Anda di halaman 1dari 45

KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSIF

( Landasan Pendidikan Inklusi


Dan Komitmen Nasional Dan Internasionl )
KELOMPOK
2/ 4B
Lilis Agestiyani (K7116102/ 4B)
Mochammad Fahrizal (K7116116/ 4B)
Munawar Sodiq (K7116122/ 4B)
Novia Hikma Wardani (K7116132/ 4B)
Nur Farikah Rahmawati ( K7116136/4B)
The National Academy Carlberg dan Kavale
Of Science (Amerika (1980); Wang dan Baker
Serikat) (1985); Baker (1994)

Landasan
Empiris

Mcleskey Waldron, So,


Swanson, dan Loveland Meyer (2001)
(2001)
 Klasifikasi dan penempatan anak
berkelainan di sekolah, kelas, atau tempat
khusus tidak efektif dan diskriminatif.
Layanan ini merekomendasikan agar
pendidikan khusus secara segregatif
hanya diberikan terbatas berdasarkan
hasil identifikasi yang tepat
Carlberg dan Kavale (1980); Pendidikan inklusif
Wang dan Baker (1985); Baker berdampak positif
(1994) : baik terhadap
perkembangan
akademik maupun
sosial anak
berkelainan dan
teman sebayanya.
Mcleskey Waldron, So,
Swanson, dan Loveland (2001)

Menemukan bahwa guru-guru dalam sekolah


inklusi lebih memiliki sikap positif terhadap
peran guru inklusi dan dampaknya dari pada
guru pada sekolah regular.
 Mengatakan bahwa siswa yang memiliki
kecacatan yang cukup ditemukan untuk
memiliki keberhasilan yang lebih besar
manakala mereka memperoleh
pendidikan dalam lingkungan yang
menerima mereka khususnya yang
berkaitan dengan hubungan sosial dan
persahabatan mereka dengan
masyarakatnya.
Landasan Filosofis

Pandangan
hidup atau
filosofi sendiri
Landasan filosofis utama
penerapan pendidikan
inklusif di Indonesia

Pancasila

Bhineka Tunggal
Ika
Kebhinekaan

Vertika
l Horisont
al
Vertikal

kecerdasan

kemampuan
pengendalian kekuatan fisik
diri

kemampuan
kepangkatan
finansial
Horisontal

Suku
bangsa

Daerah Ras

Tempat
Budaya
tinggal

Bahasa Agama
Keunggulan dan
Dimana ada
kekurangan adalah
keterbatasan selalu ada
suatu bentuk
keunggulan dan
kebhinnekaan seperti
dimana ada
halnya ras, suku,
keunggulan selalu ada
agama, latar budaya,
keterbatasan.
dan sebagainya.
Keunggulan dan keterbatasan tidak
dapat dijadikan sebagai alasan untuk
memisahkan peserta didik yang
memiliki keterbatasan atau keunggulan
dari pergaulannya dengan peserta
didik lainnya, karena pergaulan antara
mereka akan memungkinkan terjadi
saling belajar tentang perilaku dan
pengalaman.
Pandangan
Universal Hak asasi
manusia, Pendidikan Inklusi
menyatakan bahwa merupakan
setiap manusia implementasi
mempunyai hak pendidikan yang
untuk hidup layak, berwawasan
hak pendidikan, hak multikultural
kesehatan, hak
pekerjaan.
Zaman
purbakala dan
Masa Awal
pada zaman
pertengahan
Memberikan
Menolak, orang-
pelayanan dan
orang yang
tempat tinggal
memiliki
bagi mereka yang
ketidakmampuan
diabaikan oleh
(disability)
keluarganya

Rasa takut akan


Takhayul
Abad Sembilan
belas dan abad
dua puluh (masa
transisi).

Abad 19 : Di
Amerika Serikat
telah berdiri
sekolah bagi
mereka yang buta
dan tuli

Abad 20 : Muncul
berbagai
pernyataan dan
kesepakatan
internasional
berkaitan dengan
hak manusia.
Keadaan Sekarang

• Semua anak (atau orang dewasa) adalah anggota


kelompok yang sama, berinteraksi dan berkomunikasi
satu sama lain, membantu satu sama lain untuk belajar
dan berfungsi, saling mempertimbangkan satu sama lain,
menerima kenyataan bahwa anak (atau orang dewasa)
tertentu mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan
mayoritas dan kadang-kadang akan melakukan hal
yang berbeda.
Melalui pendidikan, peserta didik
berkebutuhan khusus dibentuk
menjadi warganegara yang
demokratis dan
bertanggungjawab, yaitu
individu yang mampu
menghargai perbedaan dan
berpartisipasi dalam
masyarakat.
21
Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal
mereka diisolasikan dari teman sebayanya di
sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya,
mereka harus diberi kesempatan bersama
teman sebayanya.
 Sebagai bangsa yang beragama,
penyelenggaraan pendidikan tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan
agama.
 Adanya siswa yang membutuhkan
layanan pendidikan khusus pada
hakikatnya adalah manifestasi dari
hakikat manusia sebagai individual
differences
Ayat 1: setiap
warganegara berhak
mendapat pendidikan

