Anda di halaman 1dari 35

GANGGUAN

FUNGSI
SEKSUAL
ISU SEKSUALITAS
 Bagian dari fungsi kehidupan manusia
 Diatur oleh norma-norma yang hidup
dalam masyarakat
 Nilai sakral seksualitas diatur oleh agama,
budaya dan hukum sebagai ikatan yang
kuat dilegalkan dengan syarat-syarat
tertentu, sehingga memberikan
konsekuensi hak dan kewajiban sebagai
orang dewasa
PERKEMBANGAN ISU
SEKSUALITAS
 Perilakumanusia berkembang, nilai-nilai
berkembang, nilai konvensional
mengalami “ujian” dengan timbulnya
keinginan manusia yang beragam
 Dalam konteks pribadi maupun
masyarakat, seksualitas tidak semata
masalah biologis tapi juga masalah
psikologis, sosial dan budaya
Mengapa orang menikah?
GANGGUAN PSIKOSEKSUAL
DALAM PPDGJ III
 Ganguan disfungsi seksual bukan
disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik (F52)
 Gangguan identitas jenis kelamin (F64)
 Gangguan preferensi seksual (F66)
DEFINISI GANGGUAN
PSIKOSEKSUAL
 Gangguan dalam bidang seks yang
disebabkan oleh faktor kejiwaan
DISFUNGSI SEKSUAL
Yang termasuk disfungsi seksual bukan
disebabkan oleh gangguan atau penyakit
organik antara lain:
 Kurangnya atau hilangnya nafsu seksual
 Tidak menikmati seks
 Kegagalan dari respons genital
 Disfungsi orgasme
 Ejakulasi dini
 Vaginismus nonorganik
 Dispareuni nonorganik
 Dorongan seksual yang berlebihan
 Disfungsi seksual lainnya bukan
disebabkan gangguan organisk
 Disfungsi seksual YTT
RESPONS SEKSUAL NORMAL
(Maters dan Johnson)
 Fase perangsangan
 Fase plateu
 Fase orgasme
 Fase resolusi
Helen Singer Kaplan menambahkan fase
hasrat (desire)
Virginia Sadock 4 fase (hasrat,
perangsangan, orgasme, resolusi)
EVALUASI DISFUNGSI SEKSUAL
 Disfungsiseksual bisa didapati pada laki-
laki atau perempuan;, pada suami istri
sebagai sebab akibat, maupun pada
kegiatan mandiri (cont : masturbasi);
homo maupun heteroseksual; primer
(sejak muda) atau sekunder; tunggal,
multipel atau total; situasional atau tetap
MEMBEDAKAN ANTARA PENYEBAB
ORGANIS DAN PSIKIS
 Pada laki-laki bila ada NPT (nocturnal
penile tumescene = ereksi pagi hari)
maka bukan disebabkan faktor organik
 Bila bersifat situasional makan
penyebabnya bukan organik
DISFUNGSI EREKSI
 Tidak mampu memperoleh atau
mempertahankan ereksi hingga kiotus
selesai (dulu namanya impotensi)
 10% kasus; ketakutan menderita 15-20%
 Merupakan keluhan untuk 35-50%
disfungsi seksual
 Fungsi ereksi pada laki-laki adalah proses
yg rumit
 Keterlibatan otak sejak ada “sentrum”,
aktivitas otak dalam merasa dan
berinteraksi dg nilai-nilai, persyarafan,
peredaran darah, NT tertentu; penyakit
sistemik seperti DM, Hipertensi, obat-
obatan tertentu; proses menua (4% pada
35 th, 77% pada 80 th)
EJAKULASI DINI
 Ejakulasi umumnya bersamaan dengan
orgasme pada lelaki.
 Ejakulasi terjadi sesudah penis yang ereksi
mengalami perangsangan cukup pada
koitus, sehingga cairan semen yang
terkumpul menyemprot keluar pada
waktu ejakulasi
 Ejakulasi dini terjadi bila ejakulasi terjadi
sebelum ejakulasi itu diharapkan
 Sangat bergantung pada individu lelaki,
pasangannya, umur, seringnya koitus.
 30% dari polpulasi dan dikeluhkan 40%
penderita disfungsi seksual
 Kebanyakan oleh masalah psikologis
 Penyebab biologis ketegangan saraf
simpatis, masa laten saraf
bulbokavernosa yang lebih pendek.
 Akibat psikologisnya menjadi frustasi atau
kecewa
 Terapi : antidepresan atau antispikotik
ringan. Terapi seks
GANGGUAN PERANGSANGAN
PADA PEREMPUAN
 Perempuan tidak mengalami ereksi tapi
fenomena lubrikasi
 Lubrikasi berasal dari transudat dari darah
yang menembus dinding liang vagina
 Diantara perempuan menikah yg
bahagia mengalami gangguan ini 35%
(23% bersifat berkala)
 Pada masa menopause hormon estrogen
berkurangdan lubrikasi berkurang
 Dapat diberikan hormone replacement
therapy. Untuk usia muda bisa diberikan
krim pelumas larut air, terapi seks dan
psikoterapi
GANGGUAN ORGASME PADA
PEREMPUAN
 Ketidakmampuan atau keterlambatan
memperoleh orgasme sesudah
perangsangan yang cukup
 Kadang berhubungan dengan masalah
psikis atau tehnik. Diberikan terapi seks.
DISPAREUNI DAN VAGINISMUS
 Dispareuni : rasa sakit yang timbul saat
bersanggama di daerah genital dan
sekitarnya. Bisa terdapat pada lelaki
 Vaginismus : berkontraksinya otot2
sepertiga bagian luar sehingga sulit
terjadi intromisi penis.
 Penyebab biologi misalnya kurangnya
lubrikasi psikis misalnya tabu, kekerasan
seksual, masalah pribadi atau pasangan
GANGGUAN IDENTITAS
GENDER
 Transeksual
 Tranvetisme
peran ganda
 Gangguan identitas jenis kelamin masa
kanak
 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya
 Gangguan identitas jenis kelamin YTT
IDENTITAS SEKSUAL
 Merupakan salah satu dari 4 faktor
psikoseksual yang mempengaruhi
kepribadian, perkembangan, dan fungsi
seseorang secara psikoseksual.
 Adalah pola karakteristik biologis
seseorang yang terdiri dari
kromosom,genitalia interna dan eksterna,
susunan hormonal, gonad, dan
karakteristik seks sekunder
IDENTITAS GENDER
 Adalah perasaan seseorang tentang
kejantanan atau keperempuanan dirinya,
juga merupakan kondisi saat seseorang
mengatakan dirinya maskulinin atau feminin
 Peran gender : peran yang terikat dengan
gender, beberapa peran terdapat lintas
gender
 Orientasi seksual : objek impuls seksual
seseorang; hetero, homo, biseksual
 Perilaku
seksual : hasrat, fantasi,
pencarian pasangan, autoerotika, dan
semua kegiatan untuk mengekspresikan
serta memuaskan kebutuhan seksual
TRANSEKSUALISME
 Hasratuntuk hidup dan diterima sebagai
anggota dari kelompok lawan jenisnya,
biasanya disertai perasaan tidak enak
atau tidak sesuai dengan anatomi
seksualnya dan menginginkan untuk
memperoleh terapi hormonal dan
pembedahan untuk membuat tubuhnya
semirip mungkin dengan jenis kelamin
yang diinginkan (PPDGJ III)
 Terdapat transeksual laki-laki dan
perempuan. Mereka ini berorientasi
homo, hetero, bi dan aseksual
 Penyebabnya adalah faktor bio dan
psiko
 Di belanda prevalensinya 1 dari 11.000
lelaki dan 1 dari 30.000 perempuan
GANGGUAN PREFERENSI
SEKSUAL
 Dahulu kelompok ini disebut deviasi
seksua, perversi seksual atau parafilia
 Parafilia respons seksual : gejalanya
penyimpangan dari suatu stimulasi
erotik/kegiatan prakondisi untuk
perangsangan orgasme seksual
 Parafilia dapat muncul secara episodek
 Umumnya ketrangsangan ini dilanjutkan
dengan masturbasi atau hubungan seks
 Mereka mencari obyek seksualnya
dengan cara sendiri, berkelompok,
dengan atau tanpa agresi. Kadang erat
hubungan dengan hukum dan baru
diobati bila tertangkap (sex offender)
 Kebanyakan penderita lelaki kecuali
sado-masokhisme
 Penyebab dapat berupa gangguan
organik, psikologis dan gabungan
 Fantasi
bersifat sangat kuat, rekuren,
dorongan atau perilaku seks melibatkan
obyek non manusiawi atau penderitaan
atau penghinaan diri, pasangan, anak-
anak, atau orang lain yang tidak
bersedia, terjadi dalam kurun waktu 6
bulan.
 Fetihisme : benda mati
 Tranvestisme fetihistik : memakai busana
lawan jenis
 Ekshibisionisme : memamerkan organ
genital (penis) yang seang ereksi atau
seang masturbasi
 Voyeurisme : suka mengintip
 Pedofilia : suka pada anak, remaja :
hebefilia
Bedakan dengan para penyiksa anak
(child molester) yang mencari anak karena
tidak ada pasangan dewasa
 Sado-mashokhisme : menyakiti dan
disakiti selama berhubungan.
TERAPI
 Antipsikotik depot, anti androgen sebagai
kastrasi kimia
 Psikoterapi : psikoterapi dinamik, terapi
perilaku atau terapi kelompok
HOMOSEKSUAL
 Kelompok hemoseksual dan biseksual dalam
PPDGJ III tidak berdiri sendiri sebagai suatu
kelainan tapi termasuk dalam Gangguan
Psikologis dan perialku yang berhubungan
dengan perkembangan dan orientasi seksual
; gangg. maturasi seksual, orientasi seksual
egodistonik, gangguan jalinan seksual ( F66.x1
dan x2)
 WHO menghapus kelompok ini dari
gangguan sejak 1992 dalam ICD
 Penelitian Kinsley tahun 1946 pada
sampel usia 16-55 th yang melulu
homoseksual hanya 4%
 Penelitian Kinsley mutakhir mendapatkan
sekitar 20% lelaki pernah mempunyai
kontak homoseksual dalam hidupnya (?)
 Edward Lautmann 1994 1,3% perempuan
dan 2,7% ikut perilaku seks sejenis, sekitar
4% sejak usia 18 tahun.
 Skala Kinsley 0-6 untuk orang perilaku homo-
hetero
 Beberapa negara dan tempat merespons
berbeda tentang perilaku homoseksual sesuai
nilai budaya, kepercayaan, danhukum yang
berlaku
 Beberapa nilai bersikap tolerans dengan
perilakunya dan beberapa nilai menolak
seperti nilai agama. Terapi yang dilakukan
biasanya mengarah pada terapi reorientasi
dan konseling

Anda mungkin juga menyukai