI 2)  perlu
penyesuaian dengan pelatihan dari PERDOKI

• Kompetensi SpOk= Standar Kompetensi SpOk

• STR menentukan kewenangan  SIP yang akan didapat

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 80


Khusus Dokter:
Bagaimana secara medis mendiagnosis?

• Metode 7 langkah Diagnosis Okupasi 


untuk sistematika medis yang sama
• Sudah disepakati profesi
• Masuk dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia 2012 (perkonsil 2013) bidang
ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran
komunitas

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 81


Peraturan Menteri Kesehatan RI no 56 tahun 2016
Pasal 4
(1) Diagnosis penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a dilaksanakan dengan pendekatan 7 (tujuh) langkah yang
meliputi:
a. penegakan diagnosis klinis;
b. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja;
c. penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit;
d. penentuan kecukupan pajanan;
e. penentuan faktor individu yang berperan;
f. penentuan faktor lain di luar tempat kerja; dan
g. penentuan diagnosis okupasi.

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)


82
7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
Langkah 1:
(untuk menentukan ada atau tidak Diagnosis PAK)
Konsensus Perdoki 2011 Diagnosis Klinis

Langkah 7: Tentukan
Diagnosis PAK /
Langkah 2:
Diperberat Pekerjaan
/Bukan PAK / tambah Pajanan di lingkungan
Data kerja

Langkah 6: Langkah 3:
Adakah faktor lain di Adakah hubungan antara
luar pekerjaan pajanan dengan
Diagnosis Klinis

Langkah 5:
Langkah 4:
Adakah faktor-faktor
individu yang Apakah pajanan yang
berperan dialami cukup besar

83
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Penyakit Akibat Kerja
• ILO Convention No. 121 di Geneva pada December 1991  Penyakit karena agen, penyakit
sesuai target organ dan keganasan

• ICD 10 – OH , secara umum dibagi menjadi:


1. Diseases caused by agents
1.1 Diseases caused by chemical agents
1.2 Diseases caused by physical agents
1.3 Diseases caused by biological agents
2. Diseases by target organ
2.1 Occupational respiratory diseases
2.2 Occupational skin diseases
2.3 Occupational musculoskeletal diseases
3. Occupational cancer
4. Others

• Peraturan Presiden no 7 tahun 2019 tentang PENYAKIT AKIBAT KERJA

• ASEAN Diagnostic Criteria

84
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
ILO Convention no 121

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 85


ICD 10 - OH

Prepared by Dewi S Soemarko (17


Febuari 2019)
86
PerPres no 7 tahun 2019

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja 87


Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Feb 2019)
PerPres no 7 tahun 2019

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Kemenkes RI dan Tim PERDOKI 88


(Feb 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko
89
(Layanan Primer, FEbuari 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko
90
(Layanan Primer, FEbuari 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko
91
(Layanan Primer, FEbuari 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko
92
(Layanan Primer, FEbuari 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko
93
(Layanan Primer, FEbuari 2019)
Akan diganti pada tahun 2018

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 94


Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 95
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 96
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 97
Konsensus Penyakit akibat Kerja
(14 Desember 2018)

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 98


Konsensus Penyakit akibat Kerja
(14 Desember 2018)

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 99


Contoh: Penyakit Akibat Kerja

ASMA KERJA
Normal Asma

Dermatitis Kontak alergi Carpal Tunner Syndrome

03/03/2018
Dermatitis kontak alergi pada pekerja elektronik yang menggunakan daphne oil
Prepared by Dewi S Soemarko
Prepared by Dewi S Soemarko (IDI Bogor, 14 Okt 2018) 100
(17 Febuari 2019)
LOW BACK PAIN

SARS

Faktor risiko :
-mengangkat berat
-Repetitif twisting
-bending

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 101


Tingkat Fasilitas pelayanan Kesehatan sumber:
Pasal 5 Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2016

Berdasarkan Tingkatan (sistem rujukan)


• Fasilitas Pelayanan Kes.Pertama :
Klinik pratama, Puskesmas, Dokter Praktik Swasta,
Bidan Praktik Swasta

• Fasilitas Pelayanan Kes. Dua:


Klinik utama, Rumah Sakit tipe D dan C

• Fasilitas pelayanan Kes. Tiga:


Rumah Sakit tipe B dan A

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 102


Tipe perkembangan pelayanan Kesehatan Kerja (ILO & WHO, 2005)

Personel

Jenis industri

103
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019)
Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 104
• Tiap Dokter wajib membuat Diagnosis, termasuk melakukan 7 langkah
Diagnosis Okupasi untuk menentukan PAK atau bukan PAK

• Ketika Diagnosis PAK jelas dan Diagnosis BUKAN PAK jelas  maka mudah
dilakukan oleh Dokter untuk memilah: PAK atau Bukan PAK

Ingat, bila:
• Complicated : jumlah pajanan banyak, jenis pajanan
bervariasi
• Magnitude of exposure besar
• Level severity dan gangguan kesehatan yang perlu
penanganan khusus - terkait dengan FTW dan RTW
 perlu rujuk ke Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi

Prepared by Dewi S Soemarko (17 Febuari 2019) 105

Anda mungkin juga menyukai