Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA SEBAGAI

IDEOLOGI NEGARA
S1 PROFESI BIDAN
KELOMPOK 4 :
- CHRISTY (19341007)
- DILA ISTIQOMAH L. (19341009)
- DINA MARSARINA L. (19341010)
- DINDA AUDREYA POETRI (19341011)
- NANDA ERLY SAVIRANISSA (19341023)
- OCSINIATI M. H. DJUWA (19341037)
DEFINISI IDEOLOGI
• Secara harfiah, ideologi berarti ilmu mengenai pengertian dasar, ide
yang dianut sekelompok besar manusia atau bangsa.
• Ideologi secara etimologis, berasal dari kata “eidos” (Bahasa Yunani)
yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Sedangkan
“logos” berarti ilmu. Dengan demikian, ideologi adalah sebuah ilmu
gagasan tentang masa depan, sebagai cita-cita masa depan yang
diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa. Karena itu
ideologi bersifat mengerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan
tersebut.
PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA
• Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Menurut Noor MS. Bakry (1994), Pancasila sebagai ideologi bersifat
dinamik. Dalam artian, ia menjadi kesatuan prinsip pengarahan yang
berkembang dialektik serta terbuka penafsiran baru untuk melihat
perspektif masa depan dan aktual antisipatif dalam menghadapi
perkembangan dunia.
Pancasila akan selalu mempunyai hal baru yang progresif dalam
menghadapi tantangan kehidupan yang makin maju dan kompleks.
Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak sekedar dapat menerima,
bahkan mendorong untuk dapat menciptakan pemikiran-pemikiran baru
tersebut dalam rangka lebih menyegarkan dan memperkuat relevansinya
denga perkembangan spirit zaman.
• Pancasila dan Ideologi lain
Pancasila sebagai ideologi Indonesia mempunyai ajaran-ajaran yang memang
mengandung nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi lain. Ajaran yang dikandung
Pancasila bahkan dipuji oleh seorang filsuf Inggris, Bertrand Russel, yang
menyatakan bahwa Pancasila sebagai sintesis kreatif antara Declaration of
American Independence (yang merepresentasikan ideologi demokrasi kapitalis)
dengan Manifesto Komunis (yang mereprensentasikan ideologi komunis).
Dari pendapat tersebut, Indonesia pun pernah merasakan berkembangnya nilai-
nilai ideologi-ideologi besar dunia berkembang dalam gerak tubuh
pemerintahannya :
a. Pancasila dan Liberalisme (Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan
demokrasi liberal).
Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan individualisme Barat yang
mengutamakan kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik yang kita
anut memandang manusia sebagai individu dan sekaligus juga makhluk sosial
(Alfian dalam Oesman dan Alfian, 1990: 201).
Negara demokrasi model Barat lazimnya bersifat sekuler, dan hal ini tidak
dikehendaki oleh segenap elemen bangsa Indonesia, hampir dapat dipastikan
bahwa sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dan
agama atau bersifat sekuler.

b. Pancasila dan Komunisme (Periode 1945-1965).


Pada periode ini ada berbagai faktor internal dan eksternal yang memberi nuansa
tersendiri terhadap kedudukan Pancasila. Eksternal, NICA (Belanda) terus
melancarkan agresi militer (1947 dan 1949) dan internal, terjadi pergumulan yang
secara internal sudah merongrong Pancasila sebagai dasar negara, untuk diarahkan
ke ideologi tertentu, yaitu gerakan DI/TII (1949) yang akan mengubah Republik
Indonesia menjadi negara Islam dan Pemberontakan PKI (1948 dan 1965) yang
ingin mengubah RI menjadi negara komunis.
PANCASILA DAN AGAMA
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa di Indonesia terdapat berbagai
macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun
dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara dan menjadi ideologi bangsa ini
yang diharapkan bisa mempersatukan bangsa. Namun yang menjadi permasalahan
saat ini adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada
pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir pada sila
kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas yang terang-terangan menolak isi
sila pertama dari Pancasila tersebut.
Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama
atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas –minoritas. Bahkan pemeluk
agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-
hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara
Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Pancasila yang merupakan lima dasar atau lima sila ini
memuat banyak nilai-nilai pada setiap silanya. Nilai-nilai yang terkandung
pada butir- butir Pancasila yang telah dijelaskan pada setiap silanya pada bab
pembahasan di jurnal ini merupakan gagasan serta cita-cita masyarakat Indonesia
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan nilai-nilai
dari Pancasila inilah yang sangat penting terutama sejak Pancasila menjadi ideologi
Negara Indonesia, sehingga aktivitas pemerintahan negara pun juga harus
mengacu pada Pancasila agar cita-cita Bangsa Indonesia yang termuat pada lima
dasar yang dikenal sebagai Pancasila ini dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai