Anda di halaman 1dari 36

Pengunaan AIR pada Beton

Pengunaan AIR pada Beton

 Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton harus dari air
bersih (biasanya digunakan air sumur atau air tawar dari PDAM).

 Untuk proyek yang jauh dari akses air tawar, dapat juga menggunakan
air laut, hanya saja tingkat kekuatan beton harus direduksi sebesar 80-
90% dari kekuatan rencana.

 Reduksi ini dikarenakan air laut mengandung garam (NaCl) yang


cenderung dapat membuat beton relatif keropos dan tulangan juga
lebih mudah berkarat.
Pengunaan AIR pada Beton

Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971, dalam pemakaian air
untuk beton sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut2:

 1. tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter,

 2. tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat


organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter,

 3. tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter,

 4. tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter nya) lebih dari 15
gram/liter,
Pengunaan AIR pada Beton

Kandungan zat-zat diatas apabila berlebihan dapat menyebabkan timbulnya


retak-retak pada beton, mengurangi tingkat keawetan, ataupun mengganggu
proses ikatan antara semen dan air.

Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan


Gedung (SK SNI T-15-2002-03) pasal 3.4,

 air yang dipakai harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Pengunaan AIR pada Beton

 1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan
organik, atau bahan- bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.

 2. Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan atau pada beton
yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan
AIR

 3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi:

 a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.

 b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji yang dibuat dari adukan
dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-
kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum.
Agregat Halus dan Agregat Kasar

Agregat halus adalah istilah yang umum digunakan untuk agregat yang
ukurannya tidak melebihi 0,5 cm, biasanya berbentuk pasir.

o Pasir yang berasal dari dasar sungai ataupun letusan gunung berapi biasanya
jauh lebih diminati karena bentuknya yang tajam dan bersudut dapat
memberikan efek interlocking (saling mengunci tiap butiran pasir)
dibandingkan pasir laut yang berbentuk bundar akibat dari proses abrasi air
laut berkelanjutan.
Agregat Halus dan Agregat Kasar

Agregat kasar adalah istilah untuk menunjukkan bahan penyusun beton


bertulang dengan ukuran 0,5 – 4 cm, dapat berupa kerikil alam ataupun batuan
yang dipecah menjadi menyerupai ukuran kerikil (split).

o Batu split memiliki tingkat ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan kerikil,
karena selain mudah didapat (produk dari stone crusher) juga dapat dipesan
berdasarkan kebutuhan (berdasarkan ukuran butiran kerikil yang
dikehendaki).

Di bawah ini adalah visualisasi distribusi gradasi agregat berdasarkan


ukurannya:
Agregat Halus dan Agregat Kasar

GAMBAR HAL 14
Agregat Halus dan Agregat Kasar

Menurut PBI 1971, untuk menjamin mutu agregat perlu diperhatikan hal-hal berikut3:

 1. agregat tidak mengandung bahan yang dapat merusak beton/material lain serta
ketahanan tulangan terhadap karatan,

 2. untuk pasir dihindarkan menggunakan pasir laut, gunakan pasir yang bersudut,

 3. di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar tidak boleh
melebihi 1/5 jarak terkecil antar bidang samping dari cetakan beton ataupun 1/3 dari
tebal pelat,

 4. agregat harus disimpan di tempat yang saling terpisah dalam tumpukan yang tidak
lebih dari 1 m permukaan yang bersih, padat serta kering.
Agregat Halus dan Agregat Kasar

Sedangkan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur


Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-
2002-03) pasal 3.3, agregat yang dipakai harus
memenuhi persyaratan di bawah ini:
Agregat Halus dan Agregat Kasar

 1. Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a. “Spesifikasi Agregat untuk Beton”(ASTM C 33).
b. b. SNI-03-2461-1991 Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur.

 2. Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:


a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
b. b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
c. c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,
bundel tulangan, atau tendon- tendon pratekan atau selongsong-
selongsong.
Baja Tulangan

Baja tulangan berdasarkan tampilan fisiknya dibedakan menjadi 2,yaitu:

 tulangan polos (batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak
bersirip dan tidak berukir) dan
 tulangan ulir/deform (batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata,
tetapi bersirip atau berukir).

Baja tulangan dikelompokkan berdasarkan tegangan leleh dan diameternya.

