Anda di halaman 1dari 15

KONSERVASI HABITAT

Syeiqido Sora Datu


L022172001
LATAR BELAKANG

Perlu
Mengakibatkan
SDA di laut adanyapengelolaan
Penigkatan Jumlah Pengurangan SDA
dimanfaatkan & perlindungan
Penduduk & Eksploitasi SDA dan Kerusakan Konservasi habitat
secara turun terhadap
Pembangunan lingkungan habitat
temurun lingkungan habitat
Organisme
organisme di laut
Konservasi Habitat

upaya
melindungi,melestari
kan, dan tempat tinggal
memanfaatkan fungsi berbagai jenis
ekosistem sebagai
habitat penyangga organisme hidup
kehidupan biota melaksanakan
perairan pada waktu kehidupannya.
sekarang dan yang
akan datang
Ancaman Ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang
Sebagai Habitat Biota Laut

Ancaman terhadap lingkungan habitat


organisme laut tidak dapat dihindari, seiring
pertambahan penduduk maka kebutuhan akan SDA pun
akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan eksploitasi
berlebihan tehadap SDA yang akan berdampak bagi
kehidupan organime dilaut.
Mangrove

Lamun

Karang
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan Peraturan Hukum
Terkait

 Pengelolaan habitat pesisir melalui pembentukan Kawasan Konservasi


Perairan (KKP) bukanlah hal baru. Pemerintah Indonesia telah menargetkan untuk
membangun KKP seluas 20 juta hektar pada tahun 2020. Sampai Desember
2016, terdapat 165 KKP dengan total luasan mencapai hampir 18 juta hektar yang
tersebar di seluruh Nusantara.

 KKP merupakan salah satu solusi terbaik untuk menekan ancaman


terhadap ekosistem pesisir dan melindungi habitat pentinguntuk ikan memijah,
tumbuh dan mencari makan, sehingga masyarakat sekitar KKP mendapatkan
manfaat dari perikanan yang sehat. Manfaat lain dari KKP adalah untuk
mengembangkan pariwisata bahari laut dari sumber daya laut yang terjaga
sehingga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan
pemerintah lokal

 Konservasi laut di dalam operasionalnya memiliki undang-undang yang


mendasari pelaksanaannya. Yakni diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang
konservasi Sumber Daya Ikan (SDI), pengelolaan kawasan konservasi perairan
diatur dengan sistem zonasi dan perubahan kewenangan pemerintah pusat
menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai dengan kawasan konservasi yang
berada di wilayahnya
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2007 pasal 1.
Kawasan konservasi perairan (KKP) didefinisikan sebagai kawasan perairan yang
dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber
daya Ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

IUCN–International Union for Conservation of Nature and Natural Resources


kawasan konservasi laut sebagai suatu area atau daerah di kawasan pasang surut
beserta kolom air di tasnya dan flora dan fauna serta lingkungan budaya dan
sejarah yang ada di dalamnya, yang diayomi oleh undang-undang untuk melindungi
sebagian atau seluruh lingkungan yang tertutup. Lebih lanjut.

UU 27/2007
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk
mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara
berkelanjutan.
Manfaat KKP

•Perlindungan biota laut pada tahap tertentu dalam siklus hidupnya,


1

•Perlindungan habitat yang kritis dan tetap (misal terumbu karang, estuari)
2

•Perlindungan budaya dan lokasi arkeologi


3

•Menjamin tersedianya tempat yang memungkinkan bagi perubahan


4 distribusi spesies sebagai respon perubahan iklim atau linkungan lainnya

•Menjamin suatu tempat perlindungan (refugia) bagi pengkayaan stok ikan-


5 ikan ekonomis penting

•Menyediakan suatu kerangka kerja untuk penyelesaian konflik multi


6 stakeholders

•Menyediakan model pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu


7

•Menyediakan sumber pendapatan dan lapangan kerja


8

•Menjamin area untuk penelitian ilmiah, pendidikan dan rekreasi


9
Kriteria sebuah Lokasi dapat
menjadi KKP

•Relatif masih alami – lokasi-lokasi yang masih dalam kondisi baik

•Keterwakilan – lokasi unik, termasuk penting dalam proses ekologi seperti area
pemijahan, area asuhan dan/atau area dengan jenis-jenis ekonomis penting

•Biodiversitas – lokasi dengan keanekaragaman jenis/ekosistem yang tinggi; lokasi


dengan jenis endemik (jenis yang hanya hidup di lokasi atau region tertentu)

•Kerentanan – lokasi dengan sumberdaya/keanekaragaman yang tinggi yang relatif


rentan terhadap gangguan atau pengrusakan

•Uniqueness – keunikan, wilayah yang secara biologis atau fisik mempunyai ciri
dengankeunikan tertentu;

•Rareness – kelangkaan, habitat yang spesifik atau spesies langka

•Nilai Perikanan – lokasi yang strategis untuk meningkatkan perikanan; lokasi


dengan produktifitas tinggi atau merupakan daerah pemijahan atau asuhan

•Nilai wisata – lokasi yang jika dilindungi mampu meningkatkan kegiatan rekreasi
dan pendapatan dari ekowisata