Ayat 2: setiap warga


negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan
pemerintah
membiayainya
Pasal 5

Ayat 1: setiap warganegara mempunyai hak yang sama untuk


memperoleh pendidikan bermutu
Ayat 2: warga negara yang mempunyai kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Ayat 3: warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus
Ayat 4: warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus
Pasal 49 Negara,
pemerintah,
Pasal 48: Pemerintah
keluarga, dan orang
wajib
tua wajib
menyelenggarakan
memberikan
pendidikan dasar
kesempatan yang
minimal 9 (sembilan)
seluas-luasnya
tahun untuk semua
kepada anak untuk
anak
memperoleh
pendidikan.
Pasal 5 Setiap penyang cacat
mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan.
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Nomor 380/C.C6/MN/2003 tanggal 20
Januari 2003

“Setiap kabupaten/kota diwajibkan


menyelenggarakan dan mengembangan
pendidikan inklusif di sekurang-kurangnya 4
(empat) sekolah terdiri dari :
SD,SMP,SMA,SMK”
Sebuah cara untuk
menjamin bahwa
semua memperoleh
pendidikan dan
pemeliharaan yang
Sebuah pendekatan berkualitas di dalam
terhadap komunitas tempat
Sebuah kontribusi
penigkatan kualitas tinggalnya sebagai
bagian dari program- terhadap
sekolah secara
program untuk pengembangan
menyeluruh yang
perkembangan anak masyarakat yang
akan menjamin
usia dini, pra sekolah, menghargai dan
bahwa strategi pendidikan dasar dan menghormati
nasional untuk menengah, terutama peredaan individu
“pendidikan untuk mereka yang pada
semua warga
semua” adalah saat ini masih belum
diberi kesempatan negara
benar-benar untuk
semua. untuk memperoleh
pedidikan di sekolah
umum atau masih
rentan terhadap
marginalisasi dan
eksklusi.
KOMITMEN NASIONAL
(INDONESIA) Permendiknas No. 70
tahun 2009

UU No. 4
tahun 1997
pasal 5 PP No. 17 tahun 2010
pasal 127 sampai 142
UU No. 23
tahun 2002
pasal 48 dan
Deklarasi Bandung
49
(2004)

UU No. 20
tahun 2003 Surat Edaran Dirjen
pasal 5 Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah,
Kemendiknas No.
380/C.C6/MN/2003
1. UU No. 4 tahun
1997 pasal 5
tentang 2. UU No. 23 tahun
pernyandang anak 2002 pasal 48 dan 49
cacat tentang
perlindungan anak

•“ 3. UU No. 20 tahun
Setiap penyang cacat
mempunyai hak dan 2003 pasal 5, ayat 1
kesempatan yang sama sampai dengan 4
dalam segala aspek
kehidupan dan
tentang sistem
penghidupan.” pendidikan Nasional.
4. Surat Edaran Dirjen
Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah,
Kemendiknas No. 5.
380/C.C6/MN/2003,
tanggal 20 Januari 2003: • Permendiknas No. 70
tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif
• “Setiap
kabupaten/kota
diwajibkan
menyelenggarakan 6.
dan
mengembangkan
pendidikan inklusif
• PP No. 17 tahun 2010
sekurang-kurangnya pasal 127 sampai
4 (empat) sekoah 142, tentang
yang terdiri dari SD, Pengelolaan dan
SMP, SMA, SMK” Penyelenggaraan
Pendidikan
Deklarasi Bandung (2004)
“Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif”
Menjamin setiap anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya
mendapatkan kesamaan akses dalam segala aspek kehidupan, baik dalam
bidang pendidikan, kesehatan, sosial, kesejahteraan, keamanan, maupun
bidang lainnya, sehingga menjadi generasi penerus yang handal.

Menjamin setiap anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus


lainnya, sebagai individu yang bermartabat, untuk mendapatkan
perlakuan yang manusiawi, pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan
potensi dan tuntutan masyarakat, tanpa perlakuan deskriminatif yang
merugikan eksistensi kehidupannya baik secara fisik, psikologis,
ekonomis, sosiologis, hukum, politis maupun kultural.

Menyelenggarakan dan mengembangkan pengelolaan pendidikan


inklusif yang ditunjang kerja sama yang sinergis dan produktif di antara
para stakeholders, terutama pemerintah, institusi pendidikan, institusi
terkait, dunia usaha dan industri, orang tua serta masyarakat.
Deklarasi Bandung (2004)
“Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif”

Menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pemenuhan anak


berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya, sehingga memungkinkan
mereka dapat mengembangkan keunikan potensinya secara optimal.

