Anda di halaman 1dari 65

Kebijakan Surveilans Penyakit Prov Jateng

Dalam Peningkatan
Kewaspadaan Dini Dan Respon
PD3I

Dinas kesehatan Prov Jateng


Dasar Hukum
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/Menkes/SK/VIII/ 2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Peraturan Menteri Kesehatan No. 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium
Diagnosis Penyakit Infeksi New-Emerging dan Re-emerging
Peraturan Menteri kesehatan No. 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Peraturan Menteri Kesehatan No.92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data
Dalam Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi
Keputusan Menteri Kesehatan No.1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
Keputusan Menteri Kesehatan No. 483/ MENKES/ SK/IV/ 2007 tentang Pedoman Surveilans
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2013-2018 RPJMD
2013-2018
• Menuju Jawa Tengah
VISI Sejahtera dan Berdikari Renstra
Kesehatan
2013-2018
• Meningkatkan kualitas pelayanan
MISI publik untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat

AGENDA PROGRAM
• Menurunnya angka kematian
PRIORIT dan kesakitan JATENG
AS ) SEHAT
IHR (2005)
Implementation
Mengikat setiap
Core Capacities : negara
At All
- Policy and legislation
– Detection
levels
- Risk Communication – Verification
- Coordination
- Surveillance
– Investigation
- Human Resource – Notification
- Laboratory
- Response
– Response
Capacity for control of emerging diseases, food safety,
zoonosis, chemical, radiology
Capacities at Point of Entry

Indonesia has declared not to require extension for IHR (2005) implementation in 2014
 capacity building for operational and maintenance of IHR 2005.
Komitmen Global dan Nasional

Goals
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Target:
3.2.Pada 2030, mengakhiri
kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah, dengan
seluruh negara berusaha
menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga
12 per 1.000 KH dan Angka
17 Goals  169 target Kematian Balita 25 per 1.000
KH
• Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat
RPJMN
dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu dari tahun
2015-2019
2013.
• Target 2019 menurun 40%
Tersedianya informasi tentang situasi,
kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya
serta masalah kesehatan masyarakat dan
Tujuan
Penyelengga faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai
raan bahan pengambilan keputusan
Surveilans
Kesehatan
Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap
(prasyarat kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan
program dampaknya
kesehatan)
Terselenggaranya investigasi dan
Pasal 2 PMK
45 2014 penanggulangan KLB/Wabah
Dasar penyampaian informasi kesehatan
kepada para pihak yang berkepentingan sesuai
dengan pertimbangan kesehatan
Tantangan Era Globalisasi
Kemajuan Biotechnology
KEBIJAKAN
SURVEILANS
• Kemampuan Surveilans,
dan Kesiapsiagaan
• Kemampuan deteksi dini
dan respon
• Koordinasi dan Jejaring
Kerja

Pengembangan - Jml Kasus


turun
sistem - Jml Kematian
turun
Penguatan Sumber KLB - Daerah
Sustainability ditanggulangi
Daya < 24 jam
terjangkit
tdk meluas
Penguatan
Jejaring
Penguatan
Peraturan Tanggung jawab:
 Pemerintah Pusat
 Pemerintah Provinsi
 Pemerintah Kab/Kota
 Masyarakat STATUS KES.MAS
MENINGKAT
STRATEGI PENGUATAN PELAKSANAAN
KEGIATAN SURVEILANS
 Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (SKDR)  Pelatihan Tim Gerak Cepat
 Sistem Event Based Surveilans (EBS)  Diklat:
 Pelaksanaan simulasi/table top KLB Basic/Intermediate/Advance Field
Polio Epidemiology Training
 Public Health Emergency Operation  Jabfung Epidkes
Centre  Pelatihan surveilans (SKDR, PD3I,
 Surveilans berbasis Laboratorium ICS, Lab)
(Public Health Laboratorium) Pengembangan Penguatan  Ketersediaan Sarana dan
 Interkoneksi dengan SIZE (Sistem sistem/ Sumber Daya Prasarana
Informasi Zoonotik dan EID) Penerapan  Keberlanjutan Pembiayaan
 Memperkuat surveilans aktif (RS, strategi (APBN, APBD, HLN, DAK)
Masyarakat)
• Memperkuat surveilans berbasis
indikator Penguatan
legislasi/ Penguatan
kebijakan Jejaring
 Daerah
 Nasional: One Health. PMK,
 NSPK Universitas, IndoHUN, Komite
 JUKLAK/JUKNIS/PEDOMAN Ahli dan Profesi, Swasta
 PERMENKES  Regional: ASEAN +3 on FETN,
 PERDA (Gubernur, Walikota/Bupati) EID, EOCN, SAFETYNET, TEPHINET
 Global: WHO, GOARN, CDC, APHL
Bentuk Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

