Anda di halaman 1dari 35

Refleksi Kasus

“Tinea Korporis”
Pembimbing :
Letkol CKM (K) dr. Susilowati, SpKK

Disusun oleh :
Muhammad Fiqi Ferdian (30101407248)

KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
BAHASAN

Materi
Laporan
Tinea
Kasus
Korporis
1.
Laporan Kasus
01 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Y
Umur : 10 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Windusari, Magelang
Status Perkawinan : -
Tanggal Datang : 27 Agustus 2018
02 DATA DASAR

Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan bapak pasien dilakukan tanggal 27 Juli 2018 di
poli Kulit dan Kelamin RST dr. Soedjono Magelang.

Keluhan Utama
Gatal – gatal disertai bercak kemerahan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RST. dr. Soedjono Magelang
dengan keluhan gatal disertai bercak berwarna merah di punggung dan dada
sebelah kanan sejak ± 1 tahun yang lalu, awalnya gatal dibagian punggung,
gatal muncul setiap waktu, tambah berat ketika berkeringat, ketika gatal
pasien juga sering menggaruk dan bercak tersebut semakin melebar dan
bertambah banyak. Keluhan muncul secara tiba – tiba. 6 bulan yang lalu
sudah pernah berobat ke dokter di klinik lalu diberi obat berupa pil dan salep
dan keluhan hilang hanya bertahan 1 bulan saja.
02 Data Dasar

Riwayat Penyakit Sekarang


± 5 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan baru yang sama seperti
bercak pada punggung, bercak tersebut awalnya kecil kurang lebih sebesar
koin 500 rupiah, kelainan ini tidak diawali dengan muncul bintil –bintil
merah, karena terasa gatal maka pasien menggaruknya, rasa gatal makin
bertambah apabila pasien berkeringat dan saat cuaca panas. Kemudian
bercak kemerahan tersebut bertambah luas dan rasa gatal makin bertambah,
pasien kembali berobat ke Klinik mendapat salep dan obat minum (pasien
lupa nama obatnya) karena merasa tidak ada perubahan, pasien
menghentikan pemakaian obatnya.
Pasien mengatakan sering berkeringat banyak, tetapi tidak segera
mengganti pakaiannya. Riwayat mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari,
handuk dipakai sendirian dan pakaian yang sering digunakan pasien
adalah kaos. Karena gatal yang tidak berkurang dan bercak semakin
melebar, dan akhirnya pasien memutuskan untuk berobat lagi ke Poliklinik
Kulit-Kelamin pada tanggal RST dr.Soedjono Magelang 27 Agustus 2018.
03 DATA DASAR
.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan


yang sama seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak ada yang sakit


seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi Pasien berobat menggunakan BPJS


03 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Nadi : tidak dilakukan
Respirasi : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
TD : tidak dilakukan
BB : 45 kg
TB : tidak diukur
04 Status Dermatologis

Lokasi : punggung

Eflouresensi :
papul multipel berukuran
milier dan konfluens di
dasar plak eritem, berbatas
tegas, tepi aktif, central
healing,
05 Status Dermatologis

Lokasi : dada kanan


Eflouresensi :
papul multipel berukuran
milier dan berkonfluen
diatas plak eritem berbatas
tegas, tepi aktif, central
healing,
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RST. dr. Soedjono Magelang
dengan keluhan gatal disertai bercak berwarna merah di punggung dan dada
sebelah kanan sejak ± 1 tahun yang lalu, awalnya gatal dibagian punggung, gatal
muncul setiap waktu, tambah berat ketika berkeringat, ketika gatal pasien juga
sering menggaruk dan bercak tersebut semakin melebar dan bertambah banyak.
± 5 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan baru yang sama seperti bercak
pada punggung, bercak tersebut awalnya kecil kurang lebih sebesar koin 500
rupiah, kelainan ini tidak diawali dengan muncul bintil –bintil merah, karena terasa
gatal maka pasien menggaruknya, rasa gatal makin bertambah apabila pasien
berkeringat dan saat cuaca panas. Kemudian bercak kemerahan tersebut bertambah
luas dan rasa gatal makin bertambah. Pasien mengatakan sering berkeringat
banyak, tetapi tidak segera mengganti pakaiannya. Lesi punggung dan dada kanan
ditemukan papul multipel berukuran milier dan konfluens di dasar plak eritem,
berbatas tegas, tepi aktif, central healing.
05 Diagnosis

