Anda di halaman 1dari 56

BATUK

Ketua : Andi Aqila 1102018211


Sekertaris : Annisa Shafiyah Arsal 1102018284
Anggota : Aisha Nadina Shani 1102018191
Anggota Bianca Naila N 1102018278
Kelompok Ervita Mutiara S 11102018254
Endito Pamungkas S 1102018286
Hosiana Wulan F 1102018327
M. Fardy Udaya 1102018332
Syafrizal Bayu A 1102018269
3
Seorang perempuan berumur 23 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan batuk berdarah sejak 3 hati yang lalu. Keluhan lain badan
panas disertai berkeringat terutama malam hari serta bedat badan
menurun.
SKENARIO Pemeriksaan fisik: Komposmentis, TD 110/80mmHg, Nadi
80x/menit, Pernafasan 20x/menit, dan Suhu 30°C. bentuk badan
asternikus dengan BB 43kg. Apek paru kanan terdapat suara nafas
bronkial dan ada ronki basah kasar.
Untuk menegakkan diagnosis pasti, dokter menyarankan untuk
dilakukan pemeriksaan BTA 3x Sewaktu/Pagi/Sewaktu dan foto
toraks.
Diagnosis sementara berdasarkan data yang ada adalah TB paru
tersangka.
4

HIPOTESIS
I TB paru disebabkan oleh infeksi M.tuberculosis dikarenakan
factor lingkungan seperti, lembab, kurang cahaya matahari, dll.
Dapat menyebabkan gejala: demam, batuk berdarah, keringat
malam hari, dll. Untuk menegakkan diagnosis pasti dilakukan
pemeriksaan BTA, foto rontgen, dll. Ditangadi dengan OAT,
penegahan dilakukan dengan menyediakan ventilasi baik, etika
batuk yang baik. Jika tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi dini dan stadium lanjut

am Jayden Smi
1.
Anatomi Saluran
Pernafasan
Bawah
6

1. Trakea
1.1. Makroskopik ○ Trakea adalah tuba dengan
panjang 10 cm-12 cm dan
diameter 2,5 cm serta
terletak di atas permukaan
anterior esophagus.

○ Trakea juga dilapisi oleh


epithelium respiratorik
yang mengandung banyak
sel goblet.
7

2. Bronkus
o Bronkus primer kanan berukuran lebih pendek, lebih
tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri
karena arcus aorta membelokkan trachea bawah ke
kanan.
o Dinding bronchus terdiri dari cincin tulang rawan, tapi di
bagian posterior berbentuk membran disebut paries
membranaceus tracheae. Bronchus dextra lebih sering
terkena infeksi bila dibandingkan dengan bronchus
sinistra
8

3. Paru-paru
o Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di
bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
o Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
o Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura.
9

4. Alveolus
o Alveolus merupakan saluran akhir dari alat
pernapasan yang berupa gelembung-gelembung
udara
o Adanya alveolus memungkinkan terjadinya
perluasan daerah permukaan yang berperan
penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas
ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke
udara ( Purnomo. Dkk, 2009).
10

1. Epiglotis
o Epiglottis dilapisi oleh dua
jenis sel epitel, yaitu sel
epitel gepeng berlapis (pada
1.2. Mikroskopik
bagian lingual) dan sel
epitel respiratori (pada
bagian laringeal).
o fungsi utamanya adalah
untuk menghasilkan suara
dan untuk mencegah
makanan/minuman masuk
ke trakea.
11

2. Trakea
o Tulang rawan pada trakea adalah sederetan cincin
berbentuk C, dan di antara kedua ujung C itu terdapat M.
trakealis.
12

3. Bronkus
o Dinding bronchus terdiri dari cincin tulang rawan, tapi
di bagian posterior berbentuk membran disebut paries
membranaceus tracheae.
o Bronchus dextra lebih sering terkena infeksi bila
dibandingkan dengan bronchus sinistra
13

4. Bronkiolus
Diameter < 1 mm, tidak terdapat tulang rawan, epitel selapis
torax bersilia dengan beberapa sel goblet.
14

5. Bronkus Primer
Bronkus primer terdiri dari dextra dan sinistra. Bronki ini
dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia, lamina
propria tipis jarngan ikat halus dengan banyak serat elastin
dan sedikit limfosit
15

