JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR 2016 Apa itu antioksidan ? Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Antioksidan… Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan o/ radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektrolit yg dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yg dpt menimbulkan stres oksidatif Jenis antioksidan Antioksidan internal (PRIMER)yaitu atioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Secara alami tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri, tetapi kemampuan ini pun ada batasnya. Sejalan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun akan semakin berkurang. Hal ini lah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi antioksidan.Yang termasuk Antioksidan primer ini adalah : Super Oxide Dismutase (SOD) Gluthation Peroxidase (GPx) Katalase (Cat) Antioksidan eksternal(SEKUNDER) tidak dihasilkan oleh tubuh tetapi berasal dari makanan seperti Vitamin A, beta karoten, Vitamin C,Vitamin E, Selenium, Flavonoid, dll. Antioksidan tersier Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker, misalnya. RADIKAL BEBAS ??? Radikal bebas adalah molekul, atom, atau kelompok atom yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Dengan demikian molekul atau atom tersebut sangat labil dan mudah membentuk senyawa baru. SUMBER RADIKAL BEBAS Sumber endogen Autoksidasi dimana merupakan produk dari proses metabolisme aerobik (proses menghasilkan energi) Oksidasi enzimatik dimana beberapa jenis enzim bisa menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup banyak seperti xanthine oxidase, prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase dan amino acid oxodase. Sumber eksogen dari luar tubuh Ketidakseimbangan radikal bebas dengan antioksidan menyebabkan timbulnya stress oksidatif. Stress oksidatif ini dapat disebabkan oleh kekurangan antioksidan dalam makanan, atau akibat meningkatnya produksi radikal bebas yang disebabkan oleh toksin dari makanan atau lingkungan. Kondisi yang pro-oksidatif adalah: konsumsi makanan yang tidak seimbang, konsumsi lemak hewan secara berlebihan, makan makanan yang diawetkan/diasap, minum alkohol, merokok, kurang mengkonsumsi sayuran & buah-buahan, pencemaran lingkungan. Pembentukan ROS yang tidak terkendali dapat menyebabkan oksidasi lipid, oksidasi protein, terputusnya ‘pita’ DNA dan modifikasi basa DNA, serta modulasi ekspresi gen Oksidasi lipid Oksidasi lipid adalah reaksi berantai, radikal bebas mempercepat oksidasi lipid. Membran sel yang terdiri dari 2 lapisan fosfolipid dan protein adalah target langsung oksidasi lipid. Malonaldehid yang merupakan salah satu produk hasil oksidasi lipid dapat bereaksi dengan grup amino protein, fosfolipid, dan asam nukleat sehingga menyebabkan terjadinya modifikasi struktural yang dapat menyebabkan tidak berfungsinya sistem imun. Peningkatan jumlah produk hasil oksidasi lemak ditemukan pada penderita diabetes, aterosklerosis, penyakit yang menyerang hati, dan peradangan. Modifikasi oksidatif kolesterol LDL berhubungan dengan timbulnya penyakit aterosklerosis dan jantung koroner Oksidasi protein RB dapat menyerang protein menghasilkan karbonil dan asam- asam amino termodifikasi, termasuk metionin sulfoksida, 2- oksohistidin, dan peroksida protein. Modifikasi protein diinisialisasi oleh radikal hidroksil yang terutama mengoksidasi rantai samping asam-asam amino, menghasilkan ikatan silang (cross linkage) antara protein dan menyebabkan protein terfragmentasi. Ketersediaan oksigen, anion superoksida, dan bentuk ‘proton’ nya (HO2- ) menentukan jalur proses oksidasi protein. Malonaldehid, produk hasil oksidasi lipid, dapat bereaksi dengan grup amino suatu protein. Nitrik oksida (yang disintesis dalam mitokondria dari L-arginin dengan bantuan enzin NO-sintetase) yang merupakan ‘messenger’ intraseluler dalam sistem syaraf, imun, dan kardiovaskuler juga dapat mengoksidasi protein. Oksidasi protein dapat menyebabkan perubahan mekanisme transduksi sinyal, sistem transpor, aktivitas enzim-enzim, aterosklerosis, dan ishemia reperfusi. Sebagian proses penuaan berhubungan dengan modifikasi oksidatif protein. Kerusakan DNA Mitokondria dan inti sel memiliki DNA masing-masing, tetapi DNA mitokondria lebih mudah mengalami kerusakan oksidatif karena tidak adanya protein protektif (histon), serta lokasinya lebih berdekatan dengan sistem yang memproduksi RB. Radikal hidroksil dapat mengoksidasi guanosin atau timin sehingga mengubah DNA dan mengakibatkan terjadinya mutagenesis atau karsinogenesis. DNA yang berubah dapat diperbaiki oleh enzim DNA glikosilase (DNA repair enzime). Sejumlah kecil kerusakan basa DNA akibat oksidasi ditemukan bahkan pada individu yang sehat, tapi konsentrasi basa DNA yang mengalami kerusakan tersebut meningkat pada penderita peradangan kronis seperti rheumatoid artritis atau pada individu yang mengalami stress oksidatif misalnya akibat merokok. Apabila stress oksidatif sangat tinggi, maka sistem perbaikan DNA yang menggunakan enzim glikosilase tersebut tidak cukup, sehingga akan menginduksi timbulnya mutagenesis dan/atau karsinogenesis. Penyakit degeneratif yang ditimbulkan radikal bebas Penyakit degeneratif yang ditimbulkan oleh radikal bebas bermula dari kerusakan sel. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel karena merusak protein (mengganggu aktivitas enzim), merusak asam nukleat (menimbulkan kerusakan DNA, mutasi sel), dan merusak lipida (mengganggu fluiditas membran). Sebagai akibatnya pertumbuhan dan perkembangan sel menjadi tidak wajar, bahkan dapat menyebabkan kematian sel. Membran plasma merupakan tempat utama reaksi radikal bebas karena strukturnya yang mudah teroksidasi (asam lemak tidak jenuh jamak). Rusak atau hilangnya asam lemak tidak jenuh pada membran plasma akan mengganggu permeabilitas membran, mengakibatkan radikal bebas semakin mudah masuk ke dalam sel, mempengaruhi/bereaksi dengan organel yang terdapat di dalam sel. Misalnya merusak lisosom dan inti sel serta mengakibatkan kerusakan DNA, sehingga menimbulkan mutagenesis yang menjadi patogenesis kanker. Penyakit ginjal akut maupun kronis: lipid peroksida diduga merupakan faktor penting dalam patofisiologi penyakit ini. Penelitian morfologis pada ginjal menunjukkan bahwa sel- sel endotel dan sel-sel mesangial sangat mudah mengalami perlukaan oleh stress oksidatif. Diabetes melitus: patogenesis penyakit diabetes belum jelas sekali. Pada diabetes tipe I terjadi kerusakan sel-sel beta pankreas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa radikal oksigen berperan penting dalam patogenesis diabetes. Mekanisme ini melalui respons autoimun yang menghasilkan radikal oksigen yang kemudian mengakibatkan kerusakan sel beta pada pankreas. Penyakit jantung koroner: salah satu faktor penyumbang timbulnya penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terjadinya aterosklerosis merupakan respons terhadap adanya luka pada lapisan endotelium pembuluh darah. Produk oksidasi lipid terbukti dapat menginduksi luka pada pembuluh darah dalam tempo yang singkat. Penyakit kanker: para ahli sepakat mengenai implikasi radikal bebas dalam mekanisme karsinogenesis, terutama kerusakan DNA. Radikal oksigen seperti anion superoksida, radikal hidroksil, dan hidrogen peroksida dapat merusak komponen biokimia intrasel misalnya DNA, RNA, karbohidrat, protein, lemak, dan mikronutrein. patogenesis kanker berdasarkan radikal bebas diperkuat oleh penelitian secara tidak langsung yaitu konsumsi antioksidan pada kelompok tertentu menurunkan insiden timbulnya kanker sampai 30% MAKANAN SUMBER ANTIOKSIDAN Sumber Vit. A,Vit.C,Vit. E, karotein, fenol terutama buah dan sayur