memperoleh menangkap &


gambaran penyakit, memberikan
faktor risiko & masalah informasi secara
kesehatan dan/atau
cepat ttg suatu
masalah yg
berdampak thd penyakit, faktor
kesehatan  indikator risiko, & masalah
program  sumber kesehatan 
data yg terstruktur sumber data selain
data yg terstruktur.
Sistim Surveilans
Berbasis Indikator
 Sistim Kewaspadaan Dini dan
Respon (SKDR/EWARS)
 Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
 Sentinel
 Surveilans Berbasis Laboratorium
(Surveilans PD3I)
Sistem Kewaspadaan Dini

Event-based surveillance Indicator-based surveillance

Jejaring surveilans
berbasis kasus Report Data laboratorium
Kab/kota Ditangkap Kumpulkan
Provinsi Filter Analisis RS,
Berbasis Kejadian Verifikasi Interpretasi
PKM
Media
Klinisi SKDR
Signal
Masyarakat
Lain2 (informal) Asesment Diseminasi Kab/Kota
Umpan Balik Provinsi
Kewaspadaan Kesmas Lintas Sektor
Investigasi WHO-IHR

Upaya Pencegahan & Pengendalian


KLB Tanpa SKD
Primary 1st case Report Samples Lab Response
Case at HC taken result begins

masalah

Kasus Kasus
dapat di
kontrol

Waktu
SKD- Berjalan Baik
HC REP

Potensi
Kasus Kasus dicegah

15
Waktu
Eradika
si Polio
thn
2020
STRATEGI
1. Imunisasi
Eliminasi
Campak &
Program Pencegah 2. Surveilans PD3I
Kontrol an &
Rubela Pengendal 3. Laboratorium
/CRS PD3I ian Difteri
thn 2020

Eliminasi
Tetanus
Neonatal
Surveilans Difteri
 adanya kasus disuatu daerah menunjukkan
 adanya kegagalan cakupan
Adanya kegagalan vaksinasi
Adanya kelemahan program kesehatan
termasuk keterbatasan jangkauan pelayanan
maupun mahalnya pelayanan sehingga tdk
mampu dijangkau
 merupakan indikator daerah yang
bermasalah
PENYAKIT DIFTERI
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)
Cara penularan • Kontak dengan penderita pada
masa inkubasi
• Kontak dengan Carrier
• Melalui pernafasan (droplet
infection, vomite, luka di tangan
(difteri kulit)- Mencemari tanah
sekitarnya.

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Masa penularan • Dari penderita : 2 – 4 minggu
(sejak masa inkubasi)
• Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
PATOGENESIS

Toksin difteri menyebar dari


tempat infeksi ke seluruh tubuh.
DEFINISI KASUS DIFTERI
Klinis • Panas, (sekitar 38 derajat Celsius)
• Ada pseudomembrane putih keabu
abuan, tidak mudah lepas tapi mudah
berdarah letak pseudomembrane bisa
di larynx, di pharynx atau di tonsil
• Sakit waktu menelan
• Leher membengkak (bullneck)
• Sesak nafas disertai bunyi (stridor)

Konfirmasi
• Kasus klinis dengan hasil positif C
diphtheri atau ada hubungan
epidemiologis dengan kasus
konfirmasi
DEFINISI OPERASIONAL