Menjamin kebebasan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus


lainnya untuk berinteraksi baik secara reaktif maupun proaktif dengan
siapapun, kapanpun dan di lingkungan manapun, dengan
meminimalkan hambatan.

Mempromosikan dan mensosialisasikan layanan pendidikan inklusif


melalui media masa, forum ilmiah, pendidikan dan pelatihan, dan
lainnnya secara berkesinambungan.

Menyusun Rencana Aksi (Action Plan) dan pendanaannya untuk


pemenuhan aksesibilitas fisik dan non-fisik, layanan pendidikan yang
berkualitas, kesehatan, rekreasi, kesejahteraan bagi semua anak
berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya
KOMITMEN
INTERNASIONAL
Resolusi Salamanc
Convention
Nomor a
on the Right
A/61/106 Statement
of Person
Kongres mengenai Biwako and
with Konferensi
Internasio Convention Millenium Framework
Disablilities Dakar
nal ke-8 On the Framework for Action
and
Rightof on Special
Optional
Person with Needs
Protocol
Disabilities Education
30 Maret “ Setiap negara
2007 di New berkewajiban untuk
York. Pada menyelenggarakan
pasal 24 sistem pendidikan
inklusi di setiap
tingkat pendidikan.”
2. Kongres Internasional ke-8 tentang
mengikut sertakan anak penyandang
kecacatan ke dalam masyarakat.

Memformulasikan Sebuah Rencana Aksi Nasional dengan tujuan


yang dinyatakan secara jelas yang berkaitan dengan aksesibilitas,
kesehatan – dan layanan sosial dan pendidikan untuk semua anak.

Menjamin hak atas kewarganegaraan yang penuh dari Anak  15-17 Juni
penyandang Kecacatan dalam semua aspek

kehidupan masyarakat seperti layanan kesehatan,


2004
pendidikan, program perawatan anak dan program
rekreasi.
Memperkuat partisipasi dan pengaruh anak dan remaja dalam masyarakat dengan memberikan
kesempatan untuk ikut serta dalam perencanaan, perancangan dan manajemen dari berbagai macam
layanan dan aktivitas yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Mempromosikan inklusif anak-anak dan remaja penyandang kecacatan dalam semua sektor sistem
pendidikan seperti pusat rawatan harian, sekolah dasar dan menegah lanjutan, sekolah menengah
atas, perguruan tinggi dan semua bentuk pendidikan tinggi, dan juga transisi antara level
pendidikan dan pelatihan kerja.

Memperkuat pengukuran kesejahteraan anak yang bersifat preventif yang menargetkan pada anak
dan keluarga dan mempromosikan partisipasi dan komunikasi di antara anak, remaja dan mereka
yang terlibat dalam layanan kesejahteraan untuk mereka.
3. Resolusi Nomor
A/61/106 mengenai
Convention On the Rightof
Person with Disabilities

Pada tanggal 13 Desember 2006


Majelis umum mengeluarkan
tersebut memuat hak-hak
penyandang disabilities dan
pernyataan akan diambil langkah-
langkah untuk menjamin
implementasinya.
• Menyatakan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan :

• 1. Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini

• 2. Memastikan bpada 2015 semua ana (perempuan) dalam keadaan sulit,


dan mereka yang termasuk etnik minoritas, memiliki akses lengkap dan
bebas ke wajib pendidikan dasar yang berkualitas baik.

• 3. Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua pemuda dan dewasa


dipenuhi melalui akses yang adil

• 4. Mencapai 50% peningkatan dalam keaksaraan orang dewasa pada


tahun 2015

• 5.Menghilangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan


menengah pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam
pendidikan dengan tahun 2015

• 6. Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin


keunggulan semua sehingga diakui dan diukur hasil pembelajaran yang
dicapai oleh semua
• Tahun 2010 yang telah
disetujui oleh pemerintah
Indonesia bahwa paling
• Biwako Millenium sedikit 75% anak
Framework, 1992 berkebutuhan khusus usia
lembaga pendidikan
(tanpa kecuali) harus sudah
tidak ada lagi yang tidak
mendapatkan layanan
pendidikan, setidaknya
pada tingkat pendidikan
dasar.
Salamanca Statement and
Framework for Action on
Special Needs Education
(1994)

Kejawiban sekolah untuk mengakomodasi


semua anak termasuk anak-anak yang
memiliki kelainan fisik, intelektual, sosial,
emosional,linguistik maupun kelainan
lainnya serta memberikan layanan anak
berbakat, anak jalanan, anak terpencil
dan etnik minoritas

Anda mungkin juga menyukai