Anda di halaman 1dari 18

STUNTING

1.
Definisi
Stunting
STUNTING

Bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering)


akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang
berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia
24 bulan. Stunting menjadi permasalahan karena
berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
kesakitan dan kematian, perkembangan otak
suboptimal sehingga perkembangan motorik
terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental.
2.
Faktor
Penyebab
Stunting
Ada beberapa faktor – faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya stunting, yaitu :

2. Kurangnya akses ke makanan


bergizi
Hal ini dikarenakan harga makanan
1. Praktek pengasuhan yang tidak bergizi di Indonesia masih tergolong
baik mahal. Terbatasnya akses ke makanan
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai bergizi di Indonesia juga dicatat telah
kesehatan dan gizi sebelum dan pada berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil
masa kehamilan, serta setelah ibu yang mengalami anemia.
melahirkan. Beberapa fakta dan
informasi yang ada menunjukkan bahwa
60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara
ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24
bulan tidak menerima Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MPASI dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
dari ASI, serta membentuk daya tahan
tubuh dan perkembangan sistem imun
anak terhadap makanan maupun
minuman.
3. Terbatasnya pelayanan kesehatan
termasuk layanan anc – ante natal
care, post natal, dan pembelajaran dini
yang berkualitas
Informasi yang dikumpulkan dari
publikasi Kemenkes dan Bank Dunia 4. Kurangnya akses ke air bersih
menyatakan bahwa tingkat kehadiran
anak di Posyandu semakin menurun dari Data yang diperoleh di lapangan
79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah
anak belum mendapat akses yang tangga di Indonesia masih buang air
memadai ke layanan imunisasi. Fakta besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari
lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum 3 rumah tangga belum memiliki akses ke
mengkonsumsi suplemen zat besi yang air minum bersih.
memadai serta masih terbatasnya akses
ke layanan pembelajaran dini yang
berkualitas (1 dari 3 anak usia 3-6 tahun
belum terdaftar di layanan
PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3.
Prevalensi
Stunting
Prevalensi stunting di Indonesia menurut pemantauan
status gizi (PSG) pada tahun 2017 presentase stunting di
Indonesia 29,6 % di Jawa timur 26,7% sedangkan di
Jember 30,9%. Ada 4 kab/kota yang mengalami
peningkatan prevalensi stunting selama 3 tahun berturut-
turut yaitu trenggalek, kediri, kota probolinggo dan kota
batu. Dari status gizi komposit berdasarkan indeks BB/U,
TB/U dan BB/TB pada balita di provinsi jawa timur (PSG
2017) 15,5% balita gizi kurang, terdapat 11.8%
merupakan balita stunting.
4.
Pencegahan dan
penanganan
Stunting
Pencegahan
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan cara
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 hpk
sangat penting dilakukan dalam pencegahan
stunting karena mempunyai beberapa dampak,
yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka
panjang. Dampak tersebut meliputi perkembangan
otak, pertumbuhan massa tubuh dan komposisi
badan, meningkatnya kognitif, prestasi belajar dan
kekebalan kapasitas kerja

11
STUNTING ADALAH
SIKLUS YANG AKAN
BERLANGSUNG
TERUS-MENERUS
JIKA TIDAK SEGERA
DIATASI SAAT INI
OLEH KARENA ITU
DILAKUKAN
PENCEGAHAN
DENGAN CARA
MEMENUHI
KEBUTUHAN GIZI
1000 HPK
Penanganan

13
5.
Program
Intervensi
Berikut ini adalah beberapa program intervensi gizi spesifik dan juga intervensi gizi sensitif
yang telah diupayakan oleh pemerintah :

Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:


▪ Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon ▪ Pemantauan pertumbuhan dan
pengantin, ibu hamil (suplementasi besi folat) perkembangan
▪ Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah ▪ Penyediaan air bersih dan sanitasi
▪ Kelas Ibu Hamil ▪ Pendidikan gizi masyarakat
▪ Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil ▪ Imunisasi
yang positif malaria
▪ Pengendalian penyakit Malaria
▪ Suplementasi vitamin A
▪ Pengendalian penyakit TB
▪ Promosi ASI Eksklusif
▪ Pengendalian penyakit HIV/AIDS
▪ Promosi Makanan Pendamping-ASI
▪ Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan
▪ Suplemen gizi mikro (Taburia) Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
▪ Suplemen gizi makro (PMT) ▪ Jaminan Kesehatan Nasional
▪ Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium dan ▪ Jaminan Persalinan (Jampersal)
besi
▪ Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
▪ Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku Keluarga (PIS PK)
▪ Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk ▪ Nusantara Sehat (Tenaga Ahli Gizi dan
▪ Pemberian obat cacing
Tenaga Promosi Kesehatan, Tenaga Kesling)

▪ Zinc untuk manajemen diare


▪ Akreditasi Puskesmas dan RS

▪ Kelas Ibu Balita


▪ SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
6.
Kompleksitas
Stunting
Kompleksitas kejadian stunting seperti siklus yang akan terjadi terus menerus atau
yang bisa disebut dengan looping. Kejadian stunting bisa berasal dari bayi BBLR dan
menjadi anak stunting karena tidak cukup asupan gizinya selanjutnya akan menjadi
remaja putri kurang gizi dan saat dewasa akan menjadi ibu hamil KEK/kurang gizi dan
dapat melahirkan bayi BBLR. Apabila hal ini tidak diatasi akan terus berlangsung secara
terus menerus dan masalah stunting tidak selesai.
THANKYOU! 😉

Anda mungkin juga menyukai