Anda di halaman 1dari 16

Oleh:

Anneza Berliana Putri (1610118320003)


Sri Dilla Rizmawwati Putri (1610118220020)
 Inflasi adalah kenaikan tingkat harga rata-rata dalam perekonomian,
dan harga adalah tingkat dimana uang diperlukan untuk mendapatkan
barang dan jasa.
 Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi, yaitu:
 Produk Domestik Bruto (PDB)
 Pengeluaran Pemerintah (PeP)
 Jumlah Uang Beredar dalam Arti Sempit (JUB)
 Nilai Tukar Nominal (NTN)
 Harga BBM (BBM)
Tahun Inflasi PDB PeP JUB NTN BBM 1989 5,97 7,46 25,71 39,76 3,81 29,64

1969 9,89 6,82 26,92 61,02 0,00 9,12 1990 9,53 7,24 12,33 18,42 5,79 29,63

1970 8,88 7,55 47,61 36,48 15,95 6,27 1991 9,52 6,95 20,46 10,59 4,79 -28,61

1971 2,47 7,02 16,38 28,17 9,79 0,00 1992 4,94 6,46 17,74 9,25 3,51 -0,56

1972 25,84 7,04 21,41 47,94 0,00 0,00 1993 9,77 6,50 10,71 27,89 2,33 -25,23

1973 23,30 8,10 72,95 40,96 0,00 21,07 1994 9,24 7,54 4,22 23,28 4,27 18,26

Data Tingkat
1974 33,32 7,63 17,46 40,14 0,00 158,93 1995 8,60 8,22 14,74 16,10 4,91 10,96

1975 19,69 4,98 49,07 33,34 0,00 0,00 1996 6,50 7,82 13,25 21,66 3,25 33,35

1976
1977
14,20
11,82
6,89
8,76
26,86
30,61
28,23
25,17
0,00
0,00
24,55
6,83
1997
1998
11,10
77,60
4,70
-13,13
6,58
26,69
22,24
29,17
95,13
72,58
-27,85
-38,43
Inflasi dan
1978 6,69 6,77 28,00 24,02 50,60 0,00 1999 2,00 0,79 33,47 23,16 -11,71 131,21 Pertumbuhan
PDB, Pep, JUB,
1979 21,77 7,32 40,41 36,03 0,32 118,86 2000 9,40 4,92 24,99 30,13 35,43 9,13

1980 15,97 9,88 25,57 47,56 -0,04 13,85 2001 12,55 3,64 24,94 9,58 8,39 -32,08

1981
1982
7,09
9,69
7,93
2,25
37,62
12,04
29,85
9,79
2,75
7,53
-5,41
-9,37
2002
2003
10,03
5,16
4,50
4,78
16,58
23,81
7,99
16,60
-14,04
-5,31
52,20
9,28
NTN, dan BBM
1983 11,46 4,19 11,74 6,29 43,54 -7,82 2004 6,40 5,03 16,71 13,41 9,75 34,77

1984 8,76 6,98 12,93 13,37 8,05 -13,03 2005 17,11 5,69 17,76 11,07 5,81 37,16

1985 4,31 2,46 21,33 17,75 4,75 7,07 2006 6,60 5,50 28,05 28,08 -8,24 4,37

1986 8,83 5,87 9,94 15,57 45,87 -40,96 2007 6,59 6,28 14,47 27,63 4,42 47,88

1987 8,90 4,93 -0,34 8,63 0,55 7,25 2008 11,06 6,06 26,42 1,20 16,25 -55,28

1988 5,47 5,78 10,68 13,46 4,91 -5,66 2009 2,78 4,10 27,96 8,41 -14,16 81,13
1. Uji Asumsi Klasik
 Multikolinieritas menggunakan VIF dan Tolerance.
Perhatikan nilai VIF pada
output SPSS di samping!

Karena nilai VIF dari


kelima variabel tidak ada
yang lebih besar dari 10
atau 5 (banyak buku yang
menyaratkan tidak lebih
dari 10, tapi ada juga
yang menyaratkan tidak
lebih dari 5) maka dapat
dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas pada
kelima variabel bebas
tersebut.
1. Uji Asumsi Klasik
 Autokorelasi menggunakan Durbin-Watson.

Nilai Durbin-Watson yang


tertera pada output SPSS akan
dibandingkan dengan kriteria
penerimaan atau penolakan
yang akan dibuat dengan nilai
dL dan dU ditentukan
berdasarkan jumlah variabel
bebas dalam model regresi (k)
dan jumlah sampelnya (n).
1. Uji Asumsi Klasik
 Autokorelasi menggunakan Durbin-Watson.

Nilai dL dan dU dapat dilihat pada Tabel DW dengan


tingkat signifikansi (error) 5% (α = 0,05).
Jumlah variabel bebas: k = 2
(karena hanya 2 variabel bebas yang sesuai nilai sig
nya).
Jumlah sampel: n = 41

0 1,3992 1,6031 2,3969 2,6008 4


1,972
1. Uji Asumsi Klasik
Perhatikan gambar di
 Heteroskedastisitas menggunakan Scatter Plot ZPRED dan ZRESID.
samping!

Terlihat bahwa sebaran


titik tidak membentuk
suatu pola/alur tertentu,
sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi
heteroskedastisitas atau
dengan kata lain terjadi
homoskedastisitas.

Asumsi klasik tentang


heteroskedastisitas dalam
model ini terpenuhi, yaitu
terbebas dari
heteroskedastisitas
1. Uji Asumsi Klasik
 Normalitas menggunakan Normal PP-Plot.

Perhatikan gambar di samping!

Sebaran titik-titik dari gambar


Normal P-P Plot di samping
relatif mendekati garis lurus,
sehingga dapat disimpulkan
bahwa (data) residual
terdistribusi normal.

Hasil ini sejalan dengan asumsi


klasik dari regresi linier dengan
pendekatan OLS.
2. Uji Kelayakan Model
Dari hasil uji F pada
 Uji Simultan (Uji F).
penelitian ini, didapatkan nilai
F hitung sebesar 25,550
dengan angka signifikansi
sebesar 0,000.

Dengan tingkat signifikansi


95% (α = 0,05) . Angka
signifikansi sebesar 0,000 <
0,005. Atas dasar
perbandingan tersebut, maka
H0 ditolak atau berarti
variabel bebas mempunyai
pengaruh yang signifikansi
secara bersama-sama
terhadap variabel tingkat
inflasi.
2. Uji Kelayakan Model
Hipotesis Pertumbuhan
 Uji t.
PDB:
Variabel X1 diperoleh
nilai t hitung = -6,620
dengan tingkat
signifikansi 0,000.
Dengan menggunakan
batas signifikansi 0,05,
nilai signifikansi
tersebut lebih kecil
dari taraf 5% yang
berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Artinya
pertumbuhan PDB
berpengaruh secara
signifikan terhadap
tingkat inflasi.
2. Uji Kelayakan Model
Hipotesis Pertumbuhan
 Uji t.
JUB:
Variabel X3 diperoleh
nilai t hitung = 3,893
dengan tingkat
signifikansi 0,000.
Dengan menggunakan
batas signifikansi 0,05,
nilai signifikansi
tersebut lebih kecil
dari taraf 5% yang
berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Artinya
pertumbuhan JUB
berpengaruh secara
signifikan terhadap
tingkat inflasi.
3. Interpretasi Model
Melakukan Peramalan
Menggunakan Model untuk Kebijakan
Ekonomi
Lanjutan..

Anda mungkin juga menyukai