Difteri adalah suatu penyakit yang ditandai


dengan panas lebih kurang 38oC disertai
adanya pseudomembran (selaput tipis)
putih keabu-abuan pada tenggorokan
(laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas
dan mudah berdarah.
• Kekebalan diperoleh krn sakit atau
mendapat imunisasi.
• Seseorang yang sembuh dari penyakit
difteri tidak selalu mempunyai kekebalan
seumur hidup.
Membran menempel jaringan,
bila diambil menimbulkan perdarahan
KLB Difteri
• Satu kasus klinis atau konfirmasi difteri
adalah KLB
• Dilaporkan segera sebagai laporan KLB
• Lakukan penyelidikan menggunakan
formulir penyelidikan KLB pada buku
“Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa”. (Pedoman Epidemiologi
Penyakit), hal, 53
Penyelidikan KLB Difteri
TUJUAN :
• Penatalaksanaan Kasus dan Kontak
• Segera memutus rantai penularan.
– Cari kasus tambahan  Tatalaksana kasus
– Cari kontak terdekat  Prophilaksis
– Cari sumber penularan/carrier  Tatalaksana
kasus
• Mendapatkan gambaran epidemiologis
dan faktor risiko  Tindak lanjut imunisasi
Langkah Penyelidikan KLB Difteri
• Catat identitas kasus pada formulir penyelidikan KLB
difteri
• Pastikan kasus dilakukan manajemen yang tepat, bantu
dalam penyediaan ADS
• Cari sumber penularan/carrier dengan memeriksa
spesimen kontak terdekat.
• Bila ditemukan carrier atau kontak positif, lakukan
pengobatan sampai hasil laboratorium negatif
• Berikan profilaksis terhadap kontak
• Mencari faktor risiko untuk merumuskan tindak lanjut
imunisasi
Surveilans Difteri
Setiap satu kasus dinyatakan sebagai KLB Buat kurva
dan dilaporkan 1 x 24 jam epidemik

Setiap suspek difteri dilakukan


penyelidikan epid dlm waktu 24 jam dr
lap/notifikasi
Penyediaan ADS dan profilaksis
disediakan oleh pemerintah ( pusat dan
Provinsi)
Pemeriksaan spesimen dapat di
laboratorium provinsi / BBTKLPP/
Nasional (SK Biro Hukum)
Pencatatan dan pelaporan kasus pada
form W1 dan list kasus difteri serta form
PD3I terintegrasi
LANGKAH PENYELIDIKAN & PENANGGULANGAN KLB DIFTERI

W1 Jangan ada
ADS gratis ADS ngganti
Kontak yg lolos
TAK MAMPU MAMPU konfirmasi

IDENTIFIKASI
PE KONTAK
TATALAKSANA Utamakan
KASUS Yg kontak erat
PROPHILAKSIS
AMBIL SPES
ERYTROMISIN
50 mg/Kg.BB/Hari
IDENTIFIKASI RISTI

-PENGAWASAN
SURVEILANS INTENSIF -SIDE EFEK

BUFFER STOCK
DI PROPINSI
TINDAK LANJUT
DPT, DT & dT
LANGKAH PENYELIDIKAN & PENANGGULANGAN KLB
DIFTERI
ADA KS DIFTERI W1
Jangan ada
Kontak yg lolos
PEMBERIAN ADS konfirmasi

IDENTIFIKASI
KONSUL/ Rekom : PE KONTAK
1. Dr Hapsari, SpA TATALAKSANA Utamakan
(anak) KASUS Yg kontak erat
2. Dr. Muklis, Sp PD
(Dewasa) PROPHILAKSIS
AMBIL SPES
ERYTROMISIN
50 mg/Kg.BB/Hari
IDENTIFIKASI RISTI