DIAGNOSIS BANDING
•Tinea Korporis
•Dermatitis Seboroika
•Psoriasis
•Pitiriasis Rosea

DIAGNOSIS KERJA
Tinea corporis
06 TERAPI

Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada
pasien, seperti:
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
menganjurkan untuk menjaga daerah lesi tetap kering.
menganjurkan untuk menjaga kebersihan badan.
Menghindari pakaian yang panas dan tidak menyerap keringat.
Menggunakan pakaian yang menyerap keringat seperti katun, tidak
ketat dan diganti setiap hari.
menghindari pemakaian handuk dan baju secara bersama – sama.
menghindari garukan apabila gatal, karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.

Khusus
Griseofulvin tab 500mg 1x/hari post coenam selama 2 minggu
Setrizin tab 5mg 1x/hari post coenam selama 10 hari
Sulfur 4% 3x/hari applict part dol
07 PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
1.
Tinea Korporis
07 Definisi

Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa,


Scherend Flechte, herpes sircine trichophytique) atau
yang dikenal dengan kurap adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan
dermatofita.
Tinea Korporis merupakan salah satu dari beberapa
macam dermatofitosis. Penyakit ini menyerang
daerah kulit tak berambut pada wajah, badan,
lengan dan tungkai.
07 Epidemiologi

Bagaimana dermatofitosis di Indonesia?

52% dari seluruh dermatomikosis  tinea kruris dan tinea


korporis merupakan dermatofitosis terbanyak

Bagaimana angka persentase terhadap seluruh kasus dermatofitosis di


Indonesia?

Persentase dermatofitosis di Indonesia bervariasi


2,93% (Semarang) yang terendah
27,6% (Padang) yang tertinggi
Dermatofitosis paling sering menyerang siapa?
Laki-laki pasca pubertas lebih banyak terkena dibanding wanita,
biasanya mengenai usia 18-25 tahun serta 40-50 tahun.
07 Etiologi

Terdapat sekitar 41 spesies yang berbeda dari dermatofita

2 spesies Epidermophyton,
17 spesies Microsporum,
21 spesies Trichophyton

Trichophyton rubrum

Trichophyton rubrum
Microsporum canis Tinea Corporis
Tricophyton tonsuran
07 Patogenesis

Infeksi dermatofita melibatkan 3 langkah utama

Yang pertama  perlekatan ke keratinosit

Yang kedua  penetrasi melalui di antara sel

Langkah terakhir  perkembangan respon host


07 Faktor Resiko

Yang menyuburkan pertumbuhan jamur

•Pemberian antibiotik yang mematikan


kuman akan menyebabkan keseimbangan
antara jamur dan bakteri terganggu.
07 Faktor Resiko

Yang memudahkan terjadinya invasi ke jaringan

•Adanya rangsangan setempat yang terus menerus


pada lokasi tertentu oleh cairan yang menyebabkan
pelunakan kulit, misalnya air pada sela jari kaki,
kencing pada pantat bayi, keringat pada daerah lipatan
kulit, atau akibat liur di sudut mulut orang lanjut usia.

•Adanya penyakit tertentu, seperti gizi buruk,


penyakit darah, keganasan, diabetes mellitus, dan atau
kehamilan menimbulkan suasana yang menyuburkan
jamur.
07 Klasifikasi

Tinea Kapitis

Tinea Barbe

Tinea Kruris

Tinea Pedis et Manum

Tinea Unguium

Tinea Korporis
07 Klasifikasi

Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus

Tinea Imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan


disebabkan T. Concentricum.

Tinea Favosa: dermatofitosis yang terutama disebabka oleh T. Schoenleini yang


secara klinis terbentuk skutula dan berbau seperti tikus.

Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukan daerah kelainan.

Tinia Sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.

