Anda di halaman 1dari 22

1

SKS : 3 (2-1)

2
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

3
PENDAHULUAN
 KIMIA ANALITIK : berhubungan dengan teori dan praktek dari metode-
metode yang dipakai untuk menetapkan komposisi bahan. Dalam
pengembangan metode analisis, dukungan bidang ilmu lain seperti fisika,
biologi dan komputer diperlukan.
 ANALISIS KUALITATIF : berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia (unsur
atau senyawa) yang terkandung dalam sampel.
 ANALISIS KUANTITATIF : berkaitan dengan penetapan berapa banyak
suatu zat tertentu terkandung dalam sampel. Zat yang ditetapkan tersebut
sering disebut sebagai analit atau konstituen. Jika analit tersebut menyusun
lebih dari 1% dari sampel dapat dianggap sebagai konstituen utama. Bila
jumlah analit sekitar 0,01% - 1% dikategorikan sebagai analit minor, dan bila
kurang dari 0,01% disebut sebagai konstituen perunut (trace).
 Analisis kuantitatif juga biasa diklasifikasikan berdasarkan ukuran sampel. Jika
sampel lebih besar dari 0,1 g, diklasifikasikan sebagai analisis makro, sampel
antara 10 – 100 mg disebut analisis semimikro, sementara analisis mikro untuk
sampel dengan ukuran antara 1 – 10 mg; dan ultra mikro melingkupi sampel
dalam orde mikrogram ( 1 μ = 10 -6 g)

4
METODOLOGI KIMIA ANALITIK
Suatu analisis yang lengkap terdiri dari lima tahap utama yaitu :
1.Pencuplikan sampel : yaitu pemilihan bagian sampel yang representatif
2.Pelarutan sampel
3.Konversi analit menjadi suatu bentuk yang dapat diukur
4.Pengukuran
5.Perhitungan dan penafsiran dari hasil pengukuran tersebut.

Disamping lima tahapan ini, ada beberapa tahapan lain yang mungkin
dibutuhkan, misal pengeringan sampel dan pengkuran berat atau
penimbangan yang akurat dari sampel atau pengukuran volume (bila
sampel berupa gas). Hal ini mutlak diperlukan karena hasil kuantitatif
biasanya dilaporkan dalam satuan relatif, misalnya jumlah gram analit per
100 g sampel (persen berat).

5
PENCUPLIKAN SAMPEL
 Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh suatu sampel yang mewakili
semua komponen. Proses ini umumnya melibatkan aplikasi statistik dalam
arti bahwa kita akan menarik kesimpulan mengenai susunan sampel
ruahan dari analisis terhadap bagian yang sangat kecil dari bahan tersebut.
 Tahapan untuk zat padat, untuk ini kita ambil contoh kasus batubara :
1. Memilih seporsi besar batubara, diperoleh sampel kasar (gross). Ukuran
sampel yang diperlukan bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran
partikel dan homogenitas partikel. Dalam kasus batubara sampel kasar
harus sekitar 1000 lb, jika partikel tidak lebih dari sekitar 1 inci panjang,
lebar ataupun tingginya. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
mencomot secara berulang dari conveyor belt yang berputar. Atau, jika
batubara itu disekop dari truk, tiap sekopan ke 50 dapat disisihkan sebagai
sampel.
2. Sampel kasar ini kemudian ditumbuk secara sistematis dan ukurannya
dikurangi. Pengurangan sampel dilakukan dengan menimbun sampel
sampai membentuk kerucut, kemudian kerucut dipadatkan dan dibagi
menjadi 4 bagian yang sama besar dan 2 bagian dibuang.

6
Pencuplikan sampel, continue
 Pengurangan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan piranti
mekanis yang disebut pengocok (riffle). Alat ini terdiri dari barisan talang kecil
melandai yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap talang secara selang-
seling membuang sampel dalam arah berlawanan. Dengan cara ini sampel
akan terbagi dua.

CAIRAN
 Untuk sampel yang mengalir dalam sistem pipa, diambil dari titik-titik yang
berlainan dalam sistem itu.
 Dalam suatu danau atau sungai, sampel diambil pada lokasi yang berlainan
dan pada kedalaman yang berbeda-beda.
 Dalam menguji pemurnian alamiah dari suatu sungai yang tercemar, sampel
diambil disejumlah tempat ke arah hilir dari tempat pembuangan limbah.
 Untuk pengambilan sampel pada variasi kedalaman digunakan “grab sampler”

7
Pencuplikan sampel bentuk Gas
 Dalam mengumpulkan suatu sampel udara untuk analisis, maka volume yang
diambil, laju serta lamanya pencuplikan merupakan faktor-faktor penting.
 Biasanya udara dialirkan lewat sederetan penyaring halus untuk memisahkan
materi butiran, dan dilewatkan ke dalam kolom larutan sehingga terjadi suatu
reaksi kimia yang dapat memerangkap komponen yang diinginkan.