-PENGAWASAN
SURVEILANS INTENSIF -SIDE EFEK

BUFFER STOCK
DI PROPINSI
TINDAK LANJUT
DPT, DPT-HB-Hib, DT & Td
TATALAKSANA KASUS DIFTERI

ADA KS DIFTERI

RUJUK
RSU

RUANG ISOLASI LAB MIKROSKOPIS Lab Mikroskopis (-) RUANG BIASA

1. Antibiotik Eritromicin dosis 30-40


mg/BB/hari (maksimem 2 gr/hr)
yang dibagi dalam 4 dosis
diberikan selama 10 hari
2. Procaine penicillin G, Intramus
kuler (300,000 U/hr untuk BB
≤ 10 kg dan 600,000 U/hr untuk
BB > 10 kg) selama 14 hari

Lab 1 (+)
3. Diberi ADS
Lab 2 (+)
Konsul dr Ahli : Lab 3 (+)
1 dr Hapsari SpA (K)
2. DR.dr Muklis AD
SpD
YANG DIMAKSUD KONTAK ERAT

• Kontak serumah, tetangga, teman


sepermainan, teman sekolah.
• Apabila anak sekolah, guru penderita juga
perlu dilakukan pengambilan specimen
• Kontak serumah adalah semua orang yg
tinggal serumah tanpa melihat golongan
umur.
• Definisi Karier:
– Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi
klinis
PENGAMBILAN & PENGIRIMAN SPESIMEN
Jgn
dimasukkan
lemari 
es, Tidak semua gejala klinis nampak jelas,
kirim ke BLK maka untuk memastikan penderita atau
pd suhu biasa bukan penderita perlu konfirmasi
laboratoris
 Pengambilan spesimen : Spesimen diambil
dari penderita Difteri/tersangka/kontak
berupa hapus tenggorok & hapus hidung
atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri
kulit.
 Media transport : gunakan media lofler
agar, media agar darah.
 Kirim Isolat ke laboratorium pada suhu
kamar.
 Specimen segera diperiksa di laboratorium
atau disimpan di lemari es dlm suhu 4 – 6
derajat C paling lama 4 jam.
Penanggulangan KLB
• Tatalaksana kasus
• Tatalaksana kontak
• Pemberian imunisasi
Tata laksana

• Tatalaksana bedah : cito tracheostomy

• Tatalaksana medik
– Kasus akut : ADS, antibiotika, antiseptik lokal (kumur)

– Komplikasi : jantung, ginjal dan saraf

• Tatalaksana epidemiologik
– Isolasi

– Pelacakan kontak

– Tatalaksana karier

– imunisasi
Tata laksana
Tata laksana epidemiologik

• Isolasi ketat
• Isolasi penderita: sampai biakan (-) 3x berturut-turut
• Pelacakan kontak dan PE
• Mencari kasus baru
• Mencari dan menekan transmisi karier dg eritromisin
• Tatalaksana kontak
• Amati apakah menjadi penderita baru setelah inkubasi
• Tertular atau menularkan (karier sementara atau kronik)
• tes Schick (kerentanan thd difteri) Bila imunisasi dasar lengkap: booster
• Imunisasi setelah sembuh dan booster
-Carrier bisa bertahan s/d 6 bl (chronic carrier),
kalau tidak diobati, penularan akan tetap
berlangsun, gunakan eritromisin etilsuksinat,
jangan eritromisin HCL (krn efek sampingnya
lebih berat)
-Difteri adalah penyakit menular yang
tercantum dalam lampiran UU Wabah, harus
ada tindakan.
Penatalaksanaan Kasus
Pasien dengan difteri saluran nafas :

• Rawat inap (isolasi)

• Segera diberikan diphtheria antitoxin (ADS), antibiotik yang


adekuat
- Erythromycin oral atau injeksi (30-40 mg/kg/hr;
maksimum, 2 gm/hr) selama 14 hari
- Procaine penicillin G , intramukuler (300,000
U/hr untuk BB ≤ 10 kg dan 600,000 U/hr untuk BB > 10
kg) selama 14 hari
- Kuman dinyatakan telah tereliminasi bila 2 kali
pemeriksaan kultur negatif setelah pengobatan selesai

• Lakukan monitor terhadap kontak.