Keempat istilah tersebut dapat dianggap sebagai Tinea Korporis. Selain itu
dikenal istilah tinea incognito, yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis
tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topical kuat.
07 Gambaran Klinis

Kelainan yang dilihat secara klinis merupakan lesi yang berbentuk bulat,
lonjong atau polisiklis, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama kadang
– kadang dengan vesikel dan papul di bagian tepi. Daerah tengahnya
biasanya lebih tenang. Kadang – kadang terlihat erosi dan krusta akibat
garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak – bercak terpisah satu
dengan yag lain.
07 Gambaran Klinis

Central Healing. Bagian tepi lesi


lebih aktif (tanda peradangan),
bagian tengah lesi lebih tenang,
lesi bulat, berbatas tegas, terdiri
dari eritema, papul ditepi lesi
07 Diagnosis

Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gambaran


klinis dan ruam yang diderita pasien. Dari gambaran
klinis didapatkan lesi di leher, lengan, tungkai, dada,
perut atau punggung. Infeksi dapat terjadi setelah
kontak dengan orang terinfeksi serta hewan ataupun
obyek yang baru terinfeksi. Pasien mengalami gatal-
gatal, nyeri atau bahkan sensasi terbakar.
07 Diagnosis Banding

dermatitis seboroika
Psoriasis
pitiriasis rosea
07 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikologik untuk membantu diagnosis terdiri atas


pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan

Lesi dibersihkan Amati menggunakan


(Spiritus 70%) Mikroskop

Diamkan 15 – 20 menit
Kerok lesi dengan pisau
tumpul Hentikan ketika
keluar uap dari
sediaan

Letakan di objek Teteskan 1- 2 tetes Panaskan diatas api


glass KOH 20% kecil
07 Pemeriksaan Penunjang

Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora berderet
(artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati.
07 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong


pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamur.

Amati
Tambahkan
kloramfenikol
Tanam di atau
medium agar klorheksemid
Dekstrosa
Kerok lesi Saboroud
dengan
pisau
Lesi di tumpul
bersihkan
dengan
spiritus 70%
07 Terapi

Griseofulvin, dosis :
Anak : 10 mg/kgBB/hari (microsize).
5,5 mg/kgBB/hari (ultra-microsize).
Dewasa : 500-1000 mg/hari semua selama 2 minggu.

Ketokonazole, dosis :
Anak : 3-6 mg/kgBB/hari.
Dewasa : 1 tablet (200 mg)/hari selama 10 – 2 minggu

Itrakonazole, dosis :
Anak : 3-5 mg/kgBB/hari.
Dewasa : 1 kapsul (100 mg) 2x dalam sehari selama 3 hari.

Terbinafin, dosis :
Anak : 3-6 mg/kgBB/hari.
•10-20 kg : 62,5 mg (¼ tablet)/hari.
•20-40 kg : 125 mg (½ tablet)/hari.
Dewasa : 1 tablet (250 mg)/hari selama 3 bulan
07 Terapi

Interaksi obat yang menurunkan kadar obat golongan triazol dalam darah
Adaptasi dari:

CYP Induser Flukonazol Itrakonazol Vorikonazol Posakonazol

Rifampisin + + + +

Fenitoin + + + +

Fenobarbital x + x x

Karbamazepin x + x x

(+) Interaksi tercatat dalam Studi Klinis atau serial Kasus


X Tidak ada data publikasi.
07 Terapi

Untuk pengobatan topikal direkomendasikan untuk suatu


peradangan yang dilokalisir, dapat diberikan:
•kombinasi asam salisilat 2-4% dan asam benzoat 6-12%
dalam bentuk salep (salep whitfield).
•Kombinasi asam salisilat 2-4% dengan sulfur
presipitatum 4-6% dalam bentuk salep (salep 2-4, salep
3-10)
•obat topical konvensional lainya seperti vioform 3%,
asam undesilenat 2-5%.
•Obat – obat baru diantaranya tolnafat 2%; tolsiklat,
haloprogin, derivate imidazol, siklopiroksolamin, dan
naftfine masing – masing 1%.
07 Pencegahan

1. mengurangi kelembaban tubuh penderita dengan


menghindari pakainan yang panas
2. menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda,
sapi kucing, anjing atau kontak dengan penderita
lain,
3. menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya
di kuku atau di kaki
4. meningkatkan higienitas
5. mengatasi faktor predisposisi lain seperti diabetes
mellitus, kelianan endokrin yang lain, leukimia harus
terkontrol dengan baik.
07 Pencegahan

faktor yang memudahkan timbulnya tinea korporis harus


dihindari atau dihilangkan antara lain:
1. temperatur lingkungan yang tinggi
2. keringat berlebihan
3. pakaian dari bahan karet atau nilon
4. kegiatan yang banyak berhubungan dengan air,
misalnya berenang, kegemukan, selain faktor
kelembaban, gesekan kronis dan keringat yang
berlebihan

Anda mungkin juga menyukai