Anda di halaman 1dari 25

KAPSUL

DAN
PIL
 Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut
 Cangkang dibuat dari (FI.Ed.IV):
1. Gelatin
2. Pati/metilselulosa
3. Bahan lain yang cocok
 Buku lain menyebutkan, cangkang kapsul
dibuat dari 2 macam bahan:
1. Capsulae amylaceae  amilum
2. Capsulae gelatinosae  gelatin
a. Gelatin yang lunak (soft caps)
b. Operculatae (hard caps)
Kapsul keras Kapsul lunak

Terdiri dari tubuh dan tutup Satu kesatuan

Tersedia dalam bentuk kosong Selalu sudah terisi

Isi bahan padat Biasanya berisi cairan

Bentuk hanya satu macam Bentuk bermacam-macam

Cara pakai per oral Bisa oral, vaginal, rectal dan


topical
1. Untuk menutupi rasa dan bau obat yang
tidak enak
2. Untuk memberikan obat dengan dosis
yang tepat atau teliti
3. Obatnya dikehendaki bekerja di usus,
tetapi dalam hal ini kapsulnya dibuat
dengan salut enterik dan untuk obat-obat
yang terurai oleh asam lambung:
a. Bila obat dikehendaki bekerja di usus  kapsul
dibuat keras dengan larutan formalin 10%
b. Bila kapsul dikehendaki tidak tembus getah
lambung  kapsul dilapisi dengan keratin.
1. Kapsul tidak berasa, mudah
pemberiannya, mudah dibuat, baik untuk
peracikan resep maupun dalam
perdagangan
2. Dalam penyusunan resep, dokter dapat
menulis obat dengan leluasa dan dengan
dosis yang tepat untuk masing-masing
penderita  kapsul lebih menguntungkan
dibanding tablet
3. Ada pasien yang merasa lebih mudah
minum obat dalam bentuk kapsul
daripada tablet
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang bersifat
higroskopis
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah
menguap
3. Tidak bisa untuk zat-zat yang bereaksi
dengan cangkang
4. Tidak untuk balita
5. Tidak bisa dibagi (1/2 dosis)
 Konsistensi obat yang dimasukkan kapsul
dapat berupa serbuk, zat cair atau
granul
 Contoh:
a. Serbuk: Incidal caps
b. Cairan: Oleum Chenopodii
c. Granul: Excelase caps
d. Hard caps: Terramycin
e. Soft caps: Natur E, super tetra
 Ukuran kapsul dinyatakan dengan
nomor  8 macam ukuran  kode 000,
00, 0, 1, 2, 3, 4, 5.
 Kapsul yang paling besar nomor (000)
biasanya untuk hewan
 Kapasitas kapsul antara 30 mg sampai
600 mg dan tergantung berat jenis
serbuknya
 Kapasitas kapsul dinyatakan dengan
grain (gr)  1 grain = 0,0647989 gram
1. Bila obat-obatnya berupa serbuk, maka
setelah obat-obatnya dan bahan
tambahan/pengisi dicampur dan diserbukkan
(cara seperti pada pembuatan serbuk), lalu
dibagi-bagi, sama banyak
2. Kemudian dimasukkan ke dalam kapsul. Pilih
kapsul yang sesuai dengan volume
serbuknya. Bila setelah obat dimasukkan ke
dalam kapsul, dan ternyata ada serbuk yang
melekat pada kaspul, maka kapsul tersebut
dibersihkan dengan kapas atau kertas tissue
 Kapsul disimpan ditempat yang sejuk,
kering, tertutup rapat dan diberi zat
pengering
 Bila kapsul disimpan di tempat yang
kelembabannya rendah, maka kapsul
akan rapuh
 Bila disimpan di tempat yang
kelembabannya tinggi, maka kapsul akan
lembek (saling melekat)
 Bila disimpan di tempat yang suhunya
tinggi akan mempengaruhi kualitas
kapsulnya
1. Keseragaman bobot (bervariasi antara
7,5%-20%)
2. Keseragaman isi zat berkhasiat
3. Waktu hancur, yaitu tidak boleh lebih
dari 15 menit
4. Disimpan dalam wadah tertutup rapat
 Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk
bulat seperti kelereng mengandung satu
atau lebih bahan obat.
 Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500
mg
 Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg
disebut granula,
 Pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg
disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk
pengobatan hewan
 Bila tidak disebut lain, granula
mengandung bahan obat berkhasiat 1 mg.
 Zat pengisi  Liquiritiae radix, Saccharum lactis,
dalam hal khusus untuk zat oksidator digunakan Bolus
alba, campuran succus liquiritiae dan liquiritiae radix
sama banyak (pilvus pro pilulae) dan bahan lain
yang cocok
 Zat pengikat  succus liquiritiae, PGA,
Tragacanthae, pulvis gummosus (campuran PGA,
tragakan dan saccharum album), oleum cacao,
adeps lanae, vaselinum dan bahan lain yang cocok
 Zat pembasah  air, gliserol, sirop, madu, campuran
bahan tersebut atau bahan lain yang cocok
 Zat penyalut  perak, balsamum tolutanum, serlak,
kolodium, salol, gelatin, gula atau bahan lain yang
cocok
 Zat pengisi: memperbesar volume pil
 Zat pengikat: membuat massa saling
melekat antara satu dengan yang lain
 Zat pembasah: membasahi massa sebelum
dibentuk
 Zat penyalut:
a. Untuk menutup rasa dan bau yang kurang
enak
b. Mencegah perubahan karena pengaruh udara
c. Supaya pil pecah dalam usus (enterik)
1. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran
pencernaan, dan pil salut enterik tidak hancur dalam lambung
tetapi hancur dalam usus halus
2. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu,
hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar terhadap
bobot rata-rata:
Penyimpangan terbesar
Untuk bobot rata-rata pil
18 pil 2 pil
100 mg sampai 250 mg 10% 20%
250 mg sampai 500 mg 7,5% 15%

3. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compressi yaitu


dalam air 36-38 derajat selama 15 menit untuk pil tidak bersalut
dan 60 menit untuk pil yang bersalut.
untuk pil bersalut enterik, direndam dulu dalam larutan HCl
0,06N selama 3 jam, lalu dipindahkan dalam larutan dapar pH
6,8 suhu 36-38 derajat, maka dalam 60 menit pengujian pil
sudah hancur
1. Pembuatan massa pil: campuran bahan obat ditambah
bahan pengisi dan bahan pengikat diaduk sampai
homogen, kemudian ditetesi bahan pembasah. Dengan
cara menekan sampai diperoleh massa pil yang elastis
kemudian massa digulung dibuat bentuk silinder.
2. Pemotongan pil: massa pil berbentuk silinder dipotong
dengan alat pemotong pil sesuai dengan jumlah pil
yang diminta. Sebelumnya pemotong diberi bahan
penabur.
3. Pembulatan pil: massa pil yang sudah dipotong
dipindahkan ke alat pembulat pil yang sudah diberi
bahan penabur, kemudian dibulatkan. Setelah selesai
hitung lagi jumlah pil-pil tersebut
4. Penyalutan pil: bila perlu dilakukan penyalutan sesuai
dengan jenis bahan penyalut yang digunakan
 Pil dengan zat berkhasiat yang bersifat
oksidator (KMnO4, KNO3, FeCl3, AgNo3)
atau garam-garam Pb
 bahan pengisi: bolus alba 100 mg untuk
tiap pil, bahan pengikat: adeps lanae dan
vaselin kira-kira 1/6 berat zat padatnya,
bahan penabur: talc, papan pil yang
digunakan pillen plank ebonite
 Pil dengan garam ferro harus dibalut
dengan tolubalsem untuk mencegah
oksidasi oleh udara
 Pil dengan extractum gentian (bereaksi asam) bila
diberikan bersama-sama dengan zat lain yang dengan
asam-asam melepaskan gas, misal: ferrum reductum,
ferrum pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas.
maka untuk menetralkan asamnya perlu ditambah
MgO sebanyak 100 mg untuk setiap 3 gram extract
gentian
 Pil dengan sari-sari cair.
dalam jumlah kecil, tetap digunakan succus liquititae
dan radix liquiritae, sari cair digunakan sebagai pengganti
aqua gliserinata.
dalam jumlah besar, diuapkan kemudian tambahkan
radix liquiritae secukupnya atau diganti dengan sisa
keringnya
 Pil-pil dengan zat higroskopis (kalii
bromidum, kalii iodium dan natrii
salicylas) supaya digerus halus didalam
mortir yang panas.
untuk pil yang mengandung zat yang
higroskopis sebagai zat pembasah
jangan menggunakan aqua glycerinata

Anda mungkin juga menyukai