Penatalaksanaan Kasus
• Tirah rebah 2-3 minggu (lebih lama bila
terjadi miokarditis)
• Diet makanan lunak kalori tinggi yang mudah
dicerna
• Roboransia
• Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, p.o. tiap 6-8
jam pada kasus berat selama 14 hari
• Waktu dipulangkan: Imunisasi DPT 0,5 mL,
i.m. untuk anak < 7 tahun, DT/Td 0,5 mL, i.m.
untuk anak > 7 tahun (tanpa melihat status
imunisasi sebelumnya)
Penatalaksanaan Kontak
(PROPHILAKSIS)
* Diberikan ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : 250 mg x 4 /hari
• balita : sirup
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : pengawasan minum obat
• side efek : mual dan diare
Pencegahan thp Kontak (1)
• Tanpa memperhatikan status imunisasinya:
– Lakukan surveilans selama 7 hari
– Lakukan kultur untuk C. diphtheria (APT
dan APH)
– Profilaksis: eritromisin p.o. (40-50
mg/kg/hari; maks. 2 g/hari)
– Kemudian ulangi kultur faring minimum 2
minggu setelah profilaksis lengkap
Pencegahan thp Kontak (2)
• Kontak erat, asimtomatik (tdk memberikan
gejala) imunisasi lengkap, harus diberi
booster 1 kali jika belum diimunisasi
dalam 5 tahun

• Kontak erat, asimtomatik (tdk memberikan


gejala), imunisasi belum lengkap (<3
dosis) atau status imunisasi tidak
diketahui, berikan imunisasi berdasarkan
usia
Hal yang perlu dilakukan (1)
 Jika ada kasus difteri, laporkan ke
petugas kesehatan setempat.
 Dapatkan pemeriksaan pendahuluan
klinis dan kultur yang tepat dan
informasi epidemiologi (termasuk
riwayat imunisasi)
 Berikan penatalaksanaan presumptif
dengan antibiotik dan antitoksin.
Lakukan isolasi ketat sampai
sedikitnya 2 kultur negatif 24 jam
setelah antibiotik dihentikan.
Hal yang perlu dilakukan (2)
 Pada karier berikan antibiotik adekuat,
dan ulangi kultur minimum 2 minggu
untuk memastikan tidak terdapat lagi
kuman difteri.
Jika masih positif, lanjutkan erythromycin 10
hari, follow up kultur

 Berikan setiap kontak dengan antitoksin bila


menunjukkan gejala awal sakit difteri
KARIER ASIMTOMPATIK (carier
yg tdk menunjukkan gejala )
• Tidak diberikan antitoksin (ADS)
• Antibiotik profilaksis selama 7-10 hari
• Imunisasi sesegara mungkin bila belum
mendapat booster dalam 1 tahun terakhir
• Isolasi sampai hasil kultur yang diambil tiap
24 jam 2 kali berturut-turut negatif
• Kultur diulang paling cepat 2 minggu setelah
pasien dan karier diterapi; bila hasilnya
positif, diberi tambahan eritromisin p.o.
selama 10 hari kemudian dilakukan kultur
kembali
EVALUASI (sambil tetap
melakukan surveilans ketat) di
lakukan bila:

- pengobatan prophilaksis selesai

- bagi kontak yg masih (+) , obati lagi dan


beri lagi eritromisin ( original product )
TINDAK LANJUT Imunisasi:
Intensifikasi cakupan imm rutin :DPT, DT