Gambaran tegangan leleh dapat dilihat pada kurva hubungan tegangan dan
regangan baja berikut:
Baja Tulangan

 GAMBAR HAL 16
Baja Tulangan

Menurut Mardjono (2005) baja dan besi cor merupakan


perpaduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dengan
rumus kimia Fe3C, secara teoritis kandungan C pada
baja dan besi cor adalah 6,67% tetapi dalam prakteknya
kandungan C untuk baja (sebanyak 0,06 – 2%), besi cor
(sebanyak 2 – 5%), dan besi murni (maksimal 0,06%).
Baja Tulangan

Baja diproduksi dengan cara melebur biji besi yang diperoleh dari tambang
dalam tanur tinggi atau melebur dalam tanur pengolahan baja dengan bahan
dasar biji besi atau besi tua ditambah arang kayu, kokas, oksigen dan bahan
tambah diolah dalam tanur temperatur tinggi.

Arang kayu akan bertindak sebagai bahan bakar dan sekaligus bahan reduksi,
sesudah bereaksi dengan udara panas yang dihembuskan lewat pemanas
udara.

Disini pemanasan diperoleh dengan pembakaran gas buang dari tanur.


Baja Tulangan

 GAMBAR HAL 17
Baja Tulangan

Beberapa pengaruh komponen baja terhadap sifat mekanis dapat diuraikan


sebagai berikut:

 1. Karbon (C) Semakin tinggi kadar karbon di dalam baja, semakin tinggi kuat
tarik serta tegangan leleh, tetapi koefisien muai bahan turun, dan baja
semaikn getas.

Karbon mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap sifat mampu las.

Semakin tinggi kadar karbon menjadikan sifat mampu las turun.


Baja Tulangan

 2. Mangan (Mn) Menaikkan kekuatan dan kekerasan baja, sedikit menurunkan


koefisien muai bahan, dan melawan terhadap kegetasan yang ditimbulkan oleh
sulfur.

 3. Silikon (Si) Meningkatkan tegangan leleh, tetapi mengakibatkan kegetasan jika


kadar terlalu tinggi (2% atau lebih).

 4. Pospor (P) dan sulfur (S) Meningkatkan kegetasan baja sesuai dengan
peningkatan kadarnya. Keduanya cenderung memisah keluar (segregate) dari baja.
Baja Tulangan

Dalam proses pembuatan baja, oksigen dipisahkan dari bijih besi secara paksa.

Oleh karena itu secara alami, ada suatu kecenderungan baja berusaha kembali
mencapai bentuk yang lebih stabil yaitu oksida besi (karat).

Perubahan bentuk dari logam menjadi oksida dalam lingkungan yang induktif
dinamakan korosi.

Jika pada permukaan baja terdapat air yang mengandung oksigen, maka akan
terjadi reaksi yang mengubah bijih besi yang mempunyai potensi korosi rendah
menjadi ferro hidroksida yang larut dalam air.
Baja Tulangan

Larutan ini bercampur dengan oksigen yang ada di dalam air menghasilkan
ferri hidroksida (karat).

Reaksi ini terulang seiring dengan perkembangan korosi.


Keadaan lingkungan dengan kombinasi air dan oksigen yang berubah-ubah,
mempengaruhi kecepatan dan perkembangan korosi.

Jika tidak terdapat oksigen dan air, maka proses korosi tidak akan berjalan.

Mengingat korosi dapat menimbulkan kerugian yang besar, maka upaya harus
dilakukan untuk mencegah proses korosi pada elemen-elemen struktur.
Baja Tulangan

Banyak riset telah dilakukan untuk hal tersebut, beberapa metoda pencegahan
korosi telah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan korosi4.

Diameter tulangan khususnya tulangan polos dapat dengan mudah ditentukan


dengan menggunakan kaliper, namun untuk menentukan diameter tulangan
ulir tidaklah mudah mengingat adanya bagian ulir atau sirip,

 untuk itu cara menentukan diameter tulangan ulir adalah sebagai berikut:
Baja Tulangan

 1. baja dipotong dalam satuan panjang tertentu dengan menggunakan gergaji


besi (misal 100 mm atau 200 mm) agar diperoleh tampang potong yang relatif
rata,

 2. untuk mendapatkan hasil yang akurat maka sampel potongan baja minimal
sebanyak 3 buah, usahakan tiap sampel memiliki panjang yang hampir sama,

 3. tiap batang baja diukur panjangnya kembali pada minimal tiga sisi yang
berbeda dengan menggunakan kaliper ataupun penggaris, panjang tiap batang
adalah rerata dari pembacaan ukuran batang tersebut,
Baja Tulangan

 4. tiap batang ditimbang lantas berdasarkan persamaan berikut dapat diketahui


diameter nominal batang baja tersebut:

d = 4,0290,5 atau d = 12,7350,5

dengan:
d = diameter nominal (mm)
B = berat baja tulangan (N/m)
G = berat baja tulangan (kg/m)
Baja Tulangan

GAMBAR HAL 20
Adukan Beton

 Adukan beton adalah campuran antara pasir, kerikil, pasir dengan semen dan
air dengan perbandingan tertentu yang umum digunakan untuk pekerjaan
pembetonan struktur, seperti pembuatan kolom, balok, plat lantai dan lain-
lain.

