Anda di halaman 1dari 15

BIOENERGITIKA

Makhluk hidup yang mempunyai klorofil dapat menyerap


energi matahari secara langsung dan diubah menjadi
energi kimia. Energi kimia yang berada dalam bentuk ATP B
(Adenosin Trifosfat) disimpan dalam karbohidrat atau I
glikogen. Organisme heterotof menggunakan energi kimia
O
untuk melakukan segala aktivitas. Oleh karena itu
sebenarnya sumber energi utama adalah sinar matahari. E
N
E
R
Dalam sistem biologi, organisme melakukan oksidasi G
untuk mendapatkan energi. Biomolekul seperti glukosa I
dioksidasi menjadi (6CO2 + 6H2O) menghasilkan egergi T
dalam bentuk ATP, yang merupakan simpanan bentuk I
energi dalam sel terbentuk dari adenosin (ADP + Pi) K
melalui enzim ATP ase.
A
ATP yang terbentuk diedarkan ke seluruh
organ yang memerlukan energi. ATP
berfungsi memberikan energi kepada
organ-organ energi bebas. Hal ini dilakukan
dengan memberikan gugus fosfat pada B
ujung kepada senyawa penerima fosfat I
O
(senyawa yang memerukan energi )
E
N
E
R
G
I
T
I
K
A
Proses pengangkutan energi kimia lainnya
di dalam sel berlangsung dengan proses
pengangkutan elektron degan peratara
enzim.
B
I
O
E
N
E
R
G
I
T
I
K
A
D
A
U
R

A
T
P
ENERGI HIDROLISIS ATP

 Untuk mengukur jumlah energi yang dilepaskan oleh hidrolisis


ATP dalam sel, sampai saat ini masih mengukur jumlah energi
bebas yang dilepaskan.
 Jumlah energi bebas yang dilepaskan dihitung dari selisih
energi bebas hasil reaksi dengan energi bebas pereaksi.

ATP + HOH ADP + Pi


ENERGI HIDROLISIS ATP

G˚ATP = (G˚ ADP + G˚Pi) – (G˚ATP + G˚HOH)


Di mana G˚ = energi bebas baku

G = G˚ + RT ln (ADP) (Pi)
(ATP) (HOH)

Pada saat setimbang G=0


Maka:

G = G˚ + RT ln (ADP) (Pi)
(ATP) (HOH)
G˚= - RT ln KQ

Pada eksperimen K’Q pada ATP , sulit dideteksi karena (ATP,


ADP, Pi) berada dalam keadaan setimbang. Oleh karena itu
digunakan sistem permodelan dengan reaksi lain yang telah
diketahui KCQ
ATP BERFUNGSI SEBAGAI TRANSPORT
1. Hasil ENERGI
hidrolisisnya
memiliki
bentuk
resonasi
yang lebih
banyak dari
pereaksinya

Makin besar resonansi maka makin


stabil, makin besar resonansi energi
bebasnya kecil. Bila stabil, ia tidak
dapat balik ke reaksi awal.
2. Hasil hidrolisis senyawa berfosfat,
mempunyai gaya elektrostatik yang kecil

3. hasil hidrolisis senyawa berfosfat ada yang


memiliki bentuk-bentuk tautomerisasi (dijumpai
pada senyawa epoksida) senyawa tersebut
membentuk keto dan enol.
4. Hasil hidrolisis senyawa berfosfat
memiliki muatan yang sama
5. Hasil hidrolisis senyawa berfosfat
lebih mudah mengalami reaksi
hidratasi lebih mudah larut dalam
molekul air sehingga sulit bereaksi ke
bentuk awal.
SISTEM ADENILAT

Sistem adenilat adalah sistem ADP,ATP,


dan AMP didalam sel berada dalam
kesetimbangan. Sistem tersebut
menyatakan persediaan energi didalam sel.
Jika sistem adenilat penuh dengan energi
maka sistem tersebut penuh dengan gugus
fosfat. Artinya pada keadaan adenin
nukleotid penuh dengan gugus fosfat,
semua adenin nukleotida berada dalam
bentuk ATP. Sebaliknya keadaan adenin
adenin nukleotida kosong dengan gugus
fosfat, semua adenin nukleotida berada
ASAM NUKLEAT

Asam nukleat adalah polimer nukleotida, Fungsi utamanya


adalah menyimpan, mentranskip dan mentranslasi informasi
genetic.
 Mononukleotida yang menyusun asam nukleat terdiri dari:
 Gula ribose
 Gugus fosfat
 Basa nitrogen

 Ada dua golongan basa yang menyusun nukleotida yaitu:


1. Basa golongan purin, terdiri dari : basa adenine, basa
guanine
2. Basa golongan pirimidin, terdiri dari : basa sitosin, basa
timin, dan basa urasil
 Asam nukleat terdiri dari dua bagian yaitu:
DNA
RNA
Perbedaannya adalah:
1. Pada gula ribose untuk DNA adalah 2-deoxiribosa,
sedangkan pada RNA adalah ribose
2) Perbedadaan yang kedua adalah timin pada DNA , dignati
basa urasil. Molekul DNA merupakan polinukleotida yang
terbentuk double heliks. Basa guanine dapat berpasangan
dengan basa sitosin, sedangkan basa adenin berpasangan
dengan timin. Pasangan ini sering ditulis : G Cdan pasangan
adenine-sitosin membentuk pasangan A T.
Pasangan C=C memiliki 3 ikatan hydrogen
Pasangan A=T memiliki 2 ikatan hydrogen
 Struktur DNA double heliks dapat mengalami denaturasi.
Akan tetapi DNA yang mengalami denaturasi akan mengalami
renaturasi. Artinya struktur DNA yang mengalami denaturasi
jika didiamkan akan kembali ke struktur semula dan
membentuk double heliks. Bedanya dengan protein, jika
protein terdenaturasi maka tidak dapat kembali keseperti
semula, artinya protein tidak terjadi renaturasi.

Anda mungkin juga menyukai