Imunisasi DPT 0,5 mL, i.m. untuk anak < 7


tahun

DT/Td 0,5 mL, i.m. untuk anak > 7 tahun


(tanpa melihat status imunisasi
sebelumnya)
TINDAK LANJUT
- Kualitas imunisasi ditingkatkan
- identifikasi daerah risti diphteri
- pelatihan petugas lab. pengambil spesimen
- ketersediaan media Loefler di Kab/Kota & reagen
pemeriksaan di BLK
- Ketersediaan Erytromisin untuk prophilaksis di
kab/Kota dan propinsi
- Ketersediaan ADS di RS wilayah tertentu
- Surveilans intensif untuk daerah yang endemis
DAFTAR KASUS KEJADIAN KLB DIFTERI
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2017
UMUR JUMLAH
TGL MULAI KLASIFIK
VAKSINA KEADAAN
NO NAMA ALAMAT SAKIT ( ASI
L P SI AKHIR
DEMAM) KULTUR
DIFTERI
1Diandra Arson 4,7 Nglorok DS. 03/01/2017 3 negatif hidup
Campurejo kec Boja
Kab. Kendal
2The Deanita Wibowo 21 Jl Petelan Selatan no. 05/01/2017 3 positif hidup
710 c Kel Sarirejo,
Semarang Timur
3Haikal Agla alrazka 4,8 DS. Tanjungsari 3/2 19/01/2017 3 negatif hidup
Tanjungrejo Kec
Wirosari Kab.
Grobogan
4Herdinata dienatananda 7 jl merapi 2 teguhan 25/02/2017 3 negatif hidup
A sragen kec sragen
5Zidan Dias Pramuditha 5,3 Panggung RT8/9 kec. 01/03/2017 3 negatif hidup
Tegal Timur Kota
Tegal
6Muhammad Husin 12 Bulu rt1 rw 7 10/06/2017 3 positif hidup
Jumantono
Karanganyar
7Yuni Afniyanti 33 Dawung rt 2 rw 3 Kel 02/07/2017 3 tersangka hidup
kedungpane Kec
Mijen Kota Semarang
DAFTAR KASUS KEJADIAN KLB DIFTERI
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2017
UMUR JUMLAH
TGL MULAI KLASIFIK
VAKSINA KEADAAN
NO NAMA ALAMAT SAKIT ( ASI
L P SI AKHIR
DEMAM) KULTUR
DIFTERI
8 Siti Fatimah 9,7 Geneng 3/7 17/07/2017 3 neg hidup
Kedungrejo Kec (positif
Purwodadi mikrosko
pis)
9 M.Fatin Mahardika 3,5 Desa Angkatanlor Rt- 16/09/2017 3 Negatif hidup
3Rw-1 Tambakromo
Pati Jawa Tengah
10Abrisan Rasyid 5,3 Desa Pringtulis Gajih 21/09/2017 3 Negatif hidup
rt1 rw2 Je Kec.
Nalumsari Jepara
11Muh Rizky Auladana 4 Manggung 2/4 20/09/2017 0 Negatif hidup
Jimbaran Bandungan
12Aisiyah Azahra 7 Jl kenangga no 4 27/09/2017 3 negatif hidup
perum Tidar Sari rt 5
rw 6 Mertoyudan Kab
Magelang (kk
Kasmanto)
13Rio Kurnianto 6,4 Ngadisono 10/3 13/10/2017 3 Negatif hidup
Pasuruan kaliwiro
Wonosobo
14M Rizal Akmal 2,5 Wonokerso wetan rt 1 18/10/2017 3 Negatif hidup
rw 3 ungaran
semarang
DAFTAR KASUS KEJADIAN KLB DIFTERI
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2017
UMUR JUMLAH
TGL MULAI KLASIFIK
VAKSINA KEADAAN
NO NAMA ALAMAT SAKIT ( ASI
L P SI AKHIR
DEMAM) KULTUR
DIFTERI
15M. Coirul Umam 5,1 Kupangrejo 1/10 19/11/2017 0 Negatif hidup
Ambarawa Kab.
Semarang
16Hanief Ahsana Fath 14 Torjo RT-1 RW-1 04/12/2017 0 Negatif hidup
Gringsing Batang
17Aska Kiano Raqqila 4,8 Jl KH. Abdul syukur 09/12/2017 3 Negatif hidup
RT-4 RW-05 Kel.
Margodono Kec.
Margodono Kota
Tegal
18Muhammad Yazid 12 Pondok Anur 05/12/2017 3 Negatif hidup
Podosuko Sawangan
Magelang
19Eric 15 Kel Bandungrejo Kec. 12/12/2017 0 Negatif hidup
Mranggen kab.
Demak
20Kayla 6,2 Jl Penundaan Kec. 12/12/2017 0 Negatif hidup
Banyuputih Batang
21M Rindarta Adi Nugraha 4,1 Sambungsari 12/12/2017 0 Positif hidup
Kecamatan Weleri
Kendal
22 Rahmat Kharisman 29 Duwet RT3/RW2 12/12/2017 3 positif hidup
Tambangan Mijen
Semarang (RSDK)