 2. Mortar adalah campuran antara pasir, semen dan air dengan perbandingan
tertentu yang umumnya digunakan sebagai plesteran dinding ataupun spesi
untuk pasangan batu bata serta pasangan batu kali

 3. Pasta adalah campuran antara semen dan air saja dengan perbandingan
tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan acian ataupun sponengan
Adukan Beton

Adukan yang diinginkan adalah

 adukan dengan tingkat pengerjaan (workability) mudah dan nilai kelecakan


baik.

Adukan yang terlalu banyak air akan menyebabkan kurangnya daya rekat antar
agregat

sehingga bagian atas campuran dipenuhi dengan air sedangkan agregatnya


tenggelam di bagian bawah, hal ini disebut bleeding.
Adukan Beton

Adukan yang kurang air dapat mempersulit dalam proses pencampurannya,

 kurangnya air menyebabkan semen tidak dapat berfungsi lagi sebagai bahan
perekat sehingga pada saat dipakai agregat kasar dan agregat halus akan
terpisah sendiri,

hal tersebut disebut segregasi.


Adukan Beton

 Dibutuhkan suatu perbandingan yang tepat sehingga didapat sampuran


yang ideal, dengan nilai kelecakan dan tingkat pengerjaan yang baik.

Suatu campuran dapat dikatakan memiliki tingkat pengerjaan yang baik


apabila mudah dalam proses pencampuran, distribusi dan pemakaiannya.
Adukan Beton

Tingkat kelecakan suatu campuran berhubungan dengan proporsi jumlah semen,


air dan agregat.

Kesetimbangan jumlah ini dapat mengurangi ruang kosong yang terisi oleh
gelembung udara (void) ataupun air yang menguap saat beton mulai mengering.

Untuk memastikan ruang-ruang yang terdapat antara agregat kasar terisikan oleh
agregat halus, dibutuhkan penyebaran agregat dalam proporsi jumlah yang tepat,
hal ini dikenal dengan gradasi butiran.

Gradasi butiran ini juga menentukan tingkat kekuatan beton, semakin baik gradasi
butiran maka semakin tinggi mutu beton yang dihasilkan demikian juga sebaliknya.
Adukan Beton

Jenis agregat dapat ditentukan dengan menggunakan ayakan


yang disusun berlapis, yaitu sebagai berikut:

• 1. Agregat kasar  tertinggal ayakan No. 4

• 2. Agregat halus  lolos ayakan No. 4 tapi tertahan ayakan


No. 200

• 3. Agregat pengisi (filler)  lolos ayakan No. 200


Adukan Beton

Dengan bantuan ayakan ini juga dapat diketahui


modulus halus butiran yaitu dilakukan dengan cara
menjumlahkan seluruh berat kumulatif pasir lantas
dicocokkan dengan diagram sehingga diperoleh
klasifikasi kehalusan pasir tersebut.
Adukan Beton

GAMBAR HAL 22
Adukan Beton

Tingkat pengerjaan (workability)


suatu campuran memiliki beberapa parameter seperti halnya
yang disebutkan di bawah ini:5

 1. Kepadatan beton (compactibility) Kepadatan berhubungan


langsung dengan kandungan udara yang terperangkap di
dalam campuran, sedemikian sehingga dikeluarkan agar beton
tidak keropos saat mengering yaitu dengan cara dipadatkan
ataupun pengolahan campuran yang mencukupi.
Adukan Beton

 2. Stabilitas (stability) Kemampuan campuran untuk


mempertahankan rekatan antara agregat dan semen sehingga
tidak menimbulkan segregasi, khususnya pada saat pemadatan.

 3. Aliran campuran (mobility) Suatu campuran harus dapat


mengalir mengikuti bentuk cetakan dan memenuhi setiap
bagian dari cetakan yang dibuat tersebut.

 4. Hasil akhir (finishibility) Memberikan hasil yang rata (relatif


halus) pada saat campuran mengering.
RANGKUMAN :

 Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi semen
sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan.

 Jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air pengaduk beton adalah :Air
hujan, Air Tanah, Air permukaan, Air laut yang mengandung 30.000 – 36.000
mg/liter garam (>3 %) dapat digunakan sebagai air pencampur beton tidak
bertulang.

 Syarat-syarat air untuk adukan beton menurut ACI 318-83 adalah harus
bebas dari minyak, alkali, garam dan bahn-bahan organik, tidak boleh
mengandung ion clorida.

Anda mungkin juga menyukai