•Penerimaan sosial – dapat diterima oleh semua pihak terkait

•Kepraktisan dalam pengelolaan – kelayakan dan tingkat kemudahan dalam


melakukan pengelolaan pendidikan.
Peraturan Perundangan dalam mengelola kawasan konservasi perairan dan
pulau-pulau kecil

 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan


Ekosistemnya
 Kepmen KP No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengelolaan
Pulaupulau Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat
 UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah direvisi dengan
UU No. 45 Tahun 2009
 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya
Ikan
 Permen KP No. Per.16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
 Permen KP No. Per.17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
 Permen KP No. Per.02/Men/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan
Konservasi Perairan
 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
 Permen KP No. Per.03/Men/2010 tentang Tata Cara Penetapan Perlindungan
Jenis Ikan
 Permen KP No. Per.04/Men/2010 tentang Pemanfataan Jenis dan Genetika
Ikan
 Permen KP No. Per.30/Men/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan Konservasi Perairan
 Permen KP No. Per. 34/ Men/2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Peisisr dan Pulau-pulau Kecil.
Bentuk Upaya Konservasi di Indonesia

1. Taman Nasional Laut


Taman Nasional Laut dapat diartikan sebaga ”daerah/ kawasan/ area yang
dilindungi oleh negara. Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budi daya, pariwisata, dan rekreasi.
a)Taman Nasional Kepulauan Seribub
b). Taman Nasional Kep. Karimun Jawa
c). Taman Nasional Kepulauan Wakatobi

2. Taman Wisata Laut

Taman Wisata Alam Laut (TWAL) adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan bagi
kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Tujuan pengelolaan taman wisata alam laut, sebagai
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
a. Taman wisata alam laut kepulauan padaido
b. Taman wisata alam laut gugus pulau teluk maumere
c. Taman Wisata Alam Laut Pulau Kapoposang

3. Cagar Alam Laut

Cagar alam laut daerah adalah kawasan alam laut yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang ditentukan serta dikelola untuk konservasi
habitat dan jenis.
a. Cagar Alam Laut 17 Pulau Riung, NTT
Bentuk Upaya Konservasi di Indonesia

1. Suaka Margasatwa Laut

Suaka margasatwa alam laut adalah kawasan suaka alam laut yang
mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya untuk
dilestarikan.
a) Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Venu, Kaimana, Papua Baratb
b) Kepulauan Derawan

2. Daerah Perlindungan Laut

Daerah Perlindungan Laut (DPL) atau Marine Sanctuary adalah suatu kawasan laut yang terdiri
atas berbagai habitat, seperti terumbu karang, lamun, dan hutan bakau, dan lainnya baik sebagian
atau seluruhnya, yang dikelola dan dilindungi secara hukum yang bertujuan untuk melindungi
keunikan, keindahan, dan produktivitas atau rehabilitasi suatu kawasan atau kedua-duanya.
Kawasan ini dilindungi secara tetap/permanen dari berbagai kegiatan pemanfaatan

Urgensi keberadaan Daerah Perlindungan Laut (DPL) adalah untuk menjaga dan memperbaiki
keanekaragaman hayati pesisir dan laut, seperti keanekaragaman terumbu karang, ikan,
tumbuhan dan organisme laut lainnya, serta lebih lanjut dapat meningkatkan dan
mempertahankan produksi perikanan.

Dengan demikian DPL diyakini sebagai salah satu upaya yang efektif dalam mengurangi
kerusakan ekosistem pesisir, yaitu dengan melindungi habitat penting di wilayah pesisir, khususnya
ekosistem terumbu karang
KONSERVASI HABITAT PENYU HIJAU KEPULAUAN DERAWAN

Penurunan populasi penyu hijau rata-rata 80%. Red Data Book-IUCN


menerangkan jika penurunan populasi suatu spesies mencapai 80%
selama 10 tahun atau tiga generasi maka spesies diklasifikasikan pada
status critically endangered species.

Penyu Hijau paling intensif diekploitasi- konsumsi rumah tangga, sumber


pendapatan masyarakat, kepentingan adat hingga sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Demikian halnya dengan tata niaga penyu dengan biaya
transaksi yang tinggi masih berlangsung sebagai black market di daerah
Tanjung Benoa Bali.

Alternatif perlindungan penyu hijau diarahkan pada perlindungan


habitat. Perumusan alternatif perlindungan penyu hijau dipilih
Kepulauan Derawan karena memiliki nesting area penyu hijau tertinggi
di Indonesia, sebagai daerah pengembaraan penting dalam jalur/
lintasan migrasi dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia
UNCLOS pasal 9 bab 5

“Negara wajib melindungi ekosistem yang langka dan mudah


rusak yang merupakan habitat spesies yang menurun
populasinya, terancam dan hampir punah serta biota lainnya
dari polusi, pembentukan sistem daerah perlindungan
(protected area) atau daerah yang memerlukan konservasi
keanekaragaman hayati.

Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999.

“Penyu hijau merupakan aset negara yang dikelola oleh


pemerintah”

“Semua bentuk eksploitasi penyu hijau menjadi kegiatan ilegal”

Anda mungkin juga menyukai