23 Ani Sumarti 22 Kalitengah 6/1 15/12/2007 0 negatif hidup


Purwonegoro
Banjarnegara (RSDK)

24 Elsa Rio Pratama 27 Tambangan RT 4 RW 13/12/2017 0 negatif hidup


1 Mijen Kota
Semarang (RSDK)

25 Septiaji Saputro 10 Ngadirojo Ampel 17/12/2017 0 negatif hidup


Boyolali (RSDK)

26 Yoga Afriyan 15 Bumiayu RT 6 RW 7 16/12/2017 0 Positif hidup


Brebes

27 Arsyaka Farid El Rafif bin 1 Sidojoyo RT02 RW 10 12/12/2017 0 negatif hidup


Ahmad Rizal Sidik Wonosobo

28 Zaenudin 26 Panimbo Kedungjati 12/12/2017 0 negatif hidup


Grobogan (rsud
Grobogan)
29 Friska Maesya Syarifa 8,4 ds Kabunan RT 5 RW 15/12/2017 0 negatif hidup
2 Tegal
30 Ike Citra Nur Asyiklfa 6 Purwosari RT4 RW 4 17/12/2017 0 negatif hidup
Blora
31 Muh Naufal 10 bl Perum Griya Kusuma 17/12/2017 0 negatif hidup
Asri, Dsn Jetis Ds.
Kalinegoro Kec.
Mertoyudan
Kab.Magelang

32 Septian Putra Ibrahim 1,3 Ds Kedondong 3/3 11/12/2017 negatif hidup


Kec. Gajah Demak

33 Muhammad Raffi' u Muiz 5,8 Joho 1/1 Pancuranmas 17/12/2017 0n hidup


Secang Magelang (rs
magelang refer Sarjito)

34 Widianingsih 27 Gemboklor 02/06 19/12/2017 3 Negatif hidup


Nungkulan Girimanto
Wonogiri (RSUD)

35 Avicenna Keanu Hartono 3,6 Sempor 2/2 Dawungan 18/12/2017 0 negatif hidup
Jatiroto Wonogiri
36 Rehan Aditya 8 Karan rt 1 RW 2 15/12/2017 3 positif hidup
Gayam Dompo Kec.
Karanganyar Kab
Karanganyar (RSUD)

37 Liona Aeda Rohmah 5 jl Pagersari RT2 Rw1 23/08/2012 positif hidup


Semarang (rsdk)
38 Zulhilma Aini Rahma 28 Bumi Arca Indah Blok 22/12/2017 0 positif hidup
4 Arcawinangun Kec.
Purwokerto timur
Banyumas

39 Adhi Supriyadi 27 Gerdu RT 1 RW 11 24/12/2017 0 negatif hidup


Karangpandan
Karanganyar RSDM

40 Razig Ibnu Sabri 9 Kandangan RT-4RW7 25/12/2017 3 negatif hidup


gaum Tasikmadu Kab.
Karanganyar (RSUD
KR Anyar)

41 Dwi Wahyuni 26 Salam Mulyo RT 2 RW 25/12/2017 0 negatif hidup


12 Toh Kuning
Karangpandan (RSUD
KR anyar)
PENDERITA DIFTERI POSITIF KULTUR
DI JAWA TENGAH TH 2017

Namal/um Status Kondisi saat


No P/L Alamat Tgl sakit Ket
ur imunisasi ini

1 DW P Jalan Petelan selatan 5/1/ Tidak lengkap (3 Hidup RS


(21 th) nomor 710 C Kel Sarirejo, 2017 kali) Sembuh Elisabet
Kota Semarang Timur Smg

2 MH L Bulu Rt 1 Rw 7 Jumantono 10/5/ Menolak Hidup RSUD


(12 th) Kabupaten Karanganyar 2017 (0 kali) Sembuh Karangany
ar

3 RAN L Desa Sambungsari 12/12/201 Menolak Meninggal RSDK


(4,11 th) Kecamatan Weleri 7 (0 kali) Semarang
Kabupaten Kendal
4 Rahmat Kharisman 29 Duwet RT3/RW2 12/12/2017 3 positif hidup
Tambangan Mijen
Semarang (RSDK)

5 Yoga Afriyan 15 Bumiayu RT 6 RW 7 16/12/2017 0 Positif hidup


Brebes

6 Kayla 6,2 Jl Penundaan Kec. 12/12/2017 3 positif hidup


Banyuputih Batang
(RSDK)

7 Rehan Aditya 8 Karan rt 1 RW 2 15/12/2017 3 positif hidup


Gayam Dompo Kec.
Karanganyar Kab
Karanganyar (RSUD)

8 Liona Aeda Rohmah 5 jl Pagersari RT2 Rw1 23/08/2012 positif hidup


Semarang (rsdk)

9 Zulhilma Aini Rahma 28 Bumi Arca Indah Blok 4 22/12/2017 0 positif hidup
Arcawinangun Kec.
Purwokerto timur
Banyumas
KASUS SUSPEK DIPTHERI DI JATENG
TH 2008-2017
60
52

50

41
40
32
28
30

20 15
16
11
9
10

3 2
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
ks. Diptheri
59
KASUS DIPTHERI KULTUR POSITIF
DI JATENG TH 2008-2017
60
52

50

40
32
28
30

20 15

8 9
10 9

3 2 1
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
DIF KUL
60
KASUS SUSPEK DAN POS KULTUR DIPTHERI
DI JATENG TH 2008-2017
60
52 52

50

41
40
32 32
28 28
30

20 15 15
16
11
9 9
8
10 9

3 3 2 2 1
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sus dif kul dif
61
KASUS SUSPEK DIPTHERI DI JATENG
TH 2017
30

26
25

20

15

10

5 3 4
1 1 1 2 2
0 0 1
0 0
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep okt nop Des
ks. Diptheri
62
KASUS SUSPEK DIPTHERI DI JATENG
MENURUT KAB/KOTA TH 2017
5 5
5

4,5

4 4

3,5
3
3 3

2,5
2 2
2 2 2 2

1,5
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0,5

0
ti

k
Bjr

gr
sb
g

m
g
l

Wn l

ll
s
l
ny

a
ob

l
r
Kt g
Kd

Mg

Tg
Tg

Jp

Dm

Dm
pa

by
Sm

Blr
Bt

brb
sm

Sr

By
Wn
Kr
Gr
kt

ks. Diptheri
63
MASALAH

• CARRIER BISA BERTAHAN SAMPAI 6 BULAN 


VIRULENSINYA TINGGI & INKUBASI CEPAT

• PEMBERIAN PROPHILAKSIS LAMA (PERLU PMO)

• SIDE EFFECT ERITROMISIN  DIARE, SAKIT PERUT


DAN MUAL

• BIAYA PENGOBATAN PENDERITA MAHAL (ADS)


DAN SULIT DICARI
Analisis data & Interpretasi

 Analisis data dengan interpretasi Tabel, Grafik &


Peta penyebaran kasus untuk memantau keadaan
dan trend kasus Difteri.
 Analisis kasus dikaitkan dengan variabel Waktu –
Orang–Tempat dan faktor determinan lain.
 Berdasarkan hasil analisis dirumuskan upaya
tindak lanjut sebagai tindakan korektif thd upaya
yang telah dilakukan sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai