selama 5 hari, tanpa mual muntah, kotoran mata kekuningan mata kanan, dirasakan karena pantulan paku ke mata 5 hari yang lalu, konsumsi obat anti sakit dan salep mata Visus 1/tak terhingga proyeksi cahaya baik TIO normal Edema dan spasme palpebra Cornea keruh dengan robekan arah jam 3 sepanjang 5 cm iris terjepit di luka Iris tertarik arah luka, pupil irregular Lensa sedikit keruh Infiltrate kornea keabuan terlihat merah keunguan dibanding dengan injeksi konjungtiva. pembuluh darah tidak tampak. tidak bisa digerakkan jika konjungtiva digerakkan. dimulai dari bagian tengah mata dan memudar ke daerah pinggur mata. tidak akan memberiukan perubahan jika diberi andrenalin 1 : 1000 lakrimasi ( banyak air mata )\ adanya fotofobia sakit tekan di daerah kornea yang terletak di tengah mata. pupil mengecil dan melebar hanya pada glukoma. 1.Fase Infiltrasi Progresif Karakteristik dari tingkat ini aialah infiltrasi sel – sel PMN dan atau limfosit ke dalam epitel dari sirkulasi perifer. Selanjutnya dapat terjadi nekrosis dari jaringan yang terlibat bergantung virulensi agen dan pertahanan tubuh host. 2. Fase Ulserasi Aktif Ulserasi aktif merupakan hasil dari nekrois dan pengelupasan epitel, membran Bowman, dan stroma yang terlibat. Selama fase ulserasi aktif terjadi hiperemia yang mengakibatkan akumulasi eksudat purulen di kornea. Jika organisme penyebab virulensinya tinggi atau pertahanan tubuh host lemah akan terjadi penetrasi yang lebih dalam selama fase ulserasi aktif. 3. Fase Regresi Regresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural (antibodi humoral dan pertahanan seluler) dan terapi yang memperbesar respon host normal. Garis batas yang merupakan kumpulan leukosit mulai timbul di sekitar ulkus, lekosit ini menetralisir bahkan memfagosit organisme debris seluler. Proses ini disertai vaskularisasi superfisial yang yang meningkatkan respon imun humoral dan seluler. Ulkus mulai menyembuh dan epitel mulai tumbuh dari tepi ulkus. 4. Fase Sikatrisasi Pada fase ini penyembuhan berlanjut dengn epitelisasi progresif yang membentuk sebuah penutup permanen. Keratometri (pengukurankornea) Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH) Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak terutama yang dipakai hingga keesokan harinya, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai incubator Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder Debridement sangat membantu penyembuhan Diberi antibiotik yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali dalam keadaan berat. Prinsip terapi ulkus kornea adalah sebagai berikut: Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Terapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas) hendaknya diberikan antibiotik spektrum luas. Dianjurkan tetes mata gentamycin (14 mg/ml) atau tobramycin (14mg/ml) bersama dengan cephazoline (50mg/ml), setiap setengah hingga satu jam untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam . Setelah respon yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat diganti dengan Ciprofloxacin (0.3%), Ofloxacin (0.3%), atau Gatifloxacin (0.3%). Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea walaupun jarang. Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding dengan normal sehingga dapat mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler. Jaringan parut kornea dapat berkembang yang pada akhirnya menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi, glaukoma dan katarak. Terjadinya neovaskularisasi dan endoftalmitis11, penipisan kornea yang akan menjadi perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga bisa menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini. Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambannya pasien mendapat pengobatan, jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit maupun komplikasi. Ulkus kornea biasanya mengalami perbaikan tiap hari dan sembuh dengan terapi yang sesuai. Jika penyembuhan tidak terjadi atau ulkus bertambah berat, disgnosis dan terapi alternatif harus dipertimbangkan. 1. Menggunakan pelindung mata apabila bekerja di tempat yang terekspos partikel kecil yang dapat masuk ke mata. 2. Menggunakan air mata buatan untuk mata kering atau jika kelopak mata tidak dapat menutup sempurna. 3. Berhati – hati jika menggunakan lensa kontak : a. Selalu mencuci tangan sebelum memegang lensa kontak b. Melepas lensa kontak setiap malam dan membersihkan lensa kontak dengan hati – hati dengan pembersih khusus c. Jangan pernah tidur dengan menggunakan lensa kontak d. Menyimpan lensa kontak di tempat khusus dengan direndam larutan desinfektan semalaman e. Segera melepas lensa kontak jika mata teriritasi dan tidak memakainya hinggga kondisi mata membaik f. Membersihkan tempat penyimpanan lensa kontak secara reguler. Prognosis ulkus kornea dubia et bonam bila penatalaksanaan yang diberikan cepat dengan menghindari bebat pada mata dan menggunakan antibiotik spektrum luas sebelum menerima hasil laboratorium.