6. Bronkus terminalis
Bronkiolus terminalis memiliki diameter kecil. Epitel kuboid
atau kolumner selapis bersilia tanpa sel goblet
16

7. Bronkus respiratorius
Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis
kuboid. Pada bagian proksimalnya terdapat silia, namun
hilang di bagian distal bronkiolus respiratorius.
18

8. Duktus Alveolaris, Alveolis Paru


○ Dari ujung duktus alveolaris terbuka pintu lebar menuju
beberapa sakus alveolaris.
○ Alveolus paru merupakan kantong yang dibatasi oleh
epitel selapis gepeng yang sangat tipis, yang salah satu
sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip
sarang tawon.
19

Otot Pernafasan

Otot Inspirasi Utama

Otot Inspirasi Tambahan

Otot Ekspirasi Tambahan


2.
MM. Fisiologi
Saluran
Pernafasan
Bawah
a. Pernafasan Sel b. Pernafasan Paru 21

Transpor oksigen melalui pertukaran oksigen dan


lima tahap karbondioksida yang terjadi
pada paruparu.
Tahap
1 Ventilasi pulmoner

Tahap
2 Arus darah melalui
paru-paru
Tahap Tahap
4 3 Distribusi arus
udara
Tahap
5 Difusi gas

22
23

Fase
iritasi

Mekanisme
Batuk
Fase
inspirasi

Fase
kompresi
Fase
ekspirasi
3. MM
Karakteristik
M.tuberculosis
3.1. Morfologi 25

Mycobacterium tuberculosis panjangnya satu sampai


4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron.

M. tuberkulosis di dalam lesi dapat dikelompokkan


menjadi 4 golongan yaitu:
a. Populasi A
b. Populasi B
c. Poulasi C
d. Populasi D
26
3.2. Struktur Dinding Sel
• Dinding sel mikobakteria
sangat kaya lipid (sampai
dengan 60% dari total
massa dinding sel)

• cord factor
lipoarabinomannan (LAM)
dan asam mikolat menjadi
salah satu faktor
pendukung proses
virulensi

• mycolylarabinogalactan-
peptidoglycan)
4.
MM TB Paru
28

4.1. definisi

• Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit


infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru.
29

4.2. Etiologi

• Penyebab tuberculosis adalah M. tuberculosis. Basil


tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC
30
Factor yang mempengaruhi TB paru diantaranya:

Umur Pekerjaan

Kebiasaan
Jenis kelamin merokok

Pendidikan Status gizi


31

4.3. Klasifikasi a. Organ Tubuh b. Pemeriksaan


yang Terkena Dahak TB

c. Tipe Pasien
32

4.4.Epidemiologi

Saat ini Indonesia masih menduduki urutan


ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah
India dan China. TB merupakan satu dari 10
penyebab kematian dan penyebab utama
agen infeksius
33

4.5.
Patofisiologi
34

4.6. Manisfestasi
Klinik
a. Gejala b. Gejala
Respiratorik Sistemik
35

4.7. Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan


konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
(subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.

Pemeriksaan Radiologi

• Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi TB. Lokasi lesi TB umumnya di daerah apex paru tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah atau daerah hilus menyerupai tumor paru.
36

Pemeriksaan BACTEC

• untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang


sangat penting dalam menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Penunjang

• Polymerase chain reaction (PCR)


• Pemeriksaan serologi dengan berbagai metoda a.1
37

Pemeriksaan Cairan Pleura


.
• Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura
perlu dilakukan pada penderita efusi pleura untuk membantu
menegakkan diagnosis

Pemeriksaan histopatologi jaringan


• untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama pada
tuberkulosis ekstra paru
38

Pemeriksaan darah

• LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap


darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.

