Landasan
Empiris
Pandangan
hidup atau
filosofi sendiri
Landasan filosofis utama
penerapan pendidikan
inklusif di Indonesia
Pancasila
Bhineka Tunggal
Ika
Kebhinekaan
Vertika
l Horisont
al
Vertikal
kecerdasan
kemampuan
pengendalian kekuatan fisik
diri
kemampuan
kepangkatan
finansial
Horisontal
Suku
bangsa
Daerah Ras
Tempat
Budaya
tinggal
Bahasa Agama
Keunggulan dan
Dimana ada
kekurangan adalah
keterbatasan selalu ada
suatu bentuk
keunggulan dan
kebhinnekaan seperti
dimana ada
halnya ras, suku,
keunggulan selalu ada
agama, latar budaya,
keterbatasan.
dan sebagainya.
Keunggulan dan keterbatasan tidak
dapat dijadikan sebagai alasan untuk
memisahkan peserta didik yang
memiliki keterbatasan atau keunggulan
dari pergaulannya dengan peserta
didik lainnya, karena pergaulan antara
mereka akan memungkinkan terjadi
saling belajar tentang perilaku dan
pengalaman.
Pandangan
Universal Hak asasi
manusia, Pendidikan Inklusi
menyatakan bahwa merupakan
setiap manusia implementasi
mempunyai hak pendidikan yang
untuk hidup layak, berwawasan
hak pendidikan, hak multikultural
kesehatan, hak
pekerjaan.
Zaman
purbakala dan
Masa Awal
pada zaman
pertengahan
Memberikan
Menolak, orang-
pelayanan dan
orang yang
tempat tinggal
memiliki
bagi mereka yang
ketidakmampuan
diabaikan oleh
(disability)
keluarganya
Abad 19 : Di
Amerika Serikat
telah berdiri
sekolah bagi
mereka yang buta
dan tuli
Abad 20 : Muncul
berbagai
pernyataan dan
kesepakatan
internasional
berkaitan dengan
hak manusia.
Keadaan Sekarang
UU No. 4
tahun 1997
pasal 5 PP No. 17 tahun 2010
pasal 127 sampai 142
UU No. 23
tahun 2002
pasal 48 dan
Deklarasi Bandung
49
(2004)
UU No. 20
tahun 2003 Surat Edaran Dirjen
pasal 5 Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah,
Kemendiknas No.
380/C.C6/MN/2003
1. UU No. 4 tahun
1997 pasal 5
tentang 2. UU No. 23 tahun
pernyandang anak 2002 pasal 48 dan 49
cacat tentang
perlindungan anak
•“ 3. UU No. 20 tahun
Setiap penyang cacat
mempunyai hak dan 2003 pasal 5, ayat 1
kesempatan yang sama sampai dengan 4
dalam segala aspek
kehidupan dan
tentang sistem
penghidupan.” pendidikan Nasional.
4. Surat Edaran Dirjen
Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah,
Kemendiknas No. 5.
380/C.C6/MN/2003,
tanggal 20 Januari 2003: • Permendiknas No. 70
tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif
• “Setiap
kabupaten/kota
diwajibkan
menyelenggarakan 6.
dan
mengembangkan
pendidikan inklusif
• PP No. 17 tahun 2010
sekurang-kurangnya pasal 127 sampai
4 (empat) sekoah 142, tentang
yang terdiri dari SD, Pengelolaan dan
SMP, SMA, SMK” Penyelenggaraan
Pendidikan
Deklarasi Bandung (2004)
“Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif”
Menjamin setiap anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya
mendapatkan kesamaan akses dalam segala aspek kehidupan, baik dalam
bidang pendidikan, kesehatan, sosial, kesejahteraan, keamanan, maupun
bidang lainnya, sehingga menjadi generasi penerus yang handal.
Menjamin hak atas kewarganegaraan yang penuh dari Anak 15-17 Juni
penyandang Kecacatan dalam semua aspek
Mempromosikan inklusif anak-anak dan remaja penyandang kecacatan dalam semua sektor sistem
pendidikan seperti pusat rawatan harian, sekolah dasar dan menegah lanjutan, sekolah menengah
atas, perguruan tinggi dan semua bentuk pendidikan tinggi, dan juga transisi antara level
pendidikan dan pelatihan kerja.
Memperkuat pengukuran kesejahteraan anak yang bersifat preventif yang menargetkan pada anak
dan keluarga dan mempromosikan partisipasi dan komunikasi di antara anak, remaja dan mereka
yang terlibat dalam layanan kesejahteraan untuk mereka.
3. Resolusi Nomor
A/61/106 mengenai
Convention On the Rightof
Person with Disabilities