Anda di halaman 1dari 24

KANKER PAYUDARA

Oleh :
Kelompok 1
KONSEP TEORI

Pengertian
Kanker Payudara atau carsinoma mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak
terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular), saluran kelenjar dari lobular ke
puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang payudara yang mengelilingi
lobular, duktus, pembuluh darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit
payudara (American Cancer Society, 2014).
Epidemiologi

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak
di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan
pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut
data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia
(IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)).
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika
adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 %
dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan,
diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.
Etiologi
Menurut Panduan Komite Penanggulangan Kanker Nasional Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan
insiden kanker payudara antara lain :
 Jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,
 riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
 riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi),
 riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun),
 riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat
radiasi dinding dada, faktor lingkungan
 Faktor risiko usia menarche dini, usia menarche <12 th meningkatkan risiko 2638 kali lebih tinggi dari pada WUS
yang tidak menarche dini
 Faktor risiko usia kehamilan pertama, (hamil pertama >35 th) dan tidak hamil
 Paritas (keadaan yang menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan), paritas nulipara (wanita yang tidak
mempunyai anak) memiliki risiko >30% kanker payudara dari pada multipara.
 Terapi sulih hormon
 Kontrasepsi oral
 Pemajanan terhadap radiasi
 Diet, berat badan dan alkohol
Manifestasi Klinis

Menurut Panduan Komite Penanggulangan Kanker Nasional, keluhan utama pada


kanker payudara, yaitu :
 Benjolan di payudara
 Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
 Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
 Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
 Benjolan ketiak dan edema lengan
 Keluar cairan dari puting susu (nanah)
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium
 Dianjurkan:
 Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis
 Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up

Pemeriksaan Pencitraan Mamografi Payudara


 Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi. Mamografi
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam
pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang
Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.

 USG Payudara
 Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
 Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining
karena biaya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang
lama.
 Diagnosa Sentinel Node Biopsi kelenjar sentinel (
Sentinel lymph node biopsy ) adalah mengangkat kelenjar getah
bening aksila sentinel sewaktu operasi. ( Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar
getah bening yang pertama kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan
mulainya terjadi penyebaran dari tumor primer).

 Pemeriksaan Patologi Anatomi


 Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan sitologi, morfologi
(histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya
dilakukan pada penelitian dan kasus khusus).
Deteksi dini kanker payudara
- Termografi, merupakan suatu suatu istilah umum yang merujuk
pada penggunaan energi infra merah untuk mengambil gambar
(termogram) untuk mendeteksi tumor. Saat ini termografi
digunan untuk menilai risiko dan mendeteksi kanker payudara
sejak awal. Termografi disarankan untuk wanita yang memiliki
risiko tinggi terkena kanker payudara.
- duktografi, indikasi utama dilakukan pemeriksaan duktografi
adalah jika adanya cairan yang keluar dari puting susu bersifat
hemoragic
Penatalaksanaan

 Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari
agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek
terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect),
sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara.
 Mastektomi
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
 Mastektomi dengan teknik onkoplasti
 Breast Conserving Therapy (BCT)
 Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
 Metastasektomi
Pencegahan

- Pencegahan primer
- Pencegahan sekunder, melalui skrining yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan payudara sadari
b. Pemeriksaan payudara klinis
c. Pemeriksaan mamografi
 Terapi Sistemik
 1. Kemoterapi
 Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa kombinasi
obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima
 2. Terapi Hormonal
 Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi hormonal bisa
diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan
terapi ajuvan utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari
hormonal terapi.
 3.Terapi Target
 Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B. Pemberian anti-Her2 hanya
pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang Her2 positif.
 4.Radioterapi
 Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan
paliatif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian (Breast Cancer / Indonesian 2017 Hospital Authority)


Demografi
Jenis kelamin: meskipun beberapa orang pria juga bisa menderita penyakit ini, hampir semua kasus kanker payudara ditemukan
pada wanita. Usia: secara umum, risiko kanker payudara akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Riwayat
Riwayat keluarga dan genetika: seorang wanita akan lebih mungkin terkena kanker payudara jika ibunya, saudara perempuannya
atau kerabat langsungnya pernah menderita penyakit yang sama. Menurut studi klinis, sekitar 5-10% kasus kanker payudara
memiliki kaitan dengan terjadinya perubahan genetik.
Riwayat kanker: riwayat keganasan kanker tertentu seperti penyakit Hodgkin, kanker paru-paru, kanker usus besar, atau riwayat
kanker pada masa kanak-kanak
Siklus menstruasi: wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause setelah usia
55 tahun memiliki faktor risiko yang lebih tinggi
Pola makan: asupan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara berkepanjangan
Gaya hidup: merokok, minum minuman keras, dan kurang berolahraga akan meningkatkan faktor risiko
Melahirkan: wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan anak pertama pada usia di atas 35 tahun
Penggunaan obat: asupan kontrasepsi atau menjalani terapi penggantian hormon secara berkelanjutan selama lebih dari 5 tahun
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan
adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini
dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan
pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan di samping, di atas
kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar
klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan
kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening. Palpasi payudara dilakukan
pada pasien dalam posisi terlentang (supine), lengan ipsilateral di atas kepala
dan punggung diganjal bantal. kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan
menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan
dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang lengan
pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut / kronis b/d agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
psikologis
3. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive,
penyakit
4. Cemas b.d status kesehatan
5. Deficite Knowladge b.d Kurang paparan sumber informasi
6. Gangguan citra tubuh
7. Gangguan pola seksualitas tidak efektif
Intervensi Keperawatan (Nanda nic noc)

 Nyeri Akut b/d agen injuri fisik


 Tujuan : Setelah dilakukan askep …. jam tingkat kenyamanan klien
meningkat, nyeri terkontrol dengan
 KH:
 klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3
 Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.
 TTV
 TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt
 Manajemen nyeri :
 Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
 Berikan lingkungan yang tenang
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
 Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

 Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Monitor V/S
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d faktor psikologis
 Setelah dilakukan asuhan keperawatan … jam klien menunjukan status nutrisi adekuat
dengan
 KH:
 BB stabil
 tingkat energi adekuat
 masukan nutrisi adekuat
 Manajemen Nutrisi
 Kaji adanya alergi makanan.
 Kaji makanan yang disukai oleh klien.
 Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP
 Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan banyak mengandung vitamin C
 Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
 Monitor Nutrisi
 Monitor BB jika memungkinkan
 Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
 Monitor adanya mual muntah.
 Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order
 Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
 Monitor intake nutrisi dan kalori.
 Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.
Reverensi Jurnal

FAKTOR RISIKO TUMOR PAYUDARA PADA PEREMPUAN UMUR 25-65 TAHUN DI LIMA
KELURAHAN KECAMATAN BOGOR TENGAH
Marice Sihombing, Aprildah Nur Sapardin, 2011
Hasil: Proporsi tumor payudara pada perempuan di lima kelurahan kecamatan
Bogor Tengah sebesar 3,4%. Terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan yang
bermakna dengan tumor payudara, yaitu umur ≥ 40 tahun (ORadj 8,82; 95%CI
2,73-25,51), menggunakan pil kontrasepsi (ORadj 3,63; 95%CI 1,63-8,10), dan
menopause (ORadj 3,58; 95%CI 1,38-9,28). Tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara pendidikan, stress, kolesterol tinggi, kurang konsumsi sayur,
umur pertama melahirkan >30 tahun, dan pernah operasi tumor jinak > 1 kali
dengan tumor payudara.
Kesimpulan: Faktor risiko tumor payudara pada perempuan yang dominan adalah
umur ≥ 40 tahun, menggunakan pil kontrasepsi dan menopause.
Profil kanker payudara di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2013 – 2014
Rondonuwu,Israel A., Harlinda Haroen dan Frans E. Wantania

Hasil penelitian memperlihatkan dari 151 kasus kanker payudara, sebagian besar
berusia 40-49 tahun sebanyak 61 kasus (43%) dengan tingkat pendidikan
terbanyak SMA sebanyak 92 kasus (61%). Riwayat penyakit keluarga mengalami
kanker payudara sebanyak 6 kasus (4%). Jenis histopatologik terbanyak karsinoma
duktal invasif sebanyak 147 kasus (97,6%). Stadium klinis yang paling banyak
ditemukan yaitu stadium IV sebanyak 96 kasus (63,6%).
Simpulan: Pada penelitian ini kanker payudara terbanyak pada usia 40-49 tahun,
tingkat pendidikan SMA, tanpa riwayat kanker payudara dalam keluarga, jenis
histopatologik karsinoma duktal invasif, dan stadium klinis IV.
Faktor Risiko Kanker Payudara Wanita
Lindra Anggorowati, 2013
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker
payudara adalah obesitas (p=0,00; OR=4,49; CI=2,01-10,02), usia melahirkan
anak pertama (p=0,00; OR=4,99; CI=1,90-13,87), riwayat pemberian ASI (p=0,00;
OR=5,49; CI=2,05-14,74), dan usia menarche (p=0,00; OR=6,66; CI=2,84-15,65).
Simpulan penelitian adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker
payudara adalah obesitas, usia melahirkan anak pertama, riwayat pemberian ASI,
dan usia menarche.
ANALISIS RISIKO KANKER PAYUDARA BERDASAR RIWAYAT
PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN USIA MENARCHE
Gusti Ayu Triara Dewi, Lucia Yovita Hendrati
FKM UA, gekaradewi@gmail.com 2Departemen Epidemiologi
FKM UA, hendratilucia@yahoo.com
Hasil analisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (α = 5%) menunjukkan bahwa
pemakaian alat kontrasepsi hormonal (p = 0,028; OR = 3,266) dan usia menarche (p = 0,031; OR =
3,492) mempunyai hubungan yang signifi kan terhadap kejadian kanker payudara pada
perempuan di RSUD Dr Soetomo tahun 2013.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas
yang diteliti menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker payudara
pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013. Variabel yang mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap kejadian kanker payudara pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun
2013 tersebut, yaitu riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche. Selain itu,
disimpulkan juga bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dan berisiko paling besar
terhadap kejadian kanker payudara pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013 adalah
usia menarche. Usia menarche yang terlalu dini, yaitu < 12 tahun terbukti dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker payudara pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013.
Daftar Pustaka

Sihombing, Marice dan Aprildah Nur Sapardin. 2017. Faktor Risiko Tumor Payudara Pada Perempuan
Umur 25-65 Tahun Di Lima Kelurahan Kecamatan Bogor Tengah .Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kesehatan RI
marice@litbang.depkes.go.id
Rondonuwu,Israel A., Harlinda Haroen dan Frans E. Wantania. 2016.Profil kanker payudara di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013 – 2014. Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Anggorowati, Lindra. 2013.Faktor Risiko Kanker Payudara Wanita. Universitas Negeri Semarang
Gusti Ayu Triara Dewi, Lucia Yovita Hendrati. 2015. Analisis Risiko Kanker Payudara Berdasar Riwayat
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Usia Menarche. FKM UA, gekaradewi@gmail.com
2Departemen Epidemiologi FKM UA, hendratilucia@yahoo.com
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.

Anda mungkin juga menyukai