8
MELARUTKAN SAMPEL
 Secara umum bahan-bahan yang terdapat di alam, seperti bijih dan produk-
produk logam, harus diolah secara khusus agar dapat dilarutkan. Ada dua
metode spesifik yang paling lazim digunakan yakni (1) pengolahan dengan
asam klorida, nitrat, sulfat atau perklorat, dan (2) pelelehan bersama suatu
fluks asam atau basa, diikuti pengolahan dengan air atau suatu asam.
 Kerja asam selaku pelarut bergantung pada beberapa faktor :
1. Reduksi ion hidrogen oleh logam lebih aktif daripada hidrogen, misalnya:
Zn(s) + 2H+ ------------ Zn2+ + H2 (g)

2. Bereaksinya ion hidrogen dengan anion asam lemah, misalnya CaCo3


+ 2+
(s) + 2 H ------------ Ca + H2O + CO2 (g)

3. Sifat oksidasi dari anion asam, misalnya

3Cu (s) + 2NO3- + 8H+ ------------ 3Cu + 2NO (g) + 4H2O

9
Melarutkan sampel (continue)
4. Kecenderungan anion asam itu untuk membentuk kompleks yang dapat
larut dengan kation zat yang dilarutkan, misalnya
Fe3+ + Cl- --------------- FeCl2+

Asam klorida dan nitrat merupakan asam paling lazim digunakan untuk
melarutkan sampel. Ion klorida memiliki kecenderungan kuat membentuk
komplek yang larut dengan banyak unsur. Sementara ion nitrat merupakan
pengoksidasi yang kuat. Campuran kedua asam ini (aqua regia) merupakan
pelarut yang sangat ampuh.

Kebanyakan zat yang tahan terhadap serangan air atau asam akan lebih
larut setelah dilelehkan dengan suatu fluks yang tepat. Fluks basa seperti
natrium karbonat digunakan untuk menyerang bahan asam seperti silikat.
Fluks asam seperti kalium hidrogen sulfat digunakan untuk bahan basa
seperti bijih besi. Fluks juga bisa menggunakan zat pengoksidasi atau
pereduksi seperti natrium peroksida.

10
MENGUBAH ANALIT MENJADI BENTUK DAPAT DIUKUR
 Sebelum melakukan pengukuran biasanya analis harus memecahkan masalah
“gangguan”. Misalnya, dalam penetapan tembaga dari suatu sampel dengan
penambahan kalium iodida dan menitrasi iodin yang dibebaskan dengan
natrium tiosulfat. Jika larutan juga mengandung ion besi (III), maka ion yang
juga akan mengoksidasi iodida menjadi iodin ini harus terlebih dahulu
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan menambahkan natrium flourida ke
dalam larutan sehingga besi (III) akan diubah menjadi kompleks FeF6 3- yang
stabil.
 Cara lain adalah dengan pemisahan secara fisika. Misalnya dalam penentuan
kadar magnesium dalam sampel yang juga mengandung ion besi (III) dan
magnesiumnya akan diendapkan sebagai bentuk oksalat. Untuk ini terlebih
dahulu kita harus mengendapkan besi (III) sebagai hidroksida dengan
penambahan amonia pada pH sekitar 6,5, dimana pada pH ini magnesium
tidak akan mengendap.
 Cara pengendapan ini paling umum digunakan dalam analisis gravimetri,
misal dalam penentuan klorida, dimana unsur ini diendapkan sebagai perak
klorida kemudian disaring dan dikeringkan dan ditimbang.

11
PENGUKURAN
 Pengukuran dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika atau biologi.
 Teknik pengukuran yang digunakan dapat dikelompokan menjadi metode
titrimetri, gravimetri, dan instrumental.

PERHITUNGAN DAN PENAFSIRAN PENGUKURAN


 Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analit
dalam sampel. Metode titrimetri dan gravimetri, misalnya, didasarkan pada
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia. Dalam spektrofotometri
absorbansi, sifat yang diukur berbanding lurus dengan konsentrasi analit
dalam larutan.
 Dalam penafsiran hasil pengukuran harus dipertimbangkan adanya kesalahan
atau galat.

12
GALAT DAN PENGOLAHAN DATA ANALITIK
 Galat adalah perbedaan numerik antara nilai yang dihitung dengan nilai
sebenarnya. Nilai sebenarnya dari suatu kuantitas adalah sesuatu yang kita
tidak pernah tahu secara pasti.
 Galat pasti atau galat sistematis adalah galat yang berasal dari penyebab yang
pasti sepeti instrumen yang tidak dikalibrasi secara benar, pengotor dalam
tabung reaksi, reaksi samping dalam titrasi, dan pemanasan sampel dalam
suhu yang terlalu tinggi. Galat pasti tidak memiliki arah terhadap nilai
sebenarnya dan biasanya terjadi berulang kali.
 Galat pasti diklasifikasikan ke dalam galat metodik, operatif, dan instrumental.
Galat metodik berhubungan dengan metode analisis yang digunakan. Galat
operatif berkaitan dengan batas kemampuan manusia sebagai pelaku
eksperimen, sementara galat instrumen berhubungan dengan batas
kemampuan dari instrumen yang digunakan.
 Pada umumnya sumber galat berasal lebih dari satu kategori, misalnya galat
akan selalu terjadi pada penimbangan bahan yang higroskopik, bila pelaku
penimbangan juga memiliki teknik penimbangan yang jelek maka galat akan
bertambah.

13
GALAT, CONTINUE
 Galat konstan, galat pasti dapat pula digolongkan sebagai galat konstan. Galat
konstan tidak tergantung pada besarnya kuantitas yang diukur dan akan
menjadi kurang signifikan apabila kuantitas bertambah. Sebagai contoh bila
nilai akhir galat konstan adalah 0,10 ml pada suatu rangkaian titrasi, hal ini
menunjukkan galat relatif sebesar 1% untuk contoh yang membutuhkan 10 ml
titran, namun hanya 0,2% bila titran yang dibutuhkan sebesar 50 ml.
 Galat proporsional, galat ini terjadi bila suatu substansi yang mengganggu ada
dalam sampel. Misalnya dalam penentuan iodometrik untuk suatu oksida
seperti klorat, unsur oksidasi lain seperti bromat dapat menghasilkan nilai
yang lebih tinggi bila kehadiannya tidak diperhitungkan. Dengan mengambil
sampel yang lebih besar, galat total akan bertambah, namun galat relatif tetap
konstan apabila dihasilkan dari sampel yang homogen.
 Galat tidak pasti, merupakan keterbatasan final dan tidak dapat dihindrkan
jika pengukuran dilakukan oleh manusia, namun penyebab pastinya tidak
dapat ditentukan. Galat ini mengarah ke hasil lebih tinggi atau lebih rendah
dengan probabilitas yang sama. Galat ini bisa dikurangi dengan cara
pengulangan pengukuran.

14
15
CARA KLASIK :
● Uji Pendahuluan ;
- Warna - Wujud
- Bau - Bentuk Kristal dll.
- Rasa - Nyala
● Uji Reaksi Kimia ;
- Terjadi Endapan
- Terjadi Gas
- Terjadi Perubahan warna dll.
Analisis Kualitatif.
 Analisis kualitatif dilaksanakan untuk mengetahui jenis
zat atau komponen yang terkandung dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis
kuatitatif, karena suatu analisis kuantitatif tidak dpt
dilakukan sebelum diketahui komponen yg terkandung
dlm suatu sampel.

 Analisis kualitatif secara konvensional dapat dilakukan


secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah.
Dalam keadaan kering analisis dapat dilakukan melalui
pengenalan bentuk dan warna, bau serta nyala.
 Pada analisis basah, langkah pertama adalah melarutkan
sampel dengan pelarut yang sesuai. Pelarut pertama yang
digunakan adalah air, kalau sampel tidak larut dalam air,
maka dapat digunakan asam klorida, asam nitrat dan air
raja.
Untuk keperluan pengujian kelarutan ini, dipakai selalu zat
dalam jumlah sedikit mungkin dalam keadaan dingin dan
setelah dikocok dgn kuat tdk memberikan hasil, dilanjutkan
dgn pamanasan. Jika keadaan panas tidak juga larut
walaupun sudah dilakukan pengocokan atau pengadukan,
maka dilanjutkan dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
dapat dilakukan analisis lebih lanjut, yaitu analisis
pengenalan kation.
 Untuk mempermudah pengujian kation dan anion
dilakukan sekaligus dengan cara membuat ekstrak soda,
dimana endapan yang dihasilkan digunakan untuk uji
kation dan ekstraknya untuk uji anion.

 Pengujian kation yang diendapkan sebagai karbonat


kemudian dilarutkan dengan HCl dan dipanaskan untuk
menghilangkan karbonatnya. Pengendapan selanjutnya
hanya dikelompokkan sebagai golongan klorida,
hidroksida dan karbonat.
 Dengan adanya pengelompokan, diharapkan dpt lebih
mempersingkat pada analisis selanjutnya. Pengujian
selanjutnya adalah uji identifikasi dengan menggunakan
pereaksi khusus.

Contoh uji reaksi :

Sampel (Kation) + HCl p

Endapan Filrat (Gol.II,III,IV dan V)


(Ag,Hg,Pb)
Gol.I
HCl, H2O2,H2S

Endapan Filtrat (Gol.III, IV dan V)


(CuS,HgS,CdS dll)
Gol.II
Endapan Filtrat
(Gol.III)
Analisis Kuantitatif :

● Anal. Gravimetri ( Proses Pengendapan)


● Anal. Volumetri ;
- Alkalimetri ( Asam-Basa), Argentometri,
Titrasi Redoks, Kompleksometri, Nitrimetri,
Iodometri, Iodimetri, Permanganometri dll.
● Anal. Instrument ;
- Kromatografi, Spektrofotometri, Potensio-
metri, Konduktometri dll.

Anda mungkin juga menyukai