Uji tuberculin

• Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi


infeksi TB di daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah.
39
4.8
Diagnosis
bronkiektasi
Banding s

Abses paru

Pneumonia
aspirasi

Pneumonia
40

a.
4.10. Non-
Farmakologi
Tatalaksana

b.
Farmakologi
○ Lini Pertama ○ Lini Kedua

Isoniazid
Etionamid
Farmakologi
Rifampisin

Paraaminosalisilat
Etambutol

Pirizanamid

Kanamisin dan
Amikasin
streptomisin
Panduan Pemberian OAT

Kategori 1
Fase intensif 2RHZE Fase Lanjutan 4 RH / 4 R3H3

Kategori 2
Fase Lanjutan 4 RH / 4 R3H3 Fase Lanjutan 4 RH / 4 R3H3

Kategori 3
Fase Intensif 2 RHZE Fase Lanjutan 4 RH / 4 R3H3 / 6 HE

Kategori 4
43

4.10.
Pencegahan
44

Komplikasi
4.11. dini
Komplikasi

Komplikasi
stadium
lanjut
45

Bila tidak diberi


4.12. Prognosis pengobatan
Bila diberikan
obat spesifik
spesifik

Bila obat tidak


memenuhi
syarat
5.
MM Program
Pemerintah
Penanggulangan
TB Paru
47

5.1. Tujuan

Menurunkan angka
kesakitan dan kematian Melindungi kesehatan
akibat TB dalam rangka masyarakat dari
pencapaian tujuan penularan TB agar tidak
pembangunan terjadi kesakitan,
kesehatan untuk kematian dan
meningkatkan derajat kecacatan;
kesehatan masyarakat.
48

5.2.
Sasaran Sasaran strategi nasional
pengendalian TB ini mengacu
& Target pada rencana strategis
Kementerian Kesehatan dari
2009 sampai dengan tahun
2014 yaitu menurunkan
prevalens TB dari 235 per
100.000 penduduk menjadi
224 per 100.000 penduduk.
49

Target dampak pada Target dampak 2030


2020
Target

Target dampak pada Target dampak 2035


2025
50

DPPM

5.3. Program
Pemerintah Manajemen
Terpadu TB
RO

Rencana
Aksi
Daerah

Metode
Pemeriksaan
TBC
51

Mengawasi Memberi
penderita dorongan
5.4. Peran PMO tuberkulosis kepada pasien

Memberi Memberi
dorongan dorongan
kepada pasien kepada pasien
6.
MM. Etika Batuk
53
‫‪54‬‬

‫‪Menurut Hadits :‬‬


‫سدعيِدد حعنن ممححممدد‬ ‫ححمدحثحناَ ممححمممد نبمن حودزيِدر اَنلحواَدسدطيي ححمدحثحناَ حيِنححيِىَ نبمن ح‬
‫صاَلددح حعنن أحدبي مهحرنيِحرحة أحمن اَلمندبمي‬ ‫سحميي حعنن أحدبي ح‬ ‫نبدن حعنجحلحن حعنن م‬
‫س حغمطىَ حونجحهمه دبحيِددده أحنو دبحثنودبده‬ ‫سلمحم حكاَحن إدحذاَ حعحط ح‬ ‫صملىَ م‬
‫ام حعلحنيِده حو ح‬ ‫ح‬
‫صدحيِحح‬ ‫سحن ح‬ ‫ث حح ح‬ ‫سىَ حهحذاَ ححدديِ ح‬‫صنوحتمه حقاَل ح أحمبو دعيِ ح‬‫ض دبحهاَ ح‬ ‫حوحغ م‬
‫“‬
‫‪• “apabila Nabi bersin, beliau menutup wajahnya dgn tangan‬‬
‫‪atau kainnya sambil merendahkan suaranya. Abu Isa‬‬
‫‪berkata; Hadits ini hasan shahih.” [HR. Tirmidzi No.2669].‬‬
55
DAFTAR PUSTAKA
• Depkes RI., 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta : Depkes RI bab 10 hal. 70-73
• Amin, Z., Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam:Sudoyo, A., W., dkk.
Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III. Ed 5. Jakarta : FKUI; 2230-2239.
• Puspita, D A, 2007, Hubungan Antara Ketidaktaatan Berobat Dengan
Kejadian Resistensi Obat anti TB di RS Paru Batu Periode Januari –
Desember 2006, Universitas Muhammadiyah, Malang
• Kurniawan, E. dan Arsyad, Z., 2016. Nilai Diagnostik Metode “Real Time”
PCR GeneXpert pada TB Paru BTA Negatif. Jurnal Kesehatan Andalas
5(3), pp. 730–738.
• Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. 2009 ; 863-883.
• Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. 2007. Departemen
Kesehatan Republic Indonenesia. Bakti Husada.
• Depkes. 2017. Tuberculosis (TB). Jakarta. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
